Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Tangisan Pada Saat Reuni Keluarga – Atas Nama Anak Yatim Piatu Falun Gong Yang Tidak Berdaya

13 Feb. 2007 |   Oleh praktisi Falun Dafa di kota Jilin

(Minghui.org) Tahun Baru Imlek telah tiba, saatnya seluruh keluarga berkumpul kembali. Namun ada sekelompok anak-anak yang terpisah dari orang tua mereka setelah Partai Komunis China yang jahat mulai menganiaya Falun Gong pada tanggal 20 Juli 1999, membuat anak-anak yang tak berdosa ini harus menderita pada usia dini. Sementara anak-anak yang lainnya menikmati kasih sayang orang tuanya, para yatim piatu ini meneteskan air mata ketika memikirkan orang tuanya, yang tidak akan pernah kembali ke sisi mereka.

Mereka adalah anak-anak yatim piatu yang orang tuanya meninggal akibat dari penganiayaan terhadap Falun Gong di tangan Jiang Zemin dan antek-anteknya, dianiaya karena teguh dalam berlatih Falun Gong dan berpedoman pada prinsip “Sejati – Baik – Sabar.” Banyak diantara mereka masih kecil dan membutuhkan kasih sayang, tidak berdaya dan hidup dalam kesulitan di dunia ini.

Sang Ayah Shao Hui Meninggal Akibat Penganiayaan, Ibunya Mu Ping Diadili Secara Ilegal, Bocah Laki-Laki Shao Linyao Tidak Mengetahui Tentang Nasib Orang Tuanya Yang Menyedihkan.
Praktisi Dafa Shao Hui dari Huadian meninggal sebagai akibat dari penganiayaan di Kota Jilin pada bulan Agustus 2002. Hingga sekarang, putranya Shao Linyao tidak mengetahui bahwa ayahnya telah terbunuh. Shao Linyao mempunyai masa kecil yang tanpa kebahagiaan, karena dalam hidupnya polisi berulang kali menangkap kedua orang tuanya. Ia menderita kesepian, tidak berdaya, diliputi ketakutan dan kecemasan sejak masih kecil.


Shao Linyao

Ketika ibunya, Mu Ping dibebaskan dari kamp kerja paksa untuk pengobatan bersyarat setelah lebih dari tiga tahun penganiayaan, Shao Linyao mengikutinya kemana pun ibunya pergi karena dia takut akan kehilangan ibunya lagi. Dia tidak akan pernah tidur di malam hari sebelum ibunya pulang ke rumah, seberapapun larutnya malam. Dia akan duduk dan menunggu ibunya. Ketika ibunya memintanya tidur karena dia harus pergi sekolah besoknya, dia mengatakan dengan berlinang air mata, “Saya takut orang jahat akan membawa ibu pergi jika ibu keluar. Saya tidak dapat tenang jika ibu tidak di rumah.”

Petugas Kantor keamanan Nasional di Kota Jilin menangkap Mu Ping di tempat kerjanya pada tanggal 24 Oktober 2006. Mereka menggeledah rumahnya, bersama petugas dari Kantor Polisi Mengjiatun di Kota Changchun. Mereka menyita komputer, uang tunai, bilyet deposito sebesar 70.000 Yuan, buku-buku Dafa dan VCD klarifikasi fakta. Mereka membawa Mu Ping ke sel 608 di Pusat Tahanan Kota Jilin, dimana dia pernah ditahan selama lebih dari tiga setengah bulan. Pengadilan Distrik Chuanying di Kota Jilin sedang berencana untuk mengadili Mu Ping secara ilegal.

Shao Linyao yang berusia 11 tahun dan kakeknya, yang sekarang mengasuhnya, tidak mengetahui tentang apa yang terjadi dengan ibunya Shao, Mu Ping. Mu Ping sebelumnya masih menelepon putranya setiap dua minggu atau setidaknya sekali dalam sebulan, tetapi dia tidak melakukannya dalam tiga bulan terakhir. Shao Linyao sering secara diam-diam menangis di bawah selimutnya, karena dia tidak mendengar kabar tentang ibunya. Ketika kakeknya mengatakan kepadanya, ”Kita tidak mendengar kabar apa pun dari ibumu,” dia berusaha untuk menghibur diri dan mengatakan, ”Jangan khawatir tentang hal itu. Mereka mungkin menangkap banyak orang, ibu mungkin bersembunyi di suatu tempat.”

Shao Linyao telah tinggal bersama kakek dan neneknya sejak ibunya ditahan, tetapi kesehatan kakeknya memburuk, yang membuat kehidupannya menjadi susah. Kakek Shao Linyao berumur 76 tahun dan pernah menjalani dua kali operasi mata, glaukoma dan katarak. Dia akhir-akhir ini hampir kehilangan penglihatannya karena tak henti-hentinya memikirkan tentang anak laki-lakinya Shao Hui. Neneknya berumur 69 tahun, telah menderita sakit sejak 6 bulan terakhir, dan harus sering disuntik.

Nenek Shao Linyao khawatir tentang siapa yang nanti merawat suami dan cucunya bila dia telah tiada. Sampai sekarang, mereka tidak mengetahui tentang kematian Shao Hui dan mereka tidak mengetahui Mu Ping sedang diadili. Nenek Shao Linyao sering mengatakan, “Keluarga kami telah menderita terlalu banyak selama penganiayaan. Anak perempuan saya Shao Ling telah dihukum 12 tahun penjara. Anak laki-laki saya, Shao Hui telah menghilang selama 5 atau 6 tahun. Mu Ping biasanya menelepon sekali dalam sebulan, tetapi sekarang kami tidak pernah mendengar kabar darinya.” Dia menangis ketika mengatakan hal ini. Dia tidak dapat mengingat umurnya sendiri, tetapi dia masih ingat dengan jelas harinya ketika Shao Ling ditangkap secara ilegal dan hari apa ketika Shao Hui keluar dari kamp kerja paksa dengan pikiran lurus. Pasangan lanjut usia itu sudah tidak dapat lagi mengurus diri mereka, bagaimana bisa melindungi cucunya, Shao Linyao.

Nenek Dan Ayah Meninggal Karena Penganiayaan, Ibu Sakit Kanker, Hidup Xu Shuai Penuh Penderitaan.


Putra praktisi Dafa Xu Weidong: Xu Shuai

Xu Shuai sekarang berusia 16 tahun. Ibunya meninggalkan keluarganya dan menikah lagi ketika dia masih kecil karena keluarganya amat miskin. Xu Shuai tumbuh besar bersama bersama ayah dan neneknya. Ketika dia berumur 6 tahun, dia mulai berlatih Falun Dafa dengan ayah dan neneknya dan sering pergi belajar Fa dan berbagi pengalaman. Dia juga pergi ke tempat latihan untuk berlatih Falun Gong bersama praktisi lainnya. Setelah PKC memulai penganiayaan terhadap Falun Gong pada tanggal 20 Juli 1999, polisi dan pejabat partai di lapangan sering kali mengusik keluarganya di rumahnya. Mereka juga ditangkap dan dikirim ke pusat tahanan dan kamp kerja paksa, yang mana membuat Xu Shuai muda mengalami trauma.

Xu Shuai telah kehilangan neneknya, salah satu paman dan ayahnya selama 7 tahun penganiayaan Falun Gong. Saat ini paman dan bibi Xu Shuai yang lain merawatnya. Pamannya mempunyai penghasilan yang pas-pasan, dan dia tidak bisa lagi menanggung biaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Xu Shuai. Rumah bibinya hanya punya satu kamar, dan pamannya tidak lagi mengijinkan Xu Shuai tinggal bersamanya. Xu Shuai sebelumnya anak yang pandai di sekolah, tetapi prestasinya menurun karena mengkhawatirkan kehidupannya.

Ibunya Meninggal Akibat Penganiayaan, Nenek Pu Yonghe Bekerja 11 jam Sehari Untuk Biaya Sekolahnya.
Praktisi Dafa perempuan, Cui Zhengshu dari Kota Jilin pernah dua kali dikirim ke kamp kerja paksa. Sipir pada Kamp Kerja Paksa Heizuizi memerintahkan para tahanan lain untuk melarangnya tidur selama lebih dari 30 hari. Dia hanya tidur selama 22 jam dalam 33 hari. Silakan baca pada artikel:

“Mengenang Rekan Praktisi Ny. Chui Zhengshu” pada link: http://www.clearwisdom.net/emh/articles/2003/9/8/40022p.html

Otoritas kamp kerja paksa membebaskannya untuk pengobatan bersyarat pada tanggal 18 April 2003, ketika dia dalam kondisi sangat lemah dan tidak dapat makan serta mengurus dirinya sendiri. Kondisinya bertambah buruk di awal Agustus 2003 dan akhirnya dia meninggal pada tanggal 12 Agustus 2003.

Piao Yonghe yang berumur 13 tahun amat kehilangan Ibunya. Neneknya yang kemudian merawatnya. Neneknya yang berusia 73 tahun, bekerja 11 jam sehari untuk mendapatkan 400 Yuan per bulan. Dia tidak punya banyak waktu untuk mengurus Piao Yonghe dan sering terpaksa meninggalkannya sendirian di rumah.


Piao Yonghe dan Neneknya

Wang Zilin Menghilang Sejak 6 tahun Yang Lalu, Harapan Terbesar Dari Putrinya Adalah Melihat Ayahnya Tercinta Kembali Di Hadapannya!


Wang Zilin

Praktisi Dafa Wang Zilin bekerja pada Perkebunan Hutan Jiangbei di Kota Jilin. Dia mulai berlatih Falun Dafa sejak bulan Mei 1997 dan pernah pergi ke Beijing untuk menghimbau pada tanggal 19 November 2000. Sejak itu dia tidak pernah kembali pulang, dan tidak ada yang mengetahui keberadaannya. Keluarganya pergi ke Beijing dua kali untuk mencarinya, tetapi mereka tidak mendapatkan informasi apa pun.

Putri Wang Zilin, Wang Lili yang berumur 16 tahun tampak matang untuk usianya. Dia sering menghibur ibunya, mengetahui kesehatan ibunya kurang baik. Ibunya melakukan pekerjaan tambahan untuk memperoleh 400 Yuan per bulan. Dia menderita penurunan sendi tulang belakang. Kadangkala dia bekerja menggunakan penyangga batang baja untuk punggungnya supaya dia tidak kehilangan pekerjaannya. Wang Lili mengatakan kepada praktisi Dafa yang mengunjunginya, ”Saya merasa seperti melihat ayah jika saya melihat anda.” Dia terisak-isak. Kadang-kadang ibu dan anak menangis ketika hidup menjadi terlampau sulit. Harapan terbesar dalam hidupnya adalah ayahnya tercinta muncul kembali di hadapannya suatu hari!

Ibu Mu Chunmei Ditahan, Liu Zhonghao Yang Berusia 15 tahun Merawat Neneknya
Praktisi Dafa Mu Chunmei ditangkap pada bulan Maret 2006 dan kemudian ditahan di Kamp Kerja Paksa Masanjia, dimana dia disiksa dengan berbagai cara. Keluarganya sering meminta untuk bertemu dengannya, tetapi para sipir menolaknya. Putranya, Liu Zonghao baru berusia 15 tahun, tetapi tatapannya penuh dengan kesedihan. Liu Zhonghao hidup bersama kakeknya setelah ibunya ditangkap. Mereka dapat bertahan hidup dengan gaji kakeknya, tetapi kakeknya meninggal 3 bulan yang lalu, dan Liu Zhonghao kehilangan sumber harapan satu-satunya. Liu Zhonghao suatu kali berlari jauh ke atas bukit dan menangis di depan makam kakeknya, karena dia kehilangan kakek dan ibunya.

Liu Zhonghao sekarang tinggal bersama neneknya yang tak dapat berjalan karena menderita radang sendi. Dia melakukan tugas-tugas rumah dan merawat neneknya. Mereka hidup dari hasil pensiunan 10 bulan kakeknya, tetapi mereka tidak tahu apa yang akan mereka lakukan setelah uang pensiunan 10 bulan habis. Liu Zhnghao ingin mengunjungi ibunya di Kamp Kerja Paksa Masanjia, tetapi dia khawatir akan keadaan neneknya jika dia pergi ke kamp kerja paksa. Ketika seseorang menyebutkan ibunya, dia menutup mukanya dan menangis terisak.