Dari Konferensi Berbagi Pengalaman Kultivasi Falun Dafa Jawa Tengah 2009

(Minghui.org) Pertama kali mengetahui tentang Falun Dafa adalah lewat brosur yang saya terima saat ada pawai di Yogyakarta pada tahun 2006. Begitu dapat brosur, hal yang paling menarik perhatian saya adalah kata-kata “Sejati-Baik-Sabar.” Dalam hati saya berkata, ”Ini pasti mengajarkan sesuatu yang baik,” dan saya memang dari dulu sangat tertarik tentang psikologi dan filsafat serta buku-buku yang mengajarkan tentang kebaikan. Untuk itulah saya sangat penasaran tentang tiga kata Sejati-Baik-Sabar dari Falun Dafa.

Dari brosur tersebut saya baru tahu dari seorang praktisi bahwa ada tempat latihan di UGM (Universitas Gadjah Mada), tetapi berhubung banyak pekerjaan, saya belum sempat juga untuk datang ke UGM. Baru pada tanggal 27 Januari 2008, saya bisa ikut latihan. Pertama ikut latihan keringat saya sebesar biji jagung karena harus menahan sakit waktu melakukan perangkat latihan kedua “Berdiri Memancang Metode Falun.” Selama latihan, batin saya bertanya, ”Dimana yang namanya Sejati-Baik-Sabar? Cuma capek doang!” Kalau harus sabar menahan sakit sewaktu latihan, saya pikir titik tolak saya bukan karena sabar, tetapi karena gengsi pada teman-teman, takut kalau dibilang tidak kuat.

Setelah latihan yang pertama kali tersebut, saya yang pada dasarnya suka berolah raga, jadi merasa tidak cukup kalau hanya latihan sekali seminggu. Maka saya bertanya dimana bisa latihan setiap hari. Saya diberi tahu di tempat Pak Cipto bisa latihan setiap hari. Pagi berikutnya saya langsung latihan di sana dan setiap hari saya rajin datang. Seminggu latihan di tempat Pak Cipto, sama juga dalam hati saya selalu menanyakan dimana letak Sejati Baik Sabar dari latihan tersebut.

Sejak awal, Bu Cip bertanya apa yang mendorong saya untuk tertarik latihan Falun Dafa, dan apakah saya suka baca buku. Saya jawab bahwa saya penasaran dengan kata-kata di dalam brosur tentang Sejati-Baik-Sabar dan saya sangat suka baca buku apa saja asal buku itu tentang hal-hal yang baik, bukan yang porno atau apa saja yang menjerumuskan seseorang menjadi tidak baik. Tepat hari keenam, Bu Cipto menyodorkan buku Zhuan Falun kepada saya sambil bertanya, “Mbak Rani mau baca buku ini?” Lalu saya jawab, ”Mau sekali bu! Boleh saya pinjam?” Bu Cipto jawab, ”Boleh saja.”

Sepulang dari latihan, saya langsung baca buku Zhuan Falun tersebut. Entah kenapa begitu saya baca buku tersebut, dalam hati saya, seumur hidup saya, baru pertama kali saya menemukan ajaran dari buku Zhuan Falun-lah yang menurut saya paling benar, yang langsung membuka bawah sadar saya tentang bagaimana sebagai seorang manusia harus berbuat dan bersikap yang benar-benar baik, dan tahu makna sesungguhnya tujuan menjadi manusia, dan serasa seluruh pertanyaan tentang misteri kehidupan ini, yang belum pernah saya dapatkan jawabannya, semua seolah-olah terjawab oleh buku Zhuan Falun. Saya bahkan tak bisa berhenti untuk terus mambaca, bahkan dalam tidur saya pun seolah-olah terus menghafal isi buku tersebut. Seluruh kesadaran saya serasa dibuka semua, saya langsung percaya kepada Shifu, dan hari itu juga saya langsung berspesialisasi tunggal. Semua ajaran dan buku-buku dari agama lain yang pernah saya baca, selama ini saya selalu bisa berdalih untuk tidak setuju, tetapi entah kenapa dengan buku Zhuan Falun ini saya tidak bisa membantah sedikitpun, dan benar-benar saya yakin atas semua prinsip yang terkadung di dalamnya, adalah kebenaran yang sejati.

Hari-hari saya setelah mengenal buku Zhuan Falun, serasa selalu dibimbing oleh Shifu, apa yang saya lakukan sedikit menyimpang detik itu juga saya diberi peringatkan oleh Shifu. Misalnya kalau saya menggunjing seseorang saat itu pula kepala saya langsung pusing bukan main, ketika saya mengejek cucu tante saya yang kurus, saya tidak sanggup menggendong anak itu, seluruh badan terasa tidak ada tenaga. Ketika menceritakan perlakuan nenek saya yang tidak adil pada saya, dengan penuh kebencian, saat itu juga di depan seorang praktisi, saya seperti didorong dengan tiba-tiba, saya jatuh terlentang dengan kepala menyentuh lantai tetapi anehnya saya tidak merasa sakit sedikitpun. Juga ketika tertawa ngakak pun kepala saya saat itu langsung pening bukan kepalang. Mungkin ini semua adalah beberapa contoh perilaku yang menyimpang, yang oleh Shifu selalu diingatkan agar saya tidak mengulang hal yang sama. Dan setiap hal itu terjadi saya merasa bersyukur kepada Shifu dan dalam hati selalu berusaha untuk selalu teguh menjalani hidup sesuai Dafa.

Hal aneh yang terjadi dalam perjalanan saya memperoleh Dafa ini adalah saya pernah diramal sebelumnya. Awalnya saya termasuk tipe orang yang tidak percaya ramalan tetapi suka penasaran tentang ramalan. Saya pernah iseng main internet, dan ada situs ramalan gratis untuk mencoba, maka saya pun mencoba memasukan data saya. Si peramal dari Amerika, meramal data diri saya. Dikatakan baru pertama kali dari seluruh kliennya, sayalah yang mempunyai aura yang terbaca sangat kuat. Dia katakan bahwa saya akan menemukan suatu masa transisi suatu perjalanan yang sangat-sangat indah. Untuk itu saya disuruh mencari seseorang yang spiritualnya sangat-sangat tinggi. Dikatakan kalau saya ingin diramal lebih lengkap maka saya harus membayar US$ 60 sekitar Rp 600.000,-. Berhubung tidak punya uang dan hanya iseng saja, maka saya tidak peduli dengan ramalannya. Tetapi lima hari kemudian saya mendapat email lagi dari dia yang mengatakan, “Entah kenapa saya tidak bisa berhenti memikirkan Anda, karena Anda memang lain dari yang lain, saya tidak peduli apakah Anda tertarik dengan ramalan saya atau tidak, saya hanya ingin mengatakan bahwa saya tidak ingin Anda kehilangan kesempatan memperoleh masa transisi ini. Anda akan menemukan masa transisi suatu periode perjalanan yang sangat-sangat indah ini antara tanggal 01 Februari sampai 27 April 2008, tolong Anda jangan sampai melewatkan masa ini, karena periode ini tidak akan Anda temukan lagi di sepanjang kehidupan Anda bahkan ribuan tahun lagi Anda tidak akan menemukan masa ini.”

Mendapat email yang kedua ini, saya jadi bertanya dalam hati, kemana saya harus menemukan seseorang yang spiritualnya sangat tinggi? Orang yang seperti bagaimana? Masa transisi itu seperti apa? Akhirnya saya berkata dalam hati kalau memang punya nasib menemukan masa itu maka nantipun juga ketemu sendiri.

Saya pahami ternyata saya memang harus bertemu Dafa ini, yang ribuan tahun semua menantikan masa Pelurusan Fa ini, dan tidak akan ada lagi masa Pelurusan Fa ini dimasa-masa yang akan datang. Dan Shifulah guru spiritual saya, yang menuntun saya menapaki masa transisi ini. Saya ingat bahwa saya bertemu buku Zhuan Falun pada tanggal 3 Februari 2008, sesuai dengan yang diperkirakan oleh si peramal tersebut, yang memang semua tidak ada yang kebetulan.

Perjalanan Xiulian saya selanjutnya banyak hal mungkin sama dengan praktisi yang lain. Banyak “keajaiban” yang saya peroleh dan pahami. Saat gagal menjalani ujian ada kesedihan dan penyesalan, serta dalam hati berjanji untuk tidak gagal lagi. Hal-hal yang paling sulit yang belum bisa saya jalani adalah Xiu Kou (Kultivasi Pembicaraan). Mulut ini rasanya tergelitik untuk selalu ikut berkomentar saat mendengar teman mengomentari sesuatu atau seseorang. Dan ada perasaan risih jika mendengar atau melihat seseorang bersikap dan berperilaku layaknya orang pada umumnya yang tidak Xiulian. Perasaan yang paling kuat adalah perasaan seperti hidup dalam kesunyian dan kesendirian karena semua hal keduniawian serasa sudah tidak memikat hati lagi.

Terkadang ada saatnya perasaan malas menghambat kegigihan dalam Xiulian, tetapi saat teringat belas kasih Shifu yang selalu menuntun saya selama ini, menyadarkan saya untuk kembali gigih maju dan menjalankan semua ajaran Shifu.

Demikian sharing pengalaman saya, semoga dapat menambah wacana bagi praktisi lain, bahwa Shifu hadir memang untuk kita semua, seperti yang sudah diramalkan terhadap diri saya, seperti yang saya ceritakan tadi, dan bahkan ratusan atau ribuan tahun yang lalu. Maka dapat saya pahami untuk benar-benar jangan sampai kita ketingggalan masa sekarang ini, masa Pelurusan Fa.

Terima kasih atas waktu yang diberikan kepada saya untuk dapat berbagi pengalaman ini.

Jakarta, 27 Juli 2009