Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Saya Akhirnya Membuat Langkah yang Menentukan

18 Nov. 2009 |   Oleh: Xiaoli, praktisi dari Liaoning


(Minghui.org) Baik saya maupun saudara perempuan saya adalah praktisi. Karena kami asyik berhubungan dengan urusan manusia biasa dan sangat kurang belajar Fa dengan mantap, maka kami terbelit dengan perselisihan pribadi untuk waktu yang lama tanpa mencari ke dalam untuk melihat kekurangan di dalam kultivasi. Kekuatan jahat mengambil keuntungan dari celah kebocoran kami, dan hasilnya, saudara perempuan saya ditangkap. Ini adalah peristiwa yang menakutkan. Lebih dari sepuluh orang polisi mengepungnya, dengan kamera yang menyorotinya. Pada saat itu, hati saya bimbang karena tidak cukup belajar Fa membuat pikiran lurus saya lemah. Pikiran pertama adalah menyembunyikan apa yang ada di dalam dompet karena takut diketahui dan dibawa. Saat itu, saya tidak bisa mengingat satu kata pun dari Guru, lupa untuk memancarkan pikiran lurus, dan kehilangan belas kasih karena keegoisan saya.

Mereka membawa saudara saya dan meninggalkan saya tanpa harapan. Ketika membaca di internet tentang rekan praktisi yang tertangkap, itu menyakitkan saya, tetapi tidak sebesar ini, yang mana mengejutkan saya. Tidak pernah terduga itu terjadi pada saya. Saya merasa langit runtuh dan merasa sangat bersalah. Sayalah yang bersalah atas penangkapannya. Jika saya sedikit lebih rajin, jika saya dapat berdiskusi tentang Fa lebih banyak dengannya, dia akan baik-baik saja. Dia selalu mengatakan kepada saya untuk lebih rajin dan lebih banyak belajar Fa. Di sisi lain, saya merasa dia kasar dan tidak ingin mendengarkannya. Kami seringkali bertengkar dalam berbagai hal yang sepele. Ketika pergesekan dan konflik terjadi, saya akan menggunakan mentalitas manusia biasa untuk menilai segalanya, hanya memusatkan pada kesalahannya dan tidak pernah melihat diri sendiri dengan baik-baik.

Saya menangis tanpa henti, berkata pada diri sendiri bahwa saya tidak melindunginya dengan cukup baik. Saya sepenuhnya tenggelam di dalam sentimentil.

Tiga hari setelah saudara saya ditangkap, suaminya dihubungi polisi. Setelah itu, dia datang ke rumah saya. Dia menatap kami, menginterogasi kami seolah-olah dia adalah seorang polisi, dan mengutuk kami. Saya tidak tahan lagi. Saya melupakan apa yang Guru katakan di dalam Zhuan Falun:

“Namun acap kali saat konflik terjadi, jika tidak sampai menusuk lubuk hati seseorang, akan sia-sia dan tidak berguna, tidak akan mendapat peningkatan.”

Tidak mampu menahan kemarahan, saya bertengkar dengannya.

Saya memindahkan semua materi yang berhubungan dengan Dafa di dalam rumah ke tempat lain. Kami membawa anak kami dan pindah ke asrama perusahaan. Atasan dan rekan kerja saya takut terlibat. Bahkan suami, dibawah tekanan hebat, mengatakan hal-hal yang negatif. Saya mencoba sebaik mungkin untuk mengklarifikasi fakta kebenaran kepada mereka. Tidak seorang pun mendengarkan.

Saya menyewa seorang pengacara, yang berhenti setelah mengunjungi saudara untuk pertama kalinya. Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ketika saya bingung, ibu menelepon, mengatakan agar saya jangan takut dan semua rekan praktisi kita sedang berusaha membantu. Mereka bahkan menyewa seorang pengacara jujur yang telah menghubungi saya dalam beberapa hari. Air mata saya berlinang. Terima kasih banyak atas belas kasih Guru dan rekan-rekan praktisi yang terhormat --- kalian memperkuat saya dengan pikiran lurus.

Beberapa hari sebelum pengacara menelepon. Saya merasa cemas dan menelepon ibu lagi. Dia mengatakan besok akan datang dan pergi bersama saya untuk memohon pembebasan saudari saya. Saya terbenam dalam ketakutan, tidak berani pulang, takut pergi sendirian ke kantor polisi untuk memohon pembebasan saudari saya. Rekan-rekan praktisi menyarankan ibu datang untuk memperkuat pikiran lurus saya. Namun hati saya masih tidak tenang, karena suami saudari saya terus mengancam karena dia telah mengatakan segalanya kepada polisi dan mereka akan datang untuk menangkap saya. Saya tahu hal ini mengarah pada ketakutan saya. Saya tetap berusaha menyemangati diri, mencari ke dalam sambil memancarkan pikiran lurus.

Pertama kali saya pergi bersama ibu untuk memohon pembebasan saudari saya, saya pergi meskipun suami saya keberatan. Dalam perjalanan ke sana, suami menelepon, mengatakan suami saudari saya tidak ingin pergi dan kita seharusnya tidak pergi juga. Saya tetap pergi. Dia menelepon lagi, mengatakan putri saya demam tinggi dan saya perlu pulang untuk mengurusnya. Benar-benar tekanan dan gangguan! Sebelum tiba di pusat penahanan, suami mengirim sms, “Firasat saya tidak baik. Kamu cepatlah kembali. Dengarkan perkataan saya.” Tangan saya berkeringat. Melihat reaksi saya, ibu berkata, “Kalau begitu kamu lebih baik pulang.” Dengan segera saya berlari. Melihat ke belakang, saya tahu bahwa semua terjadi karena ketakutan saya dan telah gagal lagi dalam ujian ini. Saya tahu ini adalah jalan kultivasi saya dan harus melewati ujian ini. Kemudian, saya mengatakan kepada ibu bahwa besok saya akan pergi ke pusat penahanan lagi.

Esoknya, saya dan ibu pergi ke biro keamanan masyarakat. Masih sedikit gugup, saya mencoba sebaik mungkin untuk menguatkan hati. Petugas yang bertanggung jawab tidak ada di tempat tetapi mungkin kembali di sore hari. Saya tinggal untuk memancarkan pikiran lurus. Pada sore hari, kami mencoba lagi, namun petugas yang bertanggung jawab belum kembali. Saya gelisah, mengatakan kepada mereka bahwa kami tidak akan pergi sampai menemuinya. Saya menanyakan keabsahan dan atas dasar apa mereka menangkap saudari saya, yang hanya ingin menjadi orang yang lebih sehat dan lebih baik. Ibu berkemah di pintu gerbang biro keamanan masyarakat malam itu. Keesokan harinya saya tiba sebelum kantor dibuka. Saya dan ibu baru saja mengatakan beberapa kata dan petugas yang bertanggung jawab muncul. Dia merasa tidak nyaman. Kami menjelaskan fakta-fakta sebenarnya kepadanya dengan sangat tenang dan meminta untuk menemui saudari saya. Dia menjawab, “Dia akan dibebaskan dalam beberapa hari, kalian tidak dapat menemuinya sekarang.” Kami tidak mempercayainya dan tidak dapat menunggu. Kami melanjutkan untuk mendatangkan pengacara dan melakukan apa yang harus kami lakukan. Akhirnya, saya melangkah maju. Dalam beberapa hari, saudari saya telah dibebaskan dengan pikiran lurus.

Melalui usaha kami dalam memohon pembebasan saudari saya, saya melihat kekuatan pikiran lurus dan kekuatan satu tubuh. Terima kasih kepada Guru agung yang belas kasih yang tidak pernah menyerah terhadap kami --- dua murid yang tidak layak ini. Kami merendahkan diri di hadapan Guru agung yang belas kasih dalam menyelamatkan kami dan kami juga sangat berterima kasih atas bantuan tanpa pamrih dari rekan-rekan praktisi.

2 Oktober 2009

Chinese: http://minghui.ca/mh/articles/2009/10/4/209576.html
English: http://www.clearwisdom.net/html/articles/2009/10/16/111634.html