Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Mengutamakan Belas Kasih dalam Menghadapi Makhluk Hidup

24 Sep. 2009 |   Oleh: I Made Peredi, praktisi Bali

Dibacakan saat Konferensi Berbagi Pengalaman Kultivasi Falun Dafa Jawa Tengah 2009

(Minghui.org)

Salam hormat kepada Shifu yang Agung,

Salam hormat kepada seluruh praktisi,

Saya adalah seorang sopir bus pariwisata. Saya berjodoh dengan Falun Dafa pada bulan Juli 2004. Sebelumnya saya tidak pernah tertarik untuk menekuni ajaran spiritual.

Saat pertama kali diperkenalkan latihan Falun Gong, pada waktu itu, saya langsung diajarkan lima perangkat metode latihan Gong. Pertama berlatih saya sudah bisa merasakan medan energi dari latihan Falun Gong. Lalu oleh pembina setempat, saya disarankan untuk membeli buku Zhuan Falun. Karena penasaran, sehabis latihan saya langsung ke toko buku mencari buku Zhuan Falun. Saya pun mendapatkan buku yang dimaksud dan pulang ke rumah untuk membacanya. Setelah baca, saya sangat kaget. Isi buku Zhuan Falun sangat luar biasa, saya belum pernah membaca buku yang menjabarkan prinsip-prinsip kebenaran secara gamblang. Saya berjanji tidak akan melepaskan sampai kapanpun!

Sebelum berlatih Falun Gong, saya sering sakit kepala dan menderita sakit maag. Beberapa waktu setelah berlatih, saya sudah tidak pernah merasakan sakit lagi.

Dalam perjalanan Xiulian, saya banyak mendapat rintangan dari lingkungan sekitar saya maupun dari keluarga. Yang ingin saya ceritakan di sini adalah jarang ditemukan oleh praktisi pada umumnya.

Saya termasuk orang yang spesifik, karena di kampung saya ada sebuah tarian, hanya saya yang bisa memerankannya. Saat menari, saya harus melepaskan kesadaran utama saya dengan sengaja agar saya bisa trans (dirasuki oleh roh di luar kesadaran saya). Setelah saya membaca ceramah di Zhuan Falun tentang Futi, saya sadar dengan apa yang telah saya lakukan. Suatu ketika, saat saya diminta untuk melakukan trans lagi, saya sudah bisa mengendalikan diri sendiri. Saya bisa menjaga kesadaran utama dengan jernih. Saya sudah tidak bisa trans lagi. Tarian itu pun akhirnya dicarikan penari pengganti, si penari dituntut bisa trans saat menarikannya. Saya pun akhirnya terbebas dari tugas tersebut.

Ujian spesifik lainnya adalah ditujukan pada istri saya. Walau ujian ini menyangkut istri saya, namun hati saya ikut bergejolak pula. Hati saya begitu teriris, rasanya hancur mengapa harus mengalami cobaan berat seperti itu.

Waktu itu, istri saya baru ikut Xiulian Falun Dafa. Buku Zhuan Falun belum habis dibaca, ujian sudah datang. Oleh adik saya, istri saya dituduh bisa mencelakakan orang dengan black magic. Padahal saya mengajak adik saya tinggal dalam satu rumah dari kecil hingga ia menikah.

Suatu hari, anak adik saya sakit keras. Dia pun menanyakan tentang penyebab sakit anaknya kepada Qigong palsu. Waktu itu, adik saya sangat percaya pada perkataan Qigong palsu tersebut. Qigong palsu itu memberi tahu dia, bahwa anaknya sakit karena disakiti oleh istri saya dengan menggunakan black magic. Adik saya tinggal sekitar lima km dari rumah saya. Berita itu disebarkan di dua desa di sekitar lingkungan saya.

Enam bulan kemudian, ada anggota masyarakat di lingkungan saya yang merasa iba terhadap istri saya. Dia pun mendatangi istri saya dan memberi tahu berita yang tersebar di masyarakat. Saat itu hati istri saya hancur, dia tidak siap menghadapi fitnahan oleh adik iparnya sendiri. Istri saya menangis terus menerus hingga dua hari tak terasa. Dia sangat tertekan dengan berita yang sudah tersebar di masyarakat. Walau hati saya juga hancur, saya berusaha dengan sabar menasehati dia. Saya mengutip ceramah Shifu di buku Zhuan Falun, “Jika ada yang mengatakan anda baik belum tentu anda benar-benar baik, jika ada yang mengatakan anda buruk, belum tentu benar-benar anda buruk, sebab kriteria untuk mengukur baik dan buruk telah mengalami distorsi, hanya manusia yang sesuai dengan karakter alam semesta ini boleh dibilang seorang yang baik.” (“Ceramah Empat”).

Kalau saya belum belajar Fa, mungkin seperti pepatah, ibarat menembak satu kena dua. Satu musibah menghancurkan dua orang sekaligus. Saya bersyukur telah mendapatkan Fa, sehingga saat gejolak datang, baik yang saya temui dalam masyarakat maupun dalam keluarga, saya bisa atasi dengan baik. Sayapun menyelesaikan masalah ini secara baik-baik dengan adik saya, tidak sampai bertengkar. Setelah semua dilepaskan, semua berlalu begitu saja. Saya dan adik kembali harmonis. Hubungan keluarga semua berjalan dengan baik. Walaupun kadang-kadang muncul kembali, teringat akan peristiwa fitnahan tersebut, saya selalu mengingatkan diri saya, bahwa saya adalah seorang Xiulian, jadi harus berbuat sebagaimana yang dituntut oleh Shifu. Mengutamakan belas kasih dalam menghadapi makhluk hidup.

Demikian sekelumit pengalaman yang saya alami dalam Xiulian saya, tentu masih banyak kekurangannya. Saya mohon rekan-rekan praktisi untuk menunjukkannya.