Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Melarang Penggunaan Toilet: Bentuk Lain Dari Penganiayaan Yang Tidak Mengenal Malu

4 Des. 2010 |   Oleh: Fei Pu


(Minghui.org) Sepanjang sejarah, melarang orang menggunakan toilet tidak umum digunakan sebagai metode penyiksaan. Namun, selama penganiayaan terhadap Falun Gong oleh rejim komunis China, penggunaan toilet tidak lagi dianggap sebagai hak dasar manusia.

Akses toilet di Divisi 2 Kamp Kerja Paksa wanita di Provinsi Shandong sangat terbatas. Pengawal mengharuskan tahanan untuk membuang air kecil secara berkelompok. Permintaan tambahan diperlukan untuk buang air besar. Permintaan harus disertai kata-kata menuruti sistem: "Ibu, saya punya permintaan." Penjaga balik bertanya, "Apa itu?" "Saya ingin buang air besar." Ketika penjaga berada dalam suasana hati yang baik, ia mungkin berkata, "Silakan." Kadang-kadang penjaga mempersulit praktisi Falun Gong dengan meminta dia untuk menyanyikan sebuah lagu, seperti "PKC yang baik", atau "Sosialisme baik". Jika praktisi menolak, ia harus menahannya.

Mengapa para pengawal bertindak demikian? Untuk mempermalukan para praktisi. Bahkan mantan praktisi yang telah “dirubah” masih harus menanggung penghinaan tambahan ini. Jika praktisi tidak mau menyerah, mungkin ia harus buang air di celana.

Xu Qingyan adalah praktisi dari Desa Liushui, Kotapraja Daxue, Distrik Taihe di Kota Jinzhou, Provinsi Liaoning. Dia pernah dikirim ke Kamp Kerja Paksa Masanjia. Xu angkat bicara ketika praktisi Qiu Li diseret ke luar untuk diberi makan secara paksa pada tanggal 17 April 2005. Ketika Xu mengucapkan dengan lantang "Falun Dafa baik," kepala regu Li Mingyu menekan kepalanya. "Kami memberinya [Qiu] makan. Mengapa kamu berteriak?" Kepala regu lainnya, Xie Chengdong menutup pintu dan memukulinya dengan kejam hingga ia pingsan.

Setelah Xu siuman, dia minta izin kepada penjaga Liu Jing untuk ke toilet. Liu Jing menolak. Tanpa diperbolehkan ke toilet untuk waktu lama, perut bawah Xu membengkak. Sementara itu, dada dan jantungnya sangat tersiksa. Praktisi lain memberi tahu penjaga tentang situasi yang mendesak, tetapi mereka mengabaikannya.

Menghalangi seseorang memakai toilet adalah kejam. Berikut adalah dua contoh di mana penjaga laki-laki membatasi praktisi wanita menggunakan toilet.

Wang Shuchun adalah seorang praktisi perempuan usia 61 tahun dari Distrik Haigang di Kota Qinhuangdao, Provinsi Hebei, yang telah ditahan pada tanggal 21 Juli 2010. Setelah menahan dia di sebuah pusat penahanan selama beberapa hari, agen polisi mengelabuinya untuk pergi ke rumah sakit polisi. Setelah tekanan darah Wang melonjak lebih dari 180, Zhou Haitao dan tiga penjaga lainnya berusaha memaksanya minum obat. Wang menolak. Zhou dan dua penjaga pria lainnya mendorongnya ke tempat tidur, memencet hidungnya dengan satu tangan dan satu tangan lagi secara paksa membuka mulutnya untuk memberi obat tidak dikenal. Wang meludahkan obat-obatan tersebut. Zhou mati-matian menutup mulut dan hidungnya dan berteriak, "Saya yakin saya bisa melakukannya." Ketika Wang tidak berdaya dan hampir kehilangan kesadaran, penjaga meyuntiknya dengan obat melalui IV. Wang melihat selembar kertas di samping botol IV dengan nama obat di atasnya. Dia meraih kertas itu untuk melihat lebih jelas. Zhou segera memerintahkan penjaga lain untuk mengambil kertas tersebut. Setelah suntikan obat yang tidak diketahui ini, Wang merasa fisik dan mentalnya mengerikan, seolah-olah kepalanya mau meledak. Selama proses ini, Wang meminta untuk ke toilet. Sementara di toilet, Zhou tanpa malu-malu membiarkan pintu terbuka dan penjaga laki-laki yang lain, menonton ia buang air kecil.

Yan Chunling adalah seorang praktisi perempuan di Distrik Nangang, Kota Harbin. Dia ditangkap pada tahun 2000 dan dikirim ke Kamp Kerja Paksa Wanjia. Karena menolak menulis pernyataan melepas latihan Falun Gong,  Yan dihukum dengan kurungan isolasi dan dipaksa berdiri di lantai selama tiga hari dan dua malam. Selain itu, penjaga menyiksa dia dengan berbagai cara, termasuk metode "Gantungan Besar" dan "Mengendarai Pesawat". Pengawal melarang dia tidur selama 28 hari. Untuk lebih menganiaya dirinya, para penjaga mengirimnya ke sel laki-laki selama dua hari dua malam di bulan Juni. Tujuannya untuk menghalangi dia menggunakan toilet dan mempermalukan dirinya.

Penganiayaan yang tidak manusiawi berikut terjadi di Kamp Kerja Paksa Wanjia.

Liu Guihua adalah seorang praktisi perempuan dari pertanian 8511 di Biro Pertanian dan Reklamasi di Kota Mudanjiang, Provinsi Heilongjiang. Dia dengan kejam disiksa dengan berbagai cara di Kamp Kerja Paksa Wanjia termasuk pemukulan, pelecehan verbal, penghinaan lain, duduk di bangku kecil untuk waktu lama, dan dilarang tidur. Hal ini terjadi setiap hari. Untuk “mereformasi” Liu, penjaga mengikat tangannya dan digantung dengan kepala ke bawah. Ini berlangsung dua hari. Dia tidak diturunkan, bahkan ketika dia harus ke toilet. Dia harus membuangnya di celana. Penjaga lalu menarik celananya ke bawah dan menutupi mulutnya dengan celana kotor oleh urin dan tinja.

Para ahli medis di penjara yang terlibat dalam pelarangan penggunaan toilet dengan alasan terapi.

Xu Hui adalah seorang pensiunan dari Perusahaan Farmasi Jiutai di Kota Jinzhou, Provinsi Liaoning. Menyusul penangkapan dan penahanannya di Pusat Pengiriman Kerja Paksa Beijing, tiga narapidana ditugaskan untuk memantaunya. Dia dipaksa untuk berdiri lebih dari 10 jam sehari, dari pagi sampai ia diizinkan untuk tidur di malam hari. Selama waktu ini, dia dilarang mandi, tidur, dan menggunakan toilet. Dalam jangka panjang tidak ke toilet  membuat Xu tidak dapat buang air kecil. Wang Yong, dokter di klinik memerintahkan beberapa preman menggosok perutnya. Dokter berkata, "Kami menjamin anda akan bisa buang air kecil setelah kembali." Lalu, apa "perlakuan" mereka pada Xu? Beberapa tahanan mendorongnya ke lantai, memegangnya erat-erat, dan memukuli perutnya dengan keras.  Perut Xu sudah membengkak dan sangat sakit bila disentuh. Hari berikutnya ia kehilangan kendali atas kandung kemihnya dan terus-menerus buang air kecil di celana.

Jiang Yong adalah seorang praktisi (pria) di Distrik Xuhui, Shanghai. Dia dijatuhi hukuman delapan tahun penjara pada tahun 2001 dan disiksa di Penjara Tilanqiao. Dia melakukan mogok makan dan kemudian diikat erat di tempat tidur, telanjang. Staf medis di penjara memasang penampung urin karet palsu pada penisnya, dengan alasan bahwa dia terlalu lemah untuk buang air kecil secara normal. Tidak bisa buang air kecil untuk waktu lama, seluruh tubuh Jiang membengkak. Kandung kemihnya bengkak dan sakit, yang menyebabkan rasa sakit pada ginjal.

Di Kamp Kerja Paksa Pertama Provinsi Shandong, para penjahat juga mengikat penis praktisi dengan tali. Urin menumpuk dan mengalir kembali ke ginjal. Praktisi mengalami pembengkakan di seluruh tubuh dan merasakan rasa sakit yang luar biasa.

Melarang penggunaan toilet seringkali merupakan hasil dari perencanaan antara penjaga dan narapidana lain.

Wang Cuifang adalah seorang praktisi perempuan usia 60-an dari kabupaten Junan Kota Linyi. Pengawal menyiksanya di  Kamp Kerja Paksa Wanita Pertama Provinsi Shandong. Jika ia makan atau minum, penjaga melarang dia untuk menggunakan toilet, memaksanya untuk membuangnya di celana. Wang makan sangat sedikit dan tidak minum sama sekali. Para penjaga lalu berkata ia mogok makan dan mengancam akan memberi makan secara paksa (melalui selang). Setiap kali Wang minta ke toilet, penjaga menyuruhnya menunggu, dan kemudian menunggu lagi. Setelah banyak permintaan dari Wang, penjaga akhirnya setuju. Namun penjaga Wang Yueyao sudah berkomplot dengan narapidana Wang Qian. Ketika Wang Cuifang pergi ke toilet, Wang Qian sudah ada di sana, menempati toilet satu-satunya di kamar mandi dan tidak mau berdiri.

Meskipun kadang-kadang penjaga secara langsung ikut dalam tindakan hina tersebut, namun lebih sering mereka memerintahkan tahanan lain untuk melakukannya.

Zhang Yinying adalah karyawan Biro Kebersihan Distrik Dongcheng, Beijing. Dia dikirim ke kamp kerja paksa tiga kali  dan ditahan selama tujuh tahun. Dia dilarang menggunakan toilet ketika ditahan di Pusat Pengiriman Kerja Paksa Beijing dan harus buang air di celana. Seorang narapidana yang ditugaskan untuk memantaunya adalah seorang pecandu narkoba. Dia mengeluh tentang tugasnya dan tidak ingin melakukannya lagi. Mengapa? Bau dari praktisi yang dipaksa untuk buang air kecil di celana membuat bau ruangan tidak dapat ditolerir lagi. Para narapidana kadang-kadang diam-diam mengijinkan Zhang untuk buang air kecil dalam tong. Para penjaga mendengar tentang hal itu dan berkata kepada narapidana, "Jika anda mengijinkan dia untuk buang air kecil dalam tong, maka anda tidak diperbolehkan untuk menggunakan toilet."

Sementara beberapa narapidana berbelas kasih, mereka yang dipilih dengan seksama oleh sipir penjaga umumnya kejam ketika menganiaya praktisi.

Praktisi Liu Yongwang (pria) adalah divisi manajer dan kepala insinyur dari perusahaan asing di Beijing. Dia masih dipenjara di Penjara Jidong. Zheng Yajun, seorang penjaga di Divisi 1, menempatkan Liu di ruang kosong di lantai atas selama delapan bulan. Ia memerintahkan 14 narapidana lain agar menggunakan berbagai cara untuk menyiksa Liu.

Liu telah menulis beberapa surat informasi dan permohonan, dan berhasil dikirim ke luar dari penjara dengan kesulitan besar. Menurut informasi, beberapa narapidana bahkan mendorong dia ketika ia hendak buang air kecil, mengatakan, "Kami dapat membuat anda kencing di celana, atau di kursi, kapan saja kami mau." Setiap kali mereka melihat Liu perlu  buang air kecil, tanpa memandang di mana, mereka mendorongnya dengan keras. Dengan demikian, ia sering tidak punya pilihan selain  buang air kecil di tempat tidur, kursi, atau celana. Mereka sering melarang Liu menggunakan toilet untuk waktu tertentu. Dia dilarang menggunakan toilet sebelum waktu tersebut. Dia harus menggunakan toilet pada malam hari  di bulan Desember 2007 sekitar 20 menit sebelum waktu yang dijadwalkan. Untuk menghindari kencing di celana, ia memegangi kemaluannya. Ketika narapidana Wang Quantao melihat ini, ia memindahkan tangannya, membuat Liu kencing di celana.

Narapidana Zhang Donghong bahkan lebih keji. Dia ingin menyiksa Liu sampai mati. Dia berkata kepeda  Liu, " Saya akan menyiksa kamu perlahan-lahan sampai mati, dan yang lainnya tidak akan mengetahui penyebab kematianmu." Pada malam yang membeku di musim dingin, para narapidana membiarkan pintu dan jendela terbuka lebar. Kemudian mereka menempatkan pot kencing di tempat di mana angin bertiup kencang. Narapidana Zhong Donghong dan Wang Quantao mengenakan mantel tebal dan berdiri di belakang pintu. Kemudian mereka memaksa  Liu mengenakan hanya selapis pakaian dan tinggal di tempat dingin terbuka selama setengah jam. Siapa yang butuh setengah jam untuk buang air kecil? Ini untuk menyiksa dia. Setelah Liu kembali memakai selimut, sebelum dia sepenuhnya hangat, para tahanan memaksanya keluar dan "buang air kecil" lagi. Ini terus berlangsung sepanjang malam. Ini adalah bagaimana narapidana Zhang Donghong ingin menyiksa dia sampai mati.

Dengan hasutan dari para penjaga, para narapidana lebih keji dalam menganiaya dan melecehkan praktisi Falun Gong.

Para petugas di Kamp Kerja Paksa Baimalong, Provinsi Hunan, dengan ketat membatasi praktisi menggunakan toilet. Liu Yuwei (perempuan) adalah seorang akuntan di pabrik pengolahan daging di Kota Yiyang, Provinsi Hunan. Enam tahanan menelanjanginya di depan umum di kamp kerja paksa, dan memasukkan garpu kain [digunakan untuk menaikkan gantungan baju dan menggantung baju] ke dalam vagina. Garpu itu menempel di dalam selama beberapa jam dan ia tidak dapat menariknya keluar. Liu terluka parah dan tidak mampu berjalan untuk waktu yang lama. Lain waktu para tahanan melarang Liu menggunakan toilet selama delapan hari. Suatu hari, tiba-tiba cairan menyembur langsung dari pusarnya. Para preman belum pernah melihat hal ini terjadi dan merasa ketakutan.

Zhang Guixiang, praktisi perempuan usia 50-an, dari  Kabupaten Xishui, juga menerima penganiayaan berat di  Kamp Kerja Paksa Wanita Provinsi Hubei. Pengawal Li Li dan Liu Ling, bersama dengan Zhou Qiong, memerintahkan Li Chunyan dan narapidana lainnya untuk menyeret Zhang ke kamar mandi. Mereka menendangi, memukuli, dan menginjak-injak perutnya dengan keras, membuat isi perut dan kandung kemihnya keluar secara spontan.

Insiden di atas hanyalah beberapa jenis penyiksaan dalam bentuk pelarangan penggunaan toilet yang telah diterapkan pada praktisi Falun Gong. Ada banyak jenis cara penyiksaan lainnya. Sebagai contoh, praktisi kadang-kadang direntang dan diikat erat di tempat tidur selama beberapa hari, atau digantung selama beberapa hari. Karena mereka ditinggalkan terikat atau tergantung, mustahil bagi mereka untuk menggunakan toilet secara normal. Ada kalanya penjaga menelanjangi para praktisi sebelum mengikat mereka sehingga mereka tidak lagi harus menyibukkan diri dengan kebutuhan dasar praktisi untuk buang air. Bahkan lebih umum bagi penjaga untuk melarang para praktisi menggunakan kertas toilet, membatasi waktu di toilet, atau sengaja merusak organ pengeluaran tubuh dari para praktisi.

Metode penyiksaan yang dijelaskan di atas adalah lazim digunakan di pusat-pusat penahanan, kamp kerja paksa, penjara atau pusat pencucian otak di China. Hal ini mencerminkan sifat tidak manusiawi dari Partai Komunis China yang telah merusak tatanan moral masyarakat China. Ini adalah contoh lain yang sepenuhnya mengungkap kekerasan dan kebejatan dari penganiayaan.

Chinese: http://minghui.ca/mh/articles/2010/10/21/231288.html
English: http://www.clearwisdom.net/html/articles/2010/11/3/121221.html