Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Surabaya: “Melukiskan Kepedihan dengan Indah”

9 Agu 2010 |   Oleh: Amelia, koresponden Surabaya

(Minghui.org) Pameran lukisan yang terselenggara 21 – 25 Juli 2010, bertempat di gedung Balai Pemuda Barat, Jalan Gubernur Suryo 15 Surabaya, telah menarik banyak pengunjung meski pada awal-awal persiapan mengalami banyak gangguan.

Pameran lukisan yang digelar oleh Yayasan Kreasi Seni Sejati, resmi dibuka Rabu (21/7) malam oleh Aruchat Jaswadi, ketua CICS.

Pameran Seni Lukis Internasional Sejati-Baik-Sabar di Surabaya

“Seni sarat mengandung kedamaian dan kebenaran. Dengan seni lawan akan menjadi kawan. Saya bukan seniman namun saya sangat mengagumi seni. Seorang seniman pantang menyerah untuk dapat mewujudkan apa yang menginspirasinya. Seni mengandung spiritual, keindahannya dapat menembus ruang dan waktu, mengatasi perbedaan budaya, agama dan politik. Seni dapat digunakan menyampaikan kebenaran. Prinsip Falun Gong sama dengan prinsip Pancasila yaitu berke-Tuhan-an. Praktisi Falun Gong juga warga negara yang patut mendapat perlindungan sama dengan warga negara yang lain, karena Falun Gong tidak dilarang di Indonesia.” Demikian ungkap Aruchat dalam kata sambutannya.

Kemudian beliau melakukan pemukulan gong sebagai tanda pameran seni lukis internasional Sejati – Baik – Sabar resmi dibuka. Pameran banyak menarik pengunjung baik dari kalangan seniman, mahasiswa atau masyarakat umum.

Sedianya pameran ini akan dibuka oleh Walikota Surabaya, Bambang DH namun karena satu dan lain hal beliau membatalkan, disinyalir karena adanya intervensi pihak konjen China yang melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Surabaya, mencoba menekan agar pameran dibatalkan.

“Gedung ini tidak boleh digunakan oleh Falun Gong.” Kata Wiwik dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kepada pengelola gedung. Namun pihaknya tidak mau mengeluarkan surat pembatalan sesuai prosedur yang ada, terlihat alasan yang dinyatakan terlalu tendensius dan pribadi.

Pihak pengelola berusaha untuk menjelaskan kepadanya kalau mereka melihat pameran ini dari sisi seni tanpa ada sisi politik. Dan berusaha untuk memberikan informasi bagi panitia pameran agar pameran tetap dapat terselenggara.

Panitia tidak menyerah, terus berusaha memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan. Kemudian pihak pengelola membantu menghubungkan dengan pejabat lain yang bersedia. Pada Rabu (21/7) siang beberapa jam sebelum acara pembukaan, ruang pameran mendapat kunjungan dari Baktiono, ketua Komisi D DPRD Surabaya, beliau berkenan melihat-lihat lokasi pameran dan mengagumi beberapa lukisan yang dinilai luar biasa harmonis.

“Tuhan itu juga menyukai seni, menciptakan seni yang indah dan harmonis. Dengan seni kita menjadi merasa damai. Seni merupakan ekspresi apa yang dirasakan oleh seniman. Dari pameran ini saya melihat para seniman mengekspresikan pengalaman kesedihan, rasa kepedihan dengan suatu keindahan.” Ungkapnya sesaat sebelum meninggalkan ruang pameran.

Bersamaan dengan itu beliau berkenan untuk menggantikan walikota Surabaya yang batal untuk membuka acara pameran. Beliau merasa lukisan yang dipamerkan tidak memiliki hal-hal yang patut dikhawatirkan.

Namun sangat disayangkan beliau yang sudah bersedia untuk hadir pada malam peresmian juga mengalami halangan. Maka Aruchat Jaswadi yang sedianya bersama menemani beliau untuk membuka acara, hanya sendirian.

Sebelum menuju menit-menit pembukaan terjadi sedikit kejadian yang kurang mengenakkan. Dua orang oknum yang mengaku dari kepolisian berusaha mengintimidasi panitia dengan mengatakan bahwa lukisan-lukisan yang digelar mengandung provokasi. Dengan alasan yang tidak jelas mereka menurunkan beberapa lukisan dan menyita keterangan lukisan yang ada.

Namun hal-hal tersebut tidak menghambat banyaknya masyarakat yang ingin menyaksikan lukisan yang ada. Banyak seniman terkenal di Surabaya yang ikut menyaksikan. Seperti Asri Nugroho, pelukis senior dan ternama di Surabaya, turut menyaksikan lukisan dan memberikan komentar, “Lukisan yang ada dilukis oleh pelukis yang memiliki keterampilan sangat tinggi setaraf dengan pelukis-pelukis ternama luar negeri. Lukisan yang dihasilkan seperti lukisan yang ada di gereja-gereja kuno Eropa. Lukisan yang memiliki misteri untuk diketahui makna yang sebenarnya. Harmonis dan indah.”

Seorang pengunjung yang mengamati lukisan yang dipajang mengaku heran mengapa lukisan seperti ini ditakuti oleh komunis. "Apa yang ditakuti sama lukisan-lukisan ini?" Katanya dengan geram.

Sementara itu, seorang gadis cilik usai melihat beberapa lukisan yang dipajang merasa terharu dan meneteskan air mata. Ia tidak habis mengerti mengapa orang-orang baik seperti praktisi Falun Gong ditindas oleh komunis China.

Selain itu pada Sabtu, 24 Juli 2010 diadakan diskusi dengan tema “Menimbang kembali Pameran Seni Lukis Internasional “Sejati – Baik – Sabar”  dengan pembicara Agus Koecink (akademisi, kajur seni rupa di STKW, seniman dan pengamat seni Surabaya), Muhammad Bahtiar (kurator), Hari Suyanto (moderator). Diskusi tersebut menarik banyak peminat dari masyarakat dan seniman. Diskusi tersebut dapat memberikan banyak pencerahan pada para peserta.

Dalam makalahnya Agus menulis, “Bagi saya sebagai pengamat seni, setelah mengamati satu-persatu karya yang dipamerkan ada perasaan mendapatkan suatu pencerahan yang berarti karya seni mampu memberikan gambaran tentang sisi kemanusiaan, hubungan antarmanusia. Seni bisa mengungkapkan peristiwa penderitaan dan dipelajari sebagai sejarah kehidupan untuk hidup lebih baik jauh dari penindasan dari yang kuat.”

“Di sini fungsi seni menjadi media yang di dalamnya mengandung unsur pencerahan jiwa manusia untuk kembali melihat hubungan antara manusia dengan alam semesta yang menimbulkan kesehatan atau kemurnian jiwa dan raga serta keseimbangan lingkungan.”

“Di tengah kebangkitan seni rupa kontemporer dan maraknya perdagangan barang seni rupa, masih ada seni yang mencoba membangkitkan daya hidup manusia untuk tetap bertahan dan berpikir kritis memperjuangkan hak-hak hidup manusia.”

Peserta yang didominasi para seniman ini kebanyakan tidak ada yang meragukan masalah teknis, hampir semua sepakat bahwa teknik lukisan yang ditampilkan benar-benar kelas satu. Mereka justru tertarik dan mempertanyakan tentang tema lukisan yang menampilkan “perjalanan” Falun Gong, mulai dari keindahannya hingga penindasan maupun kejahatan pengambilan organ oleh Partai Komunis China yang berlangsung sejak 20 Juli 1999 hingga kini.

Muhammad Bachtiar selaku kurator dari Yayasan Kreasi Seni Sejati menjelaskan bahwa lukisan-lukisan ini para pelukisnya semuanya merupakan praktisi Falun Gong. “Hanya dengan pengalaman dan pengamatan langsung sang pelukis, disertai dengan ketenangan dan ketentraman batin berlandaskan Sejati – Baik – Sabar, yang merupakan landasan setiap praktisi Falun Gong, baru bisa menghasilkan karya lukisan sebagus ini.”

Agus Koecink pun sependapat. “Apa pun yang terjadi dan itu menindas diri sang seniman, maka sang seniman akan melahirkan ekspresi-ekspresi baru. Dan lukisan-lukisan inilah ekspresi baru dari para seniman yang mengalami peristiwa itu. Tanpa mengalami peristiwa itu, maka tidak akan lahir karya seperti ini.”

Mengenai lukisan yang menampilkan sisi kekejaman Partai Komunis China dalam menindas Falun Gong, Bachtiar menjelaskan bahwa para pelukis ingin menghadirkan suatu realita kepada masyarakat, bahwa di zaman modern ini masih terdapat sebuah penganiayaan yang begitu kejam terhadap sekelompok orang yang hanya ingin memperdalam spiritualitas untuk menjadi orang baik.

“Kita lihat sebagai contoh, lukisan maupun patung Yesus yang dianiaya dan disalib, dahulu pada abad pertengahan menjadi inspirasi banyak seniman terkenal dalam berkarya. Dan hingga kini masih dapat kita nikmati di gereja-gereja. Dan hal itu bukan merupakan suatu masalah besar, karena itu memang suatu realita sosial.”

Sedangkan Agus berpendapat bahwa karya seni adalah suatu kepuasan dan kejujuran. “Saya melihat suatu kejujuran dari lukisan-lukisan ini dan hal itu memang patut untuk diperlihatkan ke mata dunia.”

Sampai akhir pameran lebih dari 300 orang mengunjungi tempat pameran. Meski Minggu (25/7) sore itu Surabaya diguyur hujan tidak menyurutkan pengunjung hingga pameran ditutup jam 21.00.