Opini Atas Artikel Media ‘Intervensi Pelanggar HAM Selimuti ASEAN FAIR’


(Minghui.org) “Hak Asasi Manusia tidak mendapat penghormatan tertinggi di ASEAN FAIR 2011 di Bali. Sebuah skandal memalukan terjadi Sabtu (12/11/2011) dalam pembukaan ASEAN FAIR 2011 di Discovery Shoping Mall, Kuta, Bali.” Demikian dilaporkan sebuah situs web nasional pada tanggal 13 November 2011 (lihat link: http://www.erabaru.net/top-news/37-news2/28414-intervensi-pelanggar-ham-selimuti-asean-fair)


Singkatnya: Marching Band Tianguo Indonesia, yang diundang panitia untuk tampil pada acara pembukaan, tidak diperkenankan membentang spanduk mereka yang bertuliskan ‘Falun Dafa’. Insiden yang menyiratkan  intervensi dan tekanan pihak luar, berujung pada para anggota Marching Band  Tianguo, yang seluruhnya berlatih Falun Dafa, memilih untuk batal tampil karena sikap diskriminatif dari panitia.

Ketika membaca berita tersebut, saya merenung dan menuliskan kata-kata berikut sebagai pengingat yang belas kasih bagi mereka yang masih memilih untuk bersikap diskriminatif terhadap para praktisi Falun Dafa (Falun Gong).

Ketika rejim komunis China menganiaya sekelompok orang-orang yang mengultivasi jiwa mereka dengan prinsip Sejati-Baik-Sabar, banyak orang baik di China maupun di luar  China menyuarakan kepedulian mereka dan berharap kekejaman Partai Komunis China tersebut dapat segera dihentikan. Tetapi hidup ini juga adalah sebuah pilihan, dan karenanya: banyak pula yang karena kepentingan memilih untuk berdiam diri atau karena terpengaruh oleh fitnahan, bahkan membantu kejahatan – baik secara aktif ataupun karena perintah - membungkam suara nurani.

Sepanjang jaman, sang angkara murka selalu bersikap garang dan angkuh. Di dalam sejarah bukankah sudah ditunjukkan secara berulang? Ketika Kaisar Romawi melempar para pengikut agama Kristen ke tengah arena penuh singa, kerumunan orang yang hati nuraninya telah tertutup serta sekelompok penjilat turut bersorak. Tetapi siapakah yang terpuruk di kemudian hari? Bukankah kekaisaran Romawi yang merasa dirinya adikuasa? Ketika rejim Nazi melakukan genosida, bukankah banyak yang ikut arus dan menutup telinga, mata, serta pintu hati mereka? Tetapi pembaca yang budiman telah mengetahui bagaimana akhir tragis dari rejim Nazi. Para diktator lalim sepanjang sejarah, termasuk sejarah modern umat manusia selama beberapa puluh tahun terakhir ini, meskipun kekuasaan si lalim terlihat mentereng dan megah, apakah pernah berakhir dengan baik dan dalam kemuliaan?

Hidup memang terus dihadapkan pada pilihan. Tetapi sejarah mencatat, hanya orang-orang yang mempertahankan serta berdiri di atas prinsip kebenaran, yang memperoleh kemuliaan dan tetap dikenang oleh generasi-generasi berikutnya. Sementara mereka yang melakukan kejahatan kemanusiaan, termasuk kaki-tangannya berakhir dalam kehancuran dan kenestapaan.

Para pengikut Dafa memang bukanlah orang-orang yang berkuasa, juga tidak mengejar kekuasaan, melainkan orang-orang yang mencari pencerahan sejati. Meskipun banyak kebohongan dan fitnahan disebarkan Partai Komunis China ke seluruh penjuru dunia, namun faktanya - semakin banyak yang dengan nuraninya telah mengenali keteguhan hati serta semangat luar biasa pengikut Dafa yang dilandasi belas kasih. Di tengah penganiayaan kejam, dengan belas kasih di hati mereka yang teraniaya, mereka memberi tahu orang-orang akan kebaikan Falun Dafa; agar berhenti melakukan atau membantu kejahatan. Sesungguhnya, banyak orang yang telah mengetahui fakta Falun Dafa, membuat pilihan bijaksana, dan menolak intervensi kejahatan – dengan demikian membangun kebaikan bagi diri mereka sendiri; sementara mereka yang lebih percaya pada fitnahan kebohongan rejim komunis, melindungi kepentingan duniawi mereka yang disebut kekuasaan dan jabatan, turut mendiskrimasi bahkan menganiaya praktisi Dafa, bukankah juga telah membuat pilihan sejarah mereka?

Para pembaca yang budiman, fakta telah dibabarkan dengan jelas, setiap kehidupan sangatlah berharga, dan tengah membuat pilihan mereka melalui pertimbangan yang masak. Namun, waktu tidak akan menunggu terbangkitnya kesadaran nurani setiap insan, dan terus berputar dengan cepat. Ketika tirai ilusi tersingkap, mereka baru menyadari apa yang dalam sekejap - selamanya telah berlalu.


Kategori: Perspektif