Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Pengalaman Kultivasi Praktisi Remaja

25 Des. 2012

(Minghui.org) Salam hormat kepada Shifu, Salam kepada teman-teman praktisi.

Nama saya Ni Wayan Eka Angga Sari, praktisi Bali usia 17 tahun.

Setelah berlatih Falun Dafa, saya mengikuti Sekolah Minghui, di sana saya mendapatkan banyak pelajaran seperti belajar melukis, menyanyi, dan salah satunya adalah menari. Sejak saya berusia 13 tahun saya banyak mengikuti kegiatan publik Falun Dafa seperti pawai,  pameran lukisan di daerah setempat, konferensi berbagi pengalaman. Saat menari, saya hanya berpikir untuk mengingat setiap tarian yang akan ditampilkan tanpa mengetahui tujuan saya menari. Pemahaman saya tentang menari sangat dangkal, tidak mengerti bagaimana cara untuk tersenyum dan menghayati tarian. Saya tidak pernah melakukan pemanasan sebelum menari, dan hal terpenting yang jarang saya lakukan dengan baik, yaitu belajar Fa dan memancarkan pikiran lurus.

Berlangsung selama  3 tahun, saya juga belum melakukan hal-hal terpenting tersebut. Saat saya dan teman-teman pentas,  seorang praktisi dari Australia melihat tarian kami. Ia berkomentar bahwa kami tidak menari dengan baik. Tidak ada semangat, dan penghayatan. Selang beberapa minggu  ia mengajarkan sebuah tarian kepada kami. Usai melakukan latihan Gong dan membaca ceramah di tepi pantai, kami mulai belajar tarian baru tersebut. Saat beliau memutar lagu sambil memeragakan tarian tersebut, saya melihat  tarian itu sangat bagus. Tetapi untuk menarikannya perlu melakukan pemanasan sebelumnya. Di sana saya dan teman-teman diberitahu apa saja yang perlu dilakukan saat pemanasan. Ini  pertama kalinya saya melakukan pemanasan. Ternyata sangat sulit untuk mempraktekkan tarian tersebut. Harus cepat menghafalnya karena gerakan dan formasi tariannya banyak. Kami melatihnya berulang-ulang hingga letih, namun saya dan teman-teman tetap semangat untuk mempelajarinya. Saat beristirahat, rekan praktisi mengajak kami sharing bersama dan menceritakan pengalamannya saat menari. Usai waktu beristirahat kami melanjutkan  latihan lagi sampai selesai. Selama seminggu kami mempelajarinya. Kami sudah bisa menangkap dan mengingat tarian tersebut. Praktisi ini tidak lama lagi di Bali, karena waktu liburannya sudah habis. Saya dan teman-teman berterima kasih padanya karena sudah meluangkan waktu berliburnya untuk mengajari kami  tarian yang baru.

Karena ia bukan pelatih tari yang tetap, maka seterusnya saya dan teman-teman melakukan latihan menari sendiri. Seminggu sekali kami melakukan latihan karena terbentur hari sekolah. Sebelum melakukan latihan kami membaca ‘Petunjuk Penting untuk Gigih Maju’ dan melanjutkannya dengan pemanasan. Usai tersebut kami mulai latihan menari. Hanya 2 kali menarikannya kami sudah beristirahat. Sepanjang istirahat kami hanya membicarakan hal-hal manusia biasa. Disamping itu juga memutar lagu-lagu manusia biasa. Waktu terbuang karena lebih banyak mengobrol dari pada latihannya. Setelah itu kami lanjut untuk latihan. Hanya beberapa kali saja kami sudah mengakhiri latihan tari, karena waktu sudah hampir malam dan melanjutkan minggu depan lagi. Berselang 2 tahun tetap begitu. Sampai-sampai teman dari praktisi kami yang menginap di rumahnya berkomentar: “Lebih banyak mengobrolnya dari pada latihan menarinya.” Walaupun ada yang berkomentar demikian, kami tetap saja mengikuti kebiasaan buruk tersebut.

Saat liburan sekolah, praktisi dari Australia datang ke Bali lagi. beliau ingin mengajarkan 3 tarian sekaligus dalam waktu 3 minggu. Waktu yang sangat singkat dan memerlukan keseriusan dalam menghafal gerakan dan formasi yang lebih banyak. Awalnya saya dan teman-teman banyak mengeluh dan pesimis nantinya apakah bisa menghafal. Tetapi seiring latihan yang dilakukan setiap hari, dari pagi hingga malam, Fa Zheng Nian, Lian Gong, belajar Fa 1 ceramah, kami dapat menghafal semua tarian walau belum menguasai 100%. Saya pernah merasa sangat lelah untuk mengikuti pemanasan, sangat tidak tahan mengikutinya karena harus mempunyai kelenturan. Jadi saya sengaja mengulur waktu untuk menghindari pemanasan. Saat sampai di tempat latihan, ternyata semua masih menunggu agar semuanya datang dan melakukan belajar Fa bersama. Saya menyadari prilaku saya itu sangat buruk dan tidak mengulanginya lagi.  Setelah belajar selama 3 minggu saya dan teman-teman pentas di acara pameran. Di sana kami dibimbing untuk melakukan pemancaran pikiran lurus, tidak bermain-main atau mengobrol sebelum pentas dimulai.

Satu bulan sudah berlalu, guru tari kami pergi ke Australia lagi, dan kami pun harus latihan sendiri lagi. Tetapi setelah itu kebiasaan buruk terulang lagi. Lebih banyak mengobrol daripada membaca ceramah dan menari.

Setelah itu kami berencana untuk mengajarkan salah satu tarian kepada adik-adik Sekolah Minghui. Saya dan teman-teman yang mengajar saja belum bagus latihan menarinya, tetapi sekarang sudah mau mengajarinya kepada adik-adik Minghui yang lain. Hasilnya saat latihan, banyak keterikatan hati saya yang muncul. Ada salah seorang gerakannya kurang bagus walau sudah belajar berkali-kali. Saya menjadi tidak sabar. Berkali-kali mengajarinya. Timbul juga rasa tidak suka. Sangat geram mengajarinya. Setelah waktu lama baru saya menyadari dan mencari ke dalam. Sebelum mengajar nari, saya tidak pernah belajar Fa dan memancarkan pikiran lurus. Saya juga tidak bisa melewati ujian xinxing. Lalu rasa tidak suka saya hilang perlahan dan saya perbanyak luangkan waktu untuk banyak belajar Fa, memancarkan pikiran lurus dan berlatih Gong.

Saat praktisi dari Australia datang ke Bali lagi untuk mengajarkan tarian baru lagi untuk Konferensi Fa di Bali. Kali ini hanya saya dan adik-adik Minghui saja yang bisa mengikuti latihan nari. Waktu beliau di Bali juga sangat terbatas, jadi beliau menunjuk saya untuk menghafalkan penuh tarian tersebut lalu mengajarinya kepada yang lainnya. Sebelum latihan nari, saya sempatkan belajar Fa dan Fa Zheng Nian di rumah. Lalu saya pergi ke tempat latihan nari. 4 hari saya bisa menghafal tarian tersebut. Setelah hafal saya diberi tanggung jawab untuk mengajarkan kepada adik-adik Sekolah Minghui. Esoknya sebelum mengajar, saya sempatkan belajar Fa di rumah. Saat belajar nari saya mengalami kesulitan karena personil melebihi dari yang dibutuhkan. Harus ada seleksi baru bisa membuat formasi. Tetapi di sana timbul keterikatan hati saya. Jika saya menyeleksi, saya takut yang tidak terpilih akan kecewa. Perlahan saya menghilangkan keterikatan tersebut dan saya mulai membicarakannya secara baik-baik kepada mereka. Akhirnya mereka mengerti, tidak ada rasa sedih di wajah mereka. Ada gerakan yang perlu keseimbangan, gerakan berputar-putar, saat mencobanya keluhan sangat banyak. Tetapi saya tetap bersabar untuk mengajarinya, mempraktekkan terus-menerus dan mencari tahu cara agar bisa mengikuti gerakan tersebut. Disamping itu saya memberikan semangat agar terus mencoba. Hasilnya mereka bisa mengikutinya walaupun belum sempurna. Tetapi saya ingatkan terus untuk belajar di rumah sendiri, akhirnya mereka bisa melakukannya dengan baik. Latihan berlangsung dengan baik dan formasi yang banyak pun bisa kami coba sampai selesai. Setelah 2 minggu mereka bisa menghafal tariannya.

Saat akan pergi ke tempat latihan, saya lupa untuk belajar Fa di rumah. Hasil latihan menari menjadi kurang bagus. Formasi yang sebelumnya telah dicoba dengan baik, sekarang malah berantakan. Walaupun mengulangnya terus-menerus tetap tidak bagus. Saat membaca Jingwen sebelum menari, saya mendapat pemahaman. Dalam Jingwen, ‘Melangkah Menuju Kesempurnaan,’ Guru berkata: “Masih ada lagi pekerja Dafa dalam waktu panjang tidak membaca buku dan belajar Fa, dengan begini bagaimana dapat melakukan pekerjaan Dafa dengan baik. Secara tidak sengaja kalian telah mengakibatkan banyak kerugian yang sulit dipulihkan. Pelajaran yang lalu seharusnya membuat anda semakin matang. Tidak membiarkan kekuatan jahat yang lama menyusup celah kekosongan pikiran kalian, cara satu-satunya adalah dengan ketat mengatur waktu belajar Fa.”  Dari ceramah tersebut saya menyadari kekurangan diri. Dulu saya tidak pernah belajar Fa sebelum latihan menari. Hasilnya banyak keterikatan hati yang muncul dan lingkungan menjadi tidak baik. Saya sangat sedih bila mengingat lingkungan latihan menari yang dulu, namun tidak patut juga untuk disedihkan terus-menerus.

Sebelumnya jadwal latihan nari tidak teratur, bahkan kadangkala saat akan pentas saja baru latihan. Sekarang saya membuat jadwal nari seminggu dua kali. Saya mengganti bahan bacaan menjadi belajar Zhuan Falun. Melakukan Fa Zheng Nian dan menyempatkan waktu untuk Lian Gong. Setelah Lian Gong kami melakukan pemanasan. Sambil melakukan pemanasan saya hidupkan musik-musik Dafa. Saat latihan menari saya tegaskan untuk tidak banyak bercanda dan mengobrol. Saat istirahat juga begitu, ada yang mulai membicarakan topik manusia biasa, saya mengingatkan untuk tidak membicarakannya terlalu berlarut. Guru berkata dalam Zhuan Falun, “Yang kita sebut Xiu Kou adalah hal-hal yang menyangkut nama dan kepentingan di tengah manusia biasa yang tidak sanggup dilepas dan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan nyata praktisi Xiulian dalam masyarakat, atau sesuatu yang tidak berguna yang dipergunjingkan di antara pengikut sesama aliran, atau dikarenakan dorongan keterikatan hati sehingga menonjolkan diri sendiri, atau menyebarkan sejumlah berita selentingan, atau terhadap sejumlah hal-hal lain di masyarakat yang bila dibicarakan jadi sangat bersemangat, sangat ingin dibicarakan, menurut saya ini semua adalah keterikatan hati manusia.”

Dalam hal menari bukan hanya gerakan saja yang terpenting. Seperti yang Shifu katakan pada Ceramah Fa di Lokakarya Kreasi Seni Lukis, Washington DC, 21 Juli 2003: “Di dalam hasil karya anda juga harus menampilkan keindahan, menampilkan ketulusan, kemurnian, kebajikan dan kecemerlangan.” “Saya pikir dengan adanya fondasi dari teknik dasar, ditambah keindahan yang benar-benar baik, tulus dan murni yang dipahami pengikut Dafa di dalam Xiulian, tentu dapat menampilkan hal-hal yang baik.”

Dari ceramah Shifu, saya belajar bagaimana menari yang benar-benar dari lubuk hati yang tulus. Rasanya sangat berbeda. Tidak ada beban pikiran bagaimana cara tersenyum dan mengingat terus gerakan dan formasi. Saat menari benar-benar melalui hati, saya menikmati tarian tersebut dengan senyuman yang tanpa beban. Di samping itu pikiran harus terfokus untuk mengklarifikasi fakta, bukan sekedar pementasan tari saja. Agar orang-orang yang menonton terklarifikasi bahwa Falun Dafa itu baik dan indah. Shifu berkata pada Ceramah Fa di Lokakarya Kreasi Seni Lukis, Washington DC, 21 Juli 2003: “Saya bicarakan lagi sejenak apa yang seharusnya ditampilkan oleh kesenian manusia. Kesenian manusia adalah untuk menampilkan manusia sendiri? Atau untuk menampilkan lingkungan alam? Atau untuk menampilkan Dewa? Setan? Harus diketahui, kesenian manusia yang sebenarnya pertama-tama muncul di istana Dewa. Tujuan lain dari Dewa menurunkan kebudayaan semacam ini kepada manusia juga agar manusia dapat melihat keagungan Dewa, memercayai hukum karma, yang berbuat jahat akan mendapat ganjaran, orang baik akan mendapat kemujuran, orang yang berkultivasi akan naik menuju surga.”

Saat saya mengalami pemurnian, saya coba terus untuk menerobosnya. Sampai di tempat latihan saya tetap semangat untuk menari walau masih mengalami pemurnian. Suatu hari saya pernah tidak bisa melewatinya. Saya terlalu memikirkannya, terlalu terikat sampai-sampai saya membatalkan latihan nari. Saya lalu menyadari dan mencari ke dalam, mengapa saya terlalu memikirkannya dan tidak bisa menerobosnya. Saat saya mengalami pemurnian lagi, saya bisa menerobosnya. Tidak ingin karena keterikatan hati ini saya membatalkan latihan nari.

Menyingkirkan keterikatan Hati

Dulunya saya mempunyai keterikatan yang sangat kuat, yaitu mendengarkan musik manusia biasa dan menonton video klip manusia biasa. Sampai- sampai saya membuat pengalaman bahwa saya sudah melepaskannya. Karena paksaan dari Ayah saya untuk menghapusnya dan bukan dari hati ingin menyingkirkannya, tidak lama kemudian, keterikatan tersebut datang lagi. Sejak SMA saya sangat terpengaruh oleh lingkungan sekolah. Apa yang paling populer sekarang entah lagu pop dan video klip saya ikut mengoleksinya, tidak mau ketinggalan untuk mengoleksinya. Terus mendengarkan memakai headset. Sampai tidur pun saya mendengarkannya. Banyak headset  menjadi rusak karena terus digunakan. Tetapi saya tidak menyadari bahwa itu isyarat Guru untuk melepaskan keterikatan hati saya itu, saya tetap saja membeli yang baru sampai banyak menghabiskan uang.

Setelah tamat SMA saya tidak terlalu terpengaruh dengan lingkungan di sekolah sebelumnya. Tiba-tiba saya merasa sangat bosan bila mendengarkan lagu dan menonton video klip manusia biasa yang saya koleksi. Dengan tanpa beban saya menghapus semuanya. Saya teringat Ceramah Fa di Lokakarya Kreasi Seni Lukis, Washington DC, 21 Juli 2003, Shifu berkata:

“Akan tetapi, inti kreasi dari karya seni manusia seharusnya adalah Dewa. Mengapa dikatakan demikian? Coba anda sekalian pikirkan, manusia mempunyai karma, kalian adalah pengikut Dafa semuanya tahu, segala yang digambar oleh manusia selalu membawa unsur-unsur dari pelukisnya sendiri. Dalam karya seorang seniman, segala keadaan pribadinya beserta segala keadaan dari orang yang dilukis selalu terbawa di dalam lukisan itu. Seorang manusia biasa menggambar sebuah garis, saya akan tahu orang ini adalah orang apa, dia mengidap penyakit apa, berapa besar karmanya, keadaan pikirannya, keadaan keluarganya dan lain-lain. Sedangkan orang yang digambar juga sepenuhnya menampilkan segala pikiran dan segala unsur yang terbawa oleh tubuhnya di dalam lukisan, termasuk besar kecilnya karma. Siapa saja yang memasang lukisan dari gambar tokoh tersebut di rumah, maka karma dari tokoh dalam lukisan juga tersebar ke luar dari lukisan, benda seperti ini dipasang di rumah, orang yang memasang itu apakah mendapat keuntungan? Atau menderita kerugian? Karma dapat tersebar, ia berkaitan dengan orang tersebut, dengan tiada hentinya tersebar ke dalam rumah orang yang memasang lukisan. Manusia tidak dapat melihat hubungan keterkaitan benda-benda, sesungguhnya manusia juga dapat merasa tidak nyaman.”

Saya luangkan waktu untuk banyak belajar Fa dan menonton video Shen Yun. Walaupun videonya sudah lama, tetapi saya tidak pernah bosan untuk menontonnya. Saya juga sering mengunduh musik Dafa dan video Shen Yun dari situs Zhengjian, Shen Yun Performing Arts atau melalui Facebook dan Youtube. Saya lebih senang mengoleksinya dan tidak pernah merasa bosan untuk mendengarkannya atau menontonnya.

Saat saya mendengarkan lagi lagu manusia biasa, rasanya sangat membosankan. Tetapi saat belajar Fa saya kurang, saya mendengarkannya lagi. Walau tidak mengoleksinya tetapi saya mendengarkannya lewat radio. Saya cepat menyadarinya dan tidak mau lagi iblis menyusupi celah kekosongan.  Saya perbanyak waktu lagi untuk belajar Fa. Saya bisa menahan diri untuk tidak lagi mendengarkannya.

Saat saya SMA saya mengikuti suatu organisasi kepemimpinan. Suatu hari ada penyeleksian sebagai Pasukan Pengibar Bendera tingkat Provinsi. Saya terpilih untuk mengikutinya. Saya sangat bersemangat mengikuti penyeleksian tersebut. Mentalitas bersaing dan keinginan agar diterima sangat besar. Saat saya terpilih untuk mengikuti tahap selanjutnya, saya sangat gembira hati. Tetapi saat mengikuti seleksi berikutnya saya tidak terpilih karena kekuatan fisik saya dinilai kurang. Saat itu saya merasa sangat sedih.

Suatu hari ada penyeleksian lagi di tingkat kabupaten. Saya juga terpilih untuk mewakili sekolah. Saat ikut penyeleksian, saya tidak bisa mengikuti tes fisik karena terjatuh saat berlari. Luka di mana-mana. Tetapi mentalitas bersaing membuat saya masuk lagi untuk ikut seleksi. Dengan badan yang penuh luka saya mengikuti seleksi itu. Anehnya saya terpilih walau tidak mengikutu salah satu tes. Rasa gembira hati sangat besar. Saya gembira karena saya akan mendapatkan sertifikat penghargaan dan sejumlah uang.

Saat perjalanan ke tempat pelatihan, hujan sangat deras, tetapi saya tetap ingin menerobosnya. Saat hujan berhenti saya melanjutkan perjalanan. Secara tidak sengaja, saya menutup kaca helm. Sebelumnya jika saya naik motor, tidah pernah menutup kaca helm. Di saat perjalanan saya mengalami kecelakaan karena menabrak anjing. Pikiran sekilas membuat kejadian itu terjadi. Saat terjatuh wajah saya menghadap ke aspal. Tetapi tidak apa-apa karena saya sudah menutup kaca helm. Saat itu saya tidak sadarkan diri. Saya dibawa ke rumah sakit terdekat. Setelah diperiksa pergelangan tangan kiri saya patah. Saya merasa  sangat sedih dan terus berpikir saya tidak bisa mengikuti pelatihan lagi. Saya tidak tahan menahan rasa sakit, akhirnya saya menjalani operasi. Setelah manjalani operasi saya terus memikirkan pelatihan itu. Suatu hari ada pelatihan di tingkat kecamatan, dengan pergelangan yang belum pulih saya memaksa diri untuk mengikutinya. Akhirnya saya diberi kesempatan untuk mengikutinya. Keterikatan yang sangat kuat untuk mengejar penghargaan.

Saya mencari-cari tempat pemijatan untuk melemaskan urat-urat yang kaku yang menyebabkan pergelangan saya tidak bisa bergerak. Saya juga tidak bisa menari seperti biasanya. Tetapi semua tidak bisa menyembuhkannya. Saya pernah berjanji kepada ayah akan rajin melakukan latihan Gong. Tetapi saya tidak melakukannya. Tangan saya tidak bisa lurus karena ada pen yang masih melekat di dalam. Selama setahun terus begitu. Akhirnya saya menjalani operasi untuk melepaskan pen di tangan. Setelah lepas - tangan saya susah bergerak. Saya dianjurkan oleh dokter untuk mengikuti terapi. Tetapi saya tidak mau. Saya mencari tempat pemijatan lagi. Tetapi tidak ada yang bisa. Saya sangat putus asa. Tetapi tukang pijit itu menyarankan untuk merendam tangan saya di dalam air hangat. Saya mencobanya rasanya sangat sakit dan panas, sampai-sampai tangan saya memerah. Setelah lama dan saya juga tidak tahan, akhirnya saya tidak merendamnya lagi. Saya menyadari keterikatan saya agar cepat sembuh sangat kuat.

Saat melakukan latihan perangkat ke-5, saat gerakan kedua tangan dipisah ke samping pinggang, saya merasakan ada aliran listrik yang menyengat tepat di bagian yang pernah dioperasi. Tetapi saya tidak memikirkannya dan tetap tenang melakukan meditasi. Setelah meditasi saya mencoba menggerakkan pergelangan saya. Anehnya pergelangan saya bisa bergerak walaupun sedikit. Dulunya saya tidak bisa menangkupkan kedua tangan di depan dada. Setelah sebulan, bukan saja pergelangan saya bisa bergerak, saya sekarang juga bisa Heshi tanpa menjalani terapi dan pergi ke tempat pemijatan.

Saya memahami dengan kejadian ini Shifu sekali lagi mengingatkan saya akan keterikatan hati saya yang terlalu kuat akan nama dan kepentingan. Setelah saya menyadarinya, Shifu mengerjakan semuanya untuk saya sehingga tangan saya bisa normal kembali dan bisa menari demi penyelamatan makhluk hidup.

Pemahaman Fa saya terbatas mohon tunjukan apabila ada yang tidak sesuai Fa.

Terima kasih Guru, terima kasih rekan-rekan praktisi.