(Minghui.org) Kepala desa dan lainnya menyerbu masuk ke rumah saya dan berusaha keras memaksa saya untuk menandatangani pernyataan jaminan berhenti berlatih Falun Gong.

Mereka juga minta saya menyerahkan semua buku Falun Gong dan foto pencipta Falun Gong. Saya berkata kepada mereka, ”Falun Gong menyelamatkan saya dari ambang kematian. Saya sebelumnya menderita banyak penyakit dan menjadi sangat sehat sejak berlatih Falun Gong. Sebelumnya saya bertemperamen buruk, picik dan egois. Sekarang saya selalu memikirkan orang lain terlebih dahulu ketika melakukan sesuatu. Apa salahnya dengan latihan yang begitu baik ini? Lihatlah jalan di depan rumah saya. Siapa yang memperbaikinya? Siapa yang menolong nenek yang tinggal sendirian untuk mengambil air, mencucikan bajunya dan mengganti seprei sepanjang tahun? Apakah orang seperti itu tidak baik? Kalian tidak menginginkan orang menjadi baik, saya tidak mau menandatangani pernyataan seperti itu!”

Mantan kepala pusat cuci otak menjadi tidak sabar dan berkata, ”Jika kamu tidak menyerahkan buku dan menandatangani pernyataan, kamu harus pergi ke pusat cuci otak bersama kami.” Saya menjawab, ”Baiklah, saya akan memasak dulu untuk kalian dan kemudian pergi bersama kalian setelah makan.”

Suami saya masuk ke ruang tamu dan sementara saya memasak, ia menaruh semua buku Dafa dan foto Guru di depan mereka. Saya sedang menyalakan gas ketika melihat suami saya menyerahkan semua buku. Saya bergegas menuju ke arah orang yang memimpin dan mengambil semua buku serta foto Guru. Tetapi yang lainnya mengelilingi saya, berusaha merebut buku-buku dan foto.

Saat itu, api menyambar dari kompor ke arah mereka. Mereka semua ketakutan dan segera kabur. Saya mengambil buku-buku dan foto Guru dari suami dan berteriak minta tolong kepada Guru, ”Guru, tolong matikan apinya.” Api makin mengecil hingga menjadi normal. Mereka yang datang untuk mengganggu begitu terkejut sehingga diam dan pergi.

Guru berceramah tentang bagaimana dewa menjaga Fa dan dengan jelas menunjukkannya di depan saya. Saya sangat gembira hingga menangis. Suami saya yang kebingungan cukup lama kemudian menjadi sadar. Ia memberi isyarat tangan Heshi (kedua telapak tangan mengatup di depan dada) dan berkata berulang-ulang, ”Guru, saya bersalah, saya bersalah.” Ia kemudian dengan saksama memasang kembali foto Guru di tembok. Saya menyalakan dupa dan berlutut di depan foto Guru dan berkata, ”Terima kasih Guru. Anda telah menyelamatkan lebih dari seorang.”

Kejadian ini membuat para tetangga bisa menyaksikan kesakralan dan martabat Dafa.

Chinese version click here
English version click here