Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Kisah Sejarah: Dua Surat Zhuge Liang Pada Keluarga

24 April 2012 |   Disusun oleh: Yan Jin


(Minghui.org) Zhuge Liang adalah orang asli Langya yang hidup semasa Tiga Kerajaan. Dia adalah seorang negarawan terkenal dan ahli strategi. Kedudukan tertingginya adalah perdana menteri. Dia menulis "Surat kepada Putra" yang ditujukan kepada putranya,  Zhuge Qiao.

"Surat untuk Putra" dari Zhuge Liang

Perilaku orang-orang yang memiliki kemampuan dan penuh dengan integritas tergantung pada perasaan paling dalam mereka, termasuk mempunyai ketenangan jiwa serta kemampuan memusatkan dan menyeimbangkan energi seseorang. Seseorang perlu mengultivasi jiwa dan raga, yang memerlukan seseorang agar memerhatikan prilakunya serta rajin. Jika seseorang tidak memandang nama dan keuntungan duniawi secara ringan, dia tidak akan dapat mengetahui dengan jelas tujuannya. Jika pikiran seseorang tidak tenang, dia tidak dapat menyadari standar yang luas. Apa yang dipelajari seseorang harus diserap sepenuhnya, dan untuk mengembangkan bakatnya ia harus belajar dengan berjerih payah. Jika seseorang  tidak belajar dengan tekun, kemampuan dan kebijaksanaannya tidak dapat tumbuh. Jika seseorang tidak jelas akan tujuannya, ia tidak akan dapat mencapainya, bahkan melalui belajar sekalipun. Jika seseorang  mengejar kenyamanan dan memiliki sikap malas dan ceroboh, dia tidak bisa membangkitkan semangatnya. Jika bersikap sembrono dan pemarah, seseorang tidak dapat menempa wataknya. Kemudian, seiring masa mudanya berlalu dan keinginannya kian memudar, maka dia akhirnya akan berubah menjadi pribadi yang tidak memperoleh apa pun. Pada akhirnya, seseorang tidak akan berguna bagi masyarakat. Pada saat itulah, tidak akan ada lagi yang tersisa baginya untuk dilakukan, di luar yang tersisa dalam dunianya sendiri yang sempit dan kecil, memikirkan dengan kepedihan apa yang telah hilang.

"Surat kepada Keponakan" dari Zhuge Liang

Seorang harus memiliki cita-cita yang mulia dan agung, mengagumi orang mulia tempo dulu, melenyapkan nafsu dan melepaskan semua rintangan yang menghalangi kemajuan seseorang. Hanya dengan cara ini seseorang dapat mencapai cita-citanya dan secara sejati berubah dari dalam. Seseorang harus mampu beradaptasi dengan situasi tertentu, mengabaikan bentuk permukaan, mendengarkan orang lain dan menghilangkan kecurigaan serta melenyapkan sikap kikir. Dengan mengikuti kebijakan seperti itu, sekalipun seseorang menderita kemunduran, ia tidak akan merusak pengaturan dan minatnya. Maka, seseorang tidak perlu mengkhawatirkan bagaimana mencapai tujuannya. Jika seseorang tidak teguh dan tegas, semangatnya tidak tulus dan dia tidak akan berhasil, menyerah pada arus masa kini, masih tetap tidak sadar jernih dan terbelenggu oleh nafsu. Orang seperti itu pasti akan menjadi manusia biasa, atau bahkan lebih buruk lagi, untuk selamanya.

English: http://en.minghui.org/html/articles/2012/4/14/132702.html