Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Jakarta: Diskusi ‘Memandang Seni Lukis dengan Metode Ortodoks’

25 Feb. 2010 |   Oleh: praktisi Jakarta

(Minghui.org) Selama berlangsungnya Pameran Lukisan ‘Sejati-Baik-Sabar’, pada Rabu malam, 17 Februari 2010 - pihak penyelenggara mengadakan sebuah diskusi bertema ‘Memandang Seni Lukis dengan Metode Ortodoks’ di Galeri Cipta 2, Jakarta.

Acara diskusi publik tersebut diadakan sebagai forum pertukaran pandangan antarpara seniman, para pecinta dan pengamat seni mengenai seni lukis ortodoks.

Bachtiar, seorang kurator seni yang sebelumnya pernah bergabung dengan komunitas pelukis di Ubud, Bali maupun Stuttgart, Jerman - memaparkan pandangannya mengenai asal mula kesenian yang diturunkan oleh Sang Pencipta, yang dimaksud demi mempertahankan hubungan antara manusia dengan alam dan Sang Pencipta-nya, menjaga hubungan yang harmonis antarmanusia. Karena itu pada awalnya, lukisan-lukisan yang terdapat pada dinding maupun atap gereja-gereja tua maupun kuil-kuil kuno banyak melukiskan hal-hal tersebut, melukiskan keagungan dewa, alam semesta; menjelaskan prinsip kebaikan akan mendapat balasan kebaikan, kejahatan akan mendapatkan ganjaran. Sementara masyarakat awam yang menikmatinya akan memperoleh manfaat dari kesenian yang baik tersebut.

Kemudian dibahas peran penting kesenian bagi moralitas masyarakat sekaligus mengingatkan tanggung jawab moral yang diemban oleh para pelukis terhadap masyarakat luas – bahwa melukis bukan hanya media ekspresi diri, pengejaran akan reputasi, pemuasan keinginan belaka.

Peran penting kesenian, ironisnya seperti kurang disadari oleh para seniman kontemporer masa kini, sementara rejim-rejim yang represif seperti penguasa komunis China telah menyadari kekuatan dari kesenian yang baik. Karena itu pada awal kekuasaannya telah melakukan ‘Revolusi Besar Kebudayaan’, yang tidak lain dari pemusnahan sistematis terhadap kebudayaan, kesenian Tiongkok tradisional yang telah berusia 5000 tahun.

Dalam diskusi malam itu, beberapa peserta mengutarakan bahwa mereka dapat merasakan medan belas kasih dari lukisan-lukisan yang dipamerkan. Meskipun sebagian dari lukisan tersebut menggambarkan penderitaan selama berlangsungnya penganiayaan kejam terhadap para praktisi Falun Gong di China, dalam melukiskan penderitaan sedemikian pun – para pelukis yang seluruhnya berlatih Falun Dafa ini, masih menampilkan suatu sisi estetika yang baik dan berbobot, menampilkan martabat dan sisi luhur manusia, sehingga bagi yang melihatnya akan segera merasakan kontras besar antara kebaikan dan kejahatan.

Melalui kultivasi (olah) jiwa mengikuti prinsip-prinsip universal ‘Sejati-Baik-Sabar’, para seniman Falun Dafa ini sepenuhnya menggunakan sisi baik manusia mereka, untuk mengkreasi karya-karya lukisannya. Penguasaan dalam teknik dasar dan pemilihan gaya ‘realisme’ membuat karya-karya mereka memiliki kemampuan ‘bercerita’ yang luar biasa. Banyak pengunjung mengutarakan bahwa pesan-pesannya dapat mereka mengerti dengan jelas.

Sementara berkenaan dengan kekhawatiran para seniman, apakah karya seni yang terlalu menekankan aspek moral akan berdampak pada nilai komersilnya, Bachtiar berpendapat tidak harus demikian. Karena kesenian yang baik bahkan akan mampu mengatasi generasi dan jaman, seni yang demikian barulah memberi kepuasan batin yang sesungguhnya bagi para pelukis dan pengamatnya, dan tentunya memiliki nilai jual yang tinggi.

Satu aspek lagi adalah goresan pada lukisan juga mencerminkan kondisi jiwa sang pelukis. Mengambil contoh pada van Gogh, pelukis yang pernah memotong daun telinganya sendiri, kemudian melukisnya, maka hasil karyanya juga akan mencerminkan kedepresian jiwanya dan bagi yang menikmati juga akan mendapatkan luka mental tertentu.

Berkenaan dengan beberapa lukisan van Gogh yang terjual jutaan dollar di jaman modern ini - sementara saat hidupnya, van Gogh hanya dapat menjual satu lukisan, itu pun kepada saudara kandungnya – moderator diskusi bertanya: apakah karena masyarakat dulu yang bodoh, tidak mengerti seni atau lebih karena konsep masyarakat modern yang telah bermetamorfosa, penuh pengejaran akan sensasi. Seorang guru, yang saat ini tengah mengikuti program S-2, mengatakan bahwa dirinya berpandangan masyarakat Eropa beberapa abad yang lalu sangat mengapresiasi seni yang baik. Dan guru ini sekaligus mengutarakan bahwa dirinya terkesan dengan lukisan-lukisan yang dipamerkan. Prinsip Sejati-Baik-Sabar luar biasa, manusia seharusnya memang demikian, ujarnya.

Demikian beberapa pandangan yang terlontar dalam diskusi seputar pameran dan seni lukis ortodoks. Seni ortodoks merupakan seni indah yang dihasilkan dari sisi baik dan keindahan jiwa sang perupanya. Seni ortodoks barulah kesenian sejati dari umat manusia dan akan membawa manfaat bagi masyarakat luas.