(Minghui.org) Perlakuan tidak manusiawi yang saya alami selama lebih dari sepuluh hari telah melelahkan saya secara mental dan fisik. Saya hanya menginginkan sebuah tidur yang nyenyak di malam hari. Begitu saya duduk di dalam kereta, saya merasa energi saya kembali. Saya berdiri. Menghadap semua orang di gerbong kereta, saya memulai cerita saya. Saya menunjuk mantel bulu angsa baru dan sepatu kulit baru milikku, sekarang telah hancur, karena polisi mengguntingnya menjadi serpihan. Saya memulai cerita saya, apa yang telah terjadi pada saya selama 12 hari yang telah lalu. Saya memberitahu mereka bahwa saya adalah seorang praktisi Falun Gong dan telah pergi ke Beijing, karena saya mempercayai Partai dan pemerintah dan ingin memberitahu pihak yang berwenang cerita sebenarnya mengenai Falun Gong. Saya memberitahu mereka apa yang telah terjadi pada saya selama perjalanan saya. Saya menceritakan semua yang telah saya alami, tanpa berhenti. Orang-orang menghela nafas dan merasa terkejut. Beberapa menangis; beberapa orang mencaci polisi karena sudah tidak mempunyai rasa perikemanusiaan lagi...


Saya mulai bercerita ketika kereta mulai meninggalkan Beijing. Saya terus berbicara, sepanjang perjalanan sejauh lebih dari 600 km, tanpa merasa haus atau lelah, sampai kereta tiba di Kota Jinan. Gerbong kereta penuh dengan orang, dan beberapa bahkan datang dari gerbong kereta yang lain. Orang-orang ini mendengarkan cerita saya seperti sedang mendengarkan sebuah dongeng yang tidak pernah didengar sebelumnya dan mereka sangat tersentuh. Saya melihat petugas keamanan kereta berpatroli, tapi tidak seorangpun mencoba untuk menghentikan saya dan tidak ada seorangpun yang datang untuk menahan saya. Sebuah medan energi yang lurus telah menyelimuti semuanya.

-- Penulis artikel

Shifu yang terhormat,

Teman praktisi yang terhormat,

Saya memberi judul artikel saya, “Bersyukur atas Belas Kasih dan Perlindungan Shifu; Kisah Saya Pergi ke Beijing Melakukan Aksi Damai untuk Falun Dafa pada tahun 2000.” Ini adalah sebuah episode dari kisah kulitvasi saya selama lima tahun dalam masa Pelurusan Fa.

Sejak Juli 1999, Falun Dafa mengalami penganiayaan yang kejam sejak 20 Juli 1999. Dengan tidak tahu malu, Shifu telah dijebak dan difitnah, dan para praktisi dianiaya secara kejam. Saya tidak dapat berdiam lebih lama lagi. Tidak ada seorang praktisipun yang telah memperoleh manfaat dari Dafa dapat menyembunyikan keprihatinannya. Pada tanggal 30 November 2000, dengan mengabaikan penangkapan besar-besaran terhadap praktisi oleh rezim Jiang, tiga orang dari kami menyewa sebuah mobil dan sekali lagi pergi ke Beijing untuk melakukan permohonan bagi Dafa.

Di Lapangan Tiananmen, polisi dengan tongkat listrik berada di mana-mana. Mereka tersebar secara merata, saling berdekatan, dan terus memonitor orang-orang yang ada. Mobil polisi seringkali lewat, dengan bunyi klaskon dan sirine meraung-raung. Berkelompok-kelompok patroli polisi berlarian dan berteriak dengan keras. Bus-bus besar diparkir di mana-mana, siap menampung mereka yang ditangkap. Saya tahu itu adalah puncaknya, periode paling keji dari rezim Jiang untuk menangkapi praktisi. Banyak praktisi berunjuk rasa secara damai di Lapangan Tiananmen, tetapi mereka dipukuli, ditangkap dan dimasukkan ke dalam mobil polisi.

Ketika saya memikirkan sebuah tempat yang bagus untuk membentangkan sebuah spanduk, seseorang memukul saya dengan sebuah tongkat dan juga menendang saya. Petugas polisi yang baru saja memukul saya berteriak, ”Apa yang kamu lakukan di sini?” Pemukulan tersebut sangat membingungkan saya sebab saya belum melakukan apapun. Kenapa saya dipukul? Naluri membuat saya berdiri dan menatap petugas polisi itu. Dia berkata kepada saya, “Maukah kamu memaki pendiri Falun Gong? Biarkan saya mendengar kamu mengatakannya!” Saya menjawab, ”Saya tidak akan memaki siapapun. Memaki orang akan membuat seseorang kehilangan kebajikan.” Segera, empat petugas polisi mendekati saya, menangkap saya dan membawa saya ke dalam sebuah mobil polisi. Enam orang praktisi telah berada di dalamnya.

Polisi mulai melakukan pemeriksaan badan. Mereka marah-marah dan berteriak. Dengan pentungan karet di tangan mereka, mereka memukul kepala dan wajah praktisi. Saya tidak dapat berpikir yang lain kecuali saya belum memenuhi misi saya sebelum tertangkap. Saya berkata dalam pikiran saya, ”Shifu, Tolonglah saya! Biarkan saya mempunyai sebuah kesempatan untuk menunjukkan spanduk saya.” Berhasil! Polisi tidak memeriksa saya.

Kami kemudian dikirim ke departemen kepolisian di Beijing. Beberapa ribu praktisi ada di sana, dan 90% dari mereka adalah orang-orang muda. Kami berdiri begitu dekatnya sehingga susah bagi kami untuk membalikan badan. Polisi memaksa kami untuk berdiri dalam tujuh baris. Kemudian kami mendengar bahwa mereka akan mengirim kami ke lima penjara yang berbeda. Mereka memperlakukan kami seperti penjahat. Kami dipaksa untuk berdiri diam menghadap dinding dan tidak boleh menolehkan kepala. Saya merasa terkejut atas kejadian ini. Pikiran saya bingung. Saya berpikir, “Di masa lampau, polisi mencintai rakyat; sekarang, polisi diajarkan untuk memaki dan memukuli orang.”

Saya tiba-tiba menyadari kenapa. Saya teringat sebaris kalimat dari sebuah puisi di buku Hong Yin,

“Geng gelap dan group kacau—
Pemerintah dan bandit satu keluarga.”
(“Sepuluh Kejahatan Dalam Dunia,” Hong Yin)

Itu dia! Jiang Zemin menggunakan kekuasaannya untuk membuat polisi menjadi sebuah “pentungan” di tangannya – mereka adalah boneka.

Ketika saya berpikir tentang kesengsaraan yang diderita oleh Dafa—kebohongan iblis, difitnah dan bagaimana caranya mereka menempatkan Shifu dalam daftar “Dicari”— tanpa tempat bagi praktisi untuk mengadu, rasa ketidakadilan yang menumpuk dalam diri saya meledak. Saya berseru dengan seluruh tenaga saya, ”Falun Dafa baik!” “Pulihkan kembali reputasi Shifu kami yang tak ternoda!” “Menjadi orang baik tidak bersalah.” Ribuan suara mengikuti suara saya, “Fa meluruskan Langit dan Bumi!” “Akan memusnahkan semua kejahatan!” Gabungan suara tersebut seperti sebuah gelombang, yang satu mengikuti yang lain, semakin keras dan keras. Mereka mengguncang seluruh kota dan alam semesta serta mengguncang lapis demi lapis tingkat kehidupan dalam alam semesta.

Kami dibawa ke Penjara Huairou. Setelah turun dari bus, kami berbaris menjadi empat baris panjang, begitu panjangnya sampai tidak terlihat ujungnya. Wajah seorang praktisi dipukuli dengan parah. Teriakan spontan berseru, ”Berhenti memukul!” “Fa meluruskan langit dan bumi.” “Memusnahkan semua kejahatan,” “Falun Dafa adalah Fa yang lurus,”  bergema kembali dari suara gabungan kami, yang membuat polisi benar-benar marah. Rasa berkuasa dan kekejaman mereka meledak di kepala petugas polisi. Mereka mulai menendang praktisi hingga jatuh ke tanah, satu demi satu. Beberapa praktisi ditendang dan dipaksa untuk tiarap di atas tanah atau berlutut di tanah. Kemudian mereka memulai pemeriksaan badan tahap kedua. Setiap praktisi dibawa ke sebuah ruangan kecil dan dilucuti seluruh pakaiannya. Ini bukan sebuah pemeriksaan badan yang biasa—para polisi bersikap seperti penjahat. Baru saya tahu apa yang disebut sebagai “penjahat politik”

Ketika giliran saya masuk, saya menatap langsung kepada petugas polisi wanita muda tersebut. Saya mengatakan kepadanya bahwa saya bahkan lebih tua dari orang tuanya dan bertanya kepadanya apakah dia akan melakukan hal ini kepada orang tuanya. Dia kelihatannya terpana dan tidak melucuti pakaian dalam saya. Saya menggunakan kesempatan ini, dengan cepat membentangkan spanduk dan berseru, “Falun Dafa baik!” Petugas polisi tersebut tidak memukul saya. Dia hanya dengan cepat merebut spanduk tersebut dari saya dan membukanya, menunjukkan kepada yang lain sambil berkata, “Hey, lihatlah yang satu ini! Dibuat dengan begitu indah!” Kemudian dia dengan hati-hati menyingkirkannya. Mereka umumnya akan menyobek atau menggunting spanduk yang ada.

Saya mengerti bahwa Shifu telah menolong saya. Ketika kita hormat terhadap Shifu dan Dafa dan mempunyai sebuah pikiran yang murni, pelaku kejahatan akan berubah menjadi baik dan tidak bisa menjadi jahat lagi. Saya telah bekerja dengan sangat keras dan sepenuh hati untuk membuat spanduk tersebut. Setiap huruf di spanduk tersebut mewakili sebuah hati dan pikiran praktisi yang tulus terhadap Shifu dan Dafa.

Kami ditahan di Penjara Huairou, yang kami dengar sebagai tempat paling jahat dari yang jahat. Dua puluh sembilan orang ditahan di dalam sebuah ruangan yang luasnya kurang dari 10 meter persegi tanpa jendela. Ruangan ini digunakan untuk segalanya, makan, tidur, dan bahkan untuk buang air. Ruangan ini begitu penuh, bahkan sulit sekali untuk duduk. Setiap orang harus menekan dirinya dengan kuat untuk bisa duduk. Saat itu adalah musim dingin dan salju turun di luar. Kami menghangatkan diri kami dengan cara saling bersandaran satu dengan yang lain. Untuk memprotes penganiayaan terhadap Dafa yang tidak berdasar dan perlakuan kejam gila-gilaan dan perlakuan yang tidak semestinya terhadap para praktisi, kami memulai aksi mogok makan. Untuk beberapa hari pertama, polisi menghantarkan makanan ke ruangan untuk menggoda kami. Melihat kami begitu teguh, mereka kemudian berhenti menghantarkan makanan.

Pada hari keempat, mereka mulai memaksa kami makan campuran cairan garam kental dengan bubur jagung. Semuanya mengalami reaksi yang kuat. Kami merasa sangat haus dan bibir kami pecah-pecah. Kami merasa terbakar di dalam dan merasa sangat tidak nyaman. Proses pemaksaan makan itu sendiri sangat menyakitkan. Polisi secara total mengabaikan kemanusiaan dan melampiaskan kedengkian atas nama Jiang Zemin. Empat orang polisi memegang seorang praktisi. Selang untuk pemaksaan makan dengan sembarangan dimasukkan ke hidung dan kemudian ditarik dengan tiba-tiba dan dengan kasar, sehingga penuh dengan darah. Rasanya seperti hati ini juga ditarik keluar. Rasa sakit yang amat sangat membuat orang merasa seperti sedang sekarat.

Pada hari keenam seorang pria muda terus menerus memuntahkan darah dan kemudian meninggal sebagai akibat dari pemaksaan makan. Mereka berbalik mengintimidasi kami, ”Jika kalian tidak bekerjasama, kami tidak bertanggungjawab atas kematian yang terjadi. Hal itu akan dianggap sebagai bunuh diri!”

Menderita rasa haus yang tak tertahankan, beberapa praktisi merasa tidak dapat lagi menahannya dan menyarankan, “Mari kita mulai minum sedikit air.” Kami mendiskusikan hal ini tetapi tidak dapat mencapai kesepakatan. Kemudian saya merasakan sebuah perasaan yang aneh dan merasa bahwa setiap sel dari tubuh saya seperti penuh dengan air. Praktisi lain dapat mendengar dengan jelas suara air yang mengalir dari mantel bulu angsa saya. Tiba-tiba kami semua terinspirasi secara mendalam dan menjadi teguh kembali. Shifu telah memberikan kami sebuah petunjuk yang menguatkan untuk bertahan sampai akhir.

Pada saat itu ketika pelaku kejahatan menjadi semakin gila-gilaan, kami dipanggil kelompok demi kelompok setiap pagi untuk mendengarkan pidato mereka, dengan tujuan untuk mencuci otak kami. Kami kemudian dipaksa berdiri di luar untuk menderita dalam cuaca dingin membeku. Dalam cuaca yang begitu dingin dan bersalju, bahkan dengan mantel dan celana berlapis kapas yang tebal sekalipun orang akan merasa kedinginan dalam waktu singkat. Meskipun demikian, mereka memaksa para praktisi berdiri di luar selama dua jam. Praktisi muda hanya diijinkan untuk mengenakan sweater yang biasanya dipakai pada musim gugur dan praktisi yang lebih tua hanya diperbolehkan mengenakan sweater wool. Beberapa bahkan berdiri tanpa sepatu karena polisi telah memotong sepatunya. Betapa kejamnya mereka!

Keyakinan lurus dan pikiran lurus kami membuat takut pelaku kejahatan hingga mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Kami menolak untuk memberikan nama kami dan tidak membawa kartu identitas. Kami tidak menjawab pertanyaan apapun atau menandatangani apapun. Pada suatu saat, ketika diperiksa, tekanan darah atas dan bawah saya menunjukkan angka nol. Pada hari kesepuluh, tekanan darah saya meningkat menjadi 170. Saya tahu Shifu membantu saya untuk meninggalkan sarang kejahatan. Polisi panik dan merasa takut untuk bertanggungjawab. Saya dilepaskan pada keesokan harinya. Saya menghabiskan waktu selama sepuluh hari di penjara tanpa minum satu tetes air atau makan apapun. Ketika saya keluar, mereka mengambil semua uang yang saya punya, 300 yuan.

Seorang teman praktisi yang dilepaskan bersamaan dengan saya mengenal seorang praktisi lain di Beijing. Kami kemudian pergi ke rumah praktisi Beijing tersebut. Kami disambut dengan hangat melebihi penyambutan terhadap anggota keluarga dan kami sangat terharu. Saya minum empat botol termos air hangat tapi masih merasa haus! Setelah makan makanan hangat saya memutuskan untuk pulang. Praktisi tersebut mengantarkan saya ke stasiun kereta api dan merasa lega setelah melihat saya naik kereta api jurusan Beijing ke Jinan dengan selamat.

Perlakuan tidak manusiawi yang saya alami selama lebih dari sepuluh hari sangat melelahkan saya secara mental dan fisik. Saya hanya menginginkan sebuah tidur yang nyenyak di malam hari. Begitu saya duduk di dalam kereta, saya merasa energi saya kembali. Saya berdiri. Menghadap semua orang di gerbong kereta, saya memulai cerita saya. Saya menunjuk mantel bulu angsa baru dan sepatu kulit baru milikku, sekarang hancur, karena polisi telah mengguntingnya menjadi serpihan. Saya memulai cerita saya, apa yang telah terjadi pada saya selama 12 hari yang lalu. Saya memberitahu mereka bahwa saya adalah seorang praktisi Falun Gong dan telah pergi ke Beijing, karena saya mempercayai Partai dan pemerintah dan ingin memberitahu pihak yang berwenang cerita sebenarnya mengenai Falun Gong. Saya memberitahu mereka apa yang telah terjadi pada saya selama perjalanan saya. Saya menceritakan semua yang telah saya alami, tanpa berhenti. Orang-orang menghela nafas dan merasa terkejut. Beberapa orang menangis; beberapa orang mencaci polisi karena sudah tidak mempunyai rasa perikemanusiaan lagi. Orang-orang yang masih ragu-ragu bertanya, ”Benarkah?” “Bagaimana itu bisa terjadi?” Saya menunjuk baju dan sepatu saya, “Ini adalah buktinya. Saya berkultivasi ‘Sejati-Baik-Sabar’; Saya tidak berbohong!” Beberapa orang berkata, ”Dimana keadilan sekarang? Politisi dan bandit sama saja!”

Beberapa orang dengan baik hati meminta saya duduk dan beristirahat sejenak. Beberapa orang dengan baik hati menasehati saya, ”Jika kamu tetap bercerita mengenai pengalamanmu, mungkin mereka akan menangkapmu lagi.” Saya berkata kepada mereka, ”Saya hanya ingin menjadi orang baik berdasarkan ‘Sejati-Baik-Sabar’ dan memberitahu kebenaran. Bagaimana mungkin itu dianggap sebagai sebuah kejahatan? Mereka mempunyai kekuasaan. Biarkan mereka melakukan apa yang ingin mereka lakukan. Undang-undang telah menyatakan dengan jelas bahwa warga negara memiliki hak untuk menyampaikan pendapat kepada pemegang kekuasaan yang lebih tinggi. Kantor pengaduan itu terbuka untuk umum, benar kan? Sebaliknya, sekarang ini jika kamu menyatakan pendapat kamu akan ditangkap, dipukul dan bahkan dimasukkan ke penjara. Siapa yang memberikan hak kepada mereka untuk melakukan hal tersebut? Falun Dafa mengajarkan kita untuk menjadi orang baik dan memberi manfaat kesehatan bagi masyarakat, yang telah menghemat ratusan juta uang negara yang dikeluarkan untuk biaya kesehatan. Falun Dafa memberikan ratusan manfaat tanpa merugikan masyarakat. Kenapa kita tidak mempunyai kebebasan berkeyakinan?”

Semakin banyak kata-kata keluar dari mulut saya. Semakin banyak saya berbicara, semakin jelas saya menyatakan pendapat saya. Saya mulai bercerita ketika kereta mulai meninggalkan Beijing. Saya terus berbicara, sepanjang perjalanan sejauh lebih dari 600 km, tanpa merasa haus atau lelah, sampai kereta tiba di Kota Jinan. Gerbong kereta penuh dengan orang, dan beberapa bahkan datang dari gerbong kereta yang lain. Orang-orang ini mendengar cerita saya seperti sedang mendengarkan sebuah dongeng yang tidak pernah didengar sebelumnya dan mereka sangat tersentuh. Saya melihat petugas keamanan kereta berpatroli, tapi tidak seorangpun mencoba untuk menghentikan saya dan tidak ada seorangpun yang datang untuk menahan saya. Sebuah medan energi yang lurus telah melindungi semuanya.

Shifu mengatakan, ”Pikiran lurus yang teguh tak terhancurkan terhadap prinsip kebenaran alam semesta telah membentuk tubuh intan yang kokoh bagaikan batu karang dari pengikut Dafa yang bajik, membuat segenap kejahatan kecut gemetar, cahaya kebenaran yang dipancarkan keluar membuat unsur pikiran yang tidak lurus dari semua kehidupan tercerai-berai. “ (“Selingan dua-tiga Patah Kata Pula,” Petunjuk Penting Untuk Gigih Maju II) Shifu melimpahkan keberanian langit kepada saya. Pikiran lurus memusnahkan semua kejahatan. Ketika kita melepaskan pikiran egois dan melangkah keluar dari kepentingan manusia biasa, kejahatan akan tercerai berai dengan sendirinya!

Cerita di atas adalah sebagian dari kisah pengalaman saya selama Pelurusan Fa. Saya masih memiliki jalan panjang yang harus ditempuh sesuai dengan permintaan Shifu. Dalam periode sejarah yang amat langka ini, marilah kita mengingat apa yang diajarkan oleh Shifu dan melakukan dengan baik “Tiga Hal” untuk memenuhi sumpah janji yang kita buat jauh di masa sejarah yang lampau – belajar Fa, mengklarifikasi fakta mengenai Dafa dan penganiayaan serta memancarkan pikiran lurus ke alam semesta.

Sumber: Buku “Compassion Overcomes Evil” (Belas Kasih Mengalahkan Kejahatan)