(Minghui.org) - Terlebih dahulu saya mengutip sebuah puisi Shifu Li Hongzhi (Hong Yin II),

Bergegaslah Katakan

Praktisi Dafa mengklarifikasi fakta
Seperti pedang tajam serentak dilepaskan keluar dari mulut
Menelanjangi kebohongan setan-setan busuk
Tidak menyia-nyiakan waktu untuk penyelamatan, bergegaslah katakan

21 Agustus 2002

Pada tanggal 12 September 2008, bersama para anggota barisan genderang pinggang, kami berpartisipasi dalam meramaikan lomba gerak jalan Puputan Margarana. Hari itu regu gerak jalan Falun Dafa mengikuti lomba yang menempuh jarak 28 kilometer. Kami tampil di pagi hari waktu perlombaan dimulai dari Margarana, Tabanan, dan di siang hari saat mencapai garis finish, Lapangan Puputan Badung, Kota Denpasar. Partisipasi praktisi dalam kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan dan memperlihatkan keindahan Falun Dafa kepada masyarakat luas.

Setelah tampil di Puputan Badung, saya masih sempat mengikuti Latihan Gong bersama praktisi Denpasar. Dalam perjalanan pulang, saya mampir di sebuah toko optik di kawasan Monang-Maning. Saya perlu memperbaiki kaca mata yang saya beli dua hari sebelumnya. Setibanya di sana, hari sudah gelap, sekitar pukul 19.00 wit. Saya harus menunggu pemilik toko optik untuk mereparasi kaca mata saya. Urusan ini harus selesai segera, karena saya tidak punya waktu untuk kembali keesokan harinya. Jarak antara Nusa Dua dan Denpasar cukup jauh. Selain itu, saya harus bekerja.

Pemilik toko optik tiba seperempat jam kemudian, bersama istri dan anak lelakinya yang berusia satu setengah tahun. Dengan cekatan kaca mata saya diperiksa dan diperbaiki. Saat saya menerima kembali kaca mata saya, kami pun terlibat obrolan ringan. Saya melihat ini adalah kesempatan untuk klarifikasi fakta. Saya berpikir sejenak, apa yang harus saya lakukan? Saya tidak membawa brosur atau materi klarifikasi apapun. Bagaimana saya harus memulainya? Tiba-tiba saya tersadar akan sesuatu. Oh ya, bukankah saya punya mulut, bibir, dan lidah untuk berbicara?

Saya langsung bercerita tentang lomba gerak jalan Puputan Margarana. Saat itu saya masih menggunakan celana genderang warna kuning emas. Saya katakan bahwa saya tidak ikut gerak jalan, tetapi memainkan genderang pinggang! Tentu saja saya sampaikan pada pemilik optik dan istrinya bahwa regu gerak jalan Falun Dafa juga mengikuti lomba tersebut. Saya menjelaskan kepada mereka bahwa Falun Dafa adalah latihan meditasi kesehatan untuk segala usia dan bebas biaya.

Rupanya lawan bicara saya sudah mengetahui Falun Dafa secara sepintas lalu. “Yang di Kuta itu ya?” kata si suami. “Di Renon juga ada,” sang istri menimpali. Saya mengiyakan apa yang mereka katakan. Lalu saya mengatakan bahwa Falun Dafa sudah tersebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia dan Bali.

Setelah berbincang-bincang, Pak Teguh, pemilik toko optik tersebut dulu pernah menekuni beberapa spiritual, seperti Yoga. Tapi sekarang sudah berhenti total. Mengenai latihan Falun Dafa yang dilihatnya di Kuta, ia tidak pernah berpikir untuk mencobanya. “Wah, latihannya di pantai yang panas seperti itu. Nanti kulit saya menjadi hitam,” kilahnya. Saya tidak membantah alasan yang diutarakannya. “Benar, saat pertama kali saya berlatih di pantai Kuta memang sangat panas. Tapi sekarang sudah terbiasa, bagi saya itu bukan masalah lagi,” demikian kata saya.

Melalui perbincangan ini, saya ingin mengklarifikasi lebih mendalam lagi. Saya mengutarakan mengapa praktisi Falun Dafa berlatih di tempat-tempat umum, seperti di lapangan dan pantai. Dengan berada di tengah khalayak ramai, maka praktisi Falun Dafa bisa membagikan informasi tentang kebaikan dan manfaat latihan Falun Dafa. Selain itu juga menyingkap kejahatan Partai Komunis China yang tanpa berperikemanusiaan menindas dan menganiaya ribuan praktisi Falun Dafa di China. Tidak sedikit yang dibunuh dan organ tubuh mereka dirampas secara paksa untuk diperjual-belikan.

Saya juga menyampaikan bahwa berlatih Falun Dafa bisa dilakukan sendiri di rumah. Dimana pun dan kapan pun bisa! Setiap orang sepenuhnya bebas, tidak ada yang memaksa orang lain untuk berlatih, karena Falun Dafa bukanlah organisasi. Tidak dipungut iuran bulanan maupun pendaftaran keanggotaan. “Termasuk yang saya lakukan sekarang ini. Sedikitpun saya tidak berniat mengajak bapak ikut berlatih Falun Dafa. Saya hanya membagi informasi, bahwa Falun Dafa baik, bahwa orang yang berlatih prinsip Sejati-Baik-Sabar ditindas dan dianiaya di negeri China oleh penguasa Komunis,” demikian kata saya

Meskipun Pak Teguh tidak menganggukkan kepala, saya bisa melihat ia memahami penjelasan saya. Karena malam beranjak larut, urusan kaca mata sudah beres dan klarifikasi fakta sudah terlaksana, saya segera permisi pulang sambil mengucapkan terima kasih.

Saat meluncur kembali ke Nusa Dua, saya menemukan bahwa saya mampu melakukan klarifikasi fakta walau tanpa bekal selembar brosur pun. Sekarang saya merasa harus lebih giat-aktif dan berinisiatif mengklarifikasi fakta. Hal ini semakin jelas setelah saya menyimak puisi Shifu di atas. Saya tidak boleh menyia-nyiakan waktu. Bagi saya judul dan dua kata terakhir puisi sangat tegas, “Bergegaslah katakan!”

Demikianlah pengalaman saya mengklarifikasi fakta tanpa brosur. Kepada rekan-rekan praktisi yang belum melangkah keluar, saya ingin menyampaikan, “Mari kita mencoba, pasti bisa!” Bila tidak ada brosur, diri kita sendiri pun bisa berperan sebagai brosur yang berbicara tulus dari lubuk hati, dengan mulut, bibir dan lidah serta pikiran yang lurus!

Pemahaman dan pengalaman saya yang terbatas ini mohon dikoreksi dengan belas kasih.

Salam gigih maju. Falun Dafa Hao!