(Minghui.org) Kegiatan yang menyerukan penghentian 13 tahun penganiayaan brutal Partai Komunis China (PKC) terhadap praktisi Falun Dafa di China dilaksanakan di Jakarta pada Sabtu, 14 Juli 2012.

Praktisi Bali yang tergabung dalam barisan genderang pinggang, marching band dan lainnya turut hadir dalam kegiatan tersebut, datang ke ibu kota, baik dengan pesawat udara maupun bus.

Rombongan pertama tiba di bandara Cengkareng sekitar pukul 09.00. Menggunakan bus ke penginapan memerlukan waktu lebih dari dua jam menyusuri jalanan ibu kota yang padat merayap. Seperti biasa, dalam perjalanan kami belajar Fa sampai tiba di tempat tujuan. Kami membaca ceramah satu Zhuan Falun. Gema suara bacaan praktisi di dalam bus kota memberi nuansa lain. Perjalanan yang mungkin saja membosankan bagi manusia biasa, namun bagi kami terasa sangat tenang dan nyaman. Suasana damai menyelimuti seluruh ruang kabin bus. Tidak terasa satu ceramah sudah terbaca habis dan waktu menunjukkan pukul 12.00. Dua jam lebih kami lewati hingga tiba di penginapan dalam suasana Xiulian (kultivasi).  

Sementara rombongan yang naik bus hari Kamis pukul 09.00, baru tiba di Jakarta Jumat malam pukul 10.00. Perjalanan Xiulian yang penuh penderitaan selama hampir 36 jam dilewati dengan terus memancarkan pikiran lurus, belajar Fa dan belajar Fa. Dari anak kecil sampai lansia, laki perempuan larut dalam Fa. Tidak terasa enam ceramah Zhuan Falun telah berhasil diselesaikan setibanya di Jakarta.

Suasana belajar Fa di bus dari bandara Cengkareng menuju penginapan

Rombongan yang tiba dengan pesawat beristirahat makan siang sejenak, kemudian harus berangkat ke Istora Senayan untuk latihan musik bersama. Di sela-sela gladi, majorette asal Bali tiba dengan susah payah, dari Cengkareng naik bus Damri ke Istora. Dengan kedatangan majorette, gladi terasa lebih mantap. Kami gladi sampai pukul 16.45 dilanjutkan dengan memancarkan pikiran lurus bersama.

Setelah kegiatan dua hari di Jakarta, kami pulang hari Minggu siang dalam beberapa rombongan. Dalam perjalanan ke bandara kami berbagi pengalaman.

Praktisi A mengatakan bahwa perjalannya kali ini ke Jakarta tidak mendapat hambatan dari keluarga, terutama suami, walau suami tidak kultivasi Dafa.

Praktisi B mengatakan perjalanan ke Jakarta sangat menegangkan, sehari sebelum berangkat tiket belum ada, harapannya menjelang akhir, tiket akan lebih murah (keterikatan kekhawatiran tiket semakin mahal mencuat), namun setelah dicek beberapa kali, harga sudah dua kali lipat. Akhirnya hanya dapat menggunakan Citilink berangkat berdua. Setiba di Jakarta harus naik bus Damri hingga ke Gambir dengan membawa barang cukup banyak, dilanjutkan naik busway hingga tiga kali ganti trayek dengan perut keroncongan. Setiba di penginapan mendapat kamar yang menggunakan kamar mandi umum. Keterikatan mendambakan kenyamanan pun muncul.  

Praktisi C mengatakan bawa dia sedih mendengar bahwa beberapa kali Tian Guo Marching Band pentas, alat brass tidak ada sehingga membuat dirinya merasa harus ikut ke Jakarta. Dia menetapkan hati harus berangkat.

Praktisi D mengatakan bahwa kita lihat situasinya nanti, apakah bisa membentangkan spanduk Falun Dafa di depan pesawat dan foto bersama.

Praktisi E berkata, ”Saya tetapkan hati bersama semua keluarga harus ikut berpartisipasi dalam kegiatan akbar di Jakarta. Uang masih bisa dikumpulkan, namun kesempatan hanya sekali. Saya mengajak empat orang naik bus, namun anak ingin kami naik pesawat. Jadilah kami naik pesawat. Saya pesan kepada mereka jangan banyak belanja, harus mengutamakan tujuan mulia ke Jakarta. Biaya sangat terbatas, harus hemat agar bisa mencukupi segala kebutuhan di Jakarta. Saya juga sempat meditasi di ruang tunggu bandara, supaya pernah bermeditasi di bandara (tetapi merasa ada keterikatan hati setelah melakukannya).

Kami naik ke pasawat lebih awal dari jadwal, tibalah saatnya di tangga. Kami meminta izin untuk foto bersama dan membentangkan spanduk. Jadilah dua spanduk besar terbentang dengan latar belakang pesawat Lion Air. “Langit Memusnahkan PKC“ dan “Falun Dafa baik.“

Sementara kepulangan rombongan bus juga sangat menyenangkan. Sepanjang perjalanan terus belajar Fa, belajar Fa. Akhirnya habis tiga ceramah lagi, sehingga pulang pergi Jakarta Bali dapat mrnyelesaikan satu buku  Zhuan Falun, 20 Tahun Berceramah Fa, Hong Yin dan lainnya. Perjalanan panjang terasa singkat. Maka terpikirlah kata-kata, “Di tengah penderitaan akan muncul kebahagiaan.”