Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Seorang Perawat asal Provinsi Jiangxi Mengalami Penganiayaan Selama 10 Tahun

5 Okt. 2013 |   Oleh: koresponden Minghui dari Provinsi Jiangxi, China


(Minghui.org)

Ringkasan Fakta Utama dari Penganiayaan:

Nama: Jiang Xiaoying (江小英(江晓英)
Jenis Kelamin: Perempuan
Usia: 50 tahunan
Alamat: Kota Jiujiang, Provinsi Jiangxi
Pekerjaan: Perawat di Rumah Sakit No. 5 Kota Jiujiang
Tanggal Penahanan Terakhir: 2003 - masih ditahan hingga sekarang
Tempat Penahanan Terakhir: Rumah Sakit No. 5 Kota Jiujiang (九江市第五医院)
Kota: Jiujiang
Provinsi: Jiangxi
Penganiayaan yang Diderita: Kerja paksa, pencucian otak, hukuman secara ilegal, disuntik/ diberi obat secara paksa, pemukulan, pemenjaraan, penyiksaan, pengekangan fisik, dimasukkan ke rumah sakit jiwa, penahanan

Pembebasan Praktisi Falun Dafa Jiang Xiaoying

Jiang Xiaoying, seorang perawat di Rumah Sakit No. 5 Kota Jiujiang, Provinsi Jiangxi, menolak untuk melepaskan keyakinannya pada Falun Dafa dan prinsip Sejati-Baik-Sabar. Dia mengalami penganiayaan psikiatrik selama lebih dari 10 tahun. Kami menyerukan kepada orang-orang di seluruh dunia untuk meminta pembebasannya.

Dipindahkan ke Rumah Sakit Psikiatrik

Jiang aslinya berasal dari Kabupaten Duchang, Pronvinsi Jiangxi, tempat dimana dia bekerja sebelumnya sebagai seorang perawat di Rumah Sakit Kabupaten Duchang. Dia dipindahkan ke Rumah Sakit No. 5 Kota Jiujiang, sebuah rumah sakit psikiatrik, pada tahun 1997.

Dia mulai berlatih Falun Gong pada 1995 dan mendapatkan manfaat secara mental maupun fisik dari latihan ini.

Sejak Partai Komunis China (PKC) melancarkan penganiayaan terhadap Falun Gong pada tahun 1999, dia telah ditahan berulang kali, dihukum kerja paksa dan penjara, serta mengalami pencucian otak, disiksa, dan disuntik dengan obat-obat psikoaktif.

Disiksa dan Disuntik dengan Obat-obatan yang Tidak Jelas Jenisnya

Jiang ditahan di Kamp Kerja Paksa Majialong di Kota Jiujiang pada tahun 2004. Para petugas memerintahkan tahanan kriminal untuk mengganggu dan menganiaya dia Mereka mencubit dan memukulinya, melukai kulit dan mencederainya. Pakaiannya melekat pada luka-luka dan sangat menyakitkan saat melepaskannya setelah darah mengering. Ketika dia pingsan karena rasa sakit, para tahanan mengatakan dia berpura-pura dan menusuk jari-jarinya dengan jarum. Mereka melempar termos besar penuh dengan air mendidih ke arahnya. Selain terluka bakar parah, ranjangnya pun basah dan dia dipaksa tidur di atasnya.

Dia menjadi kurus dan tidak dapat menjaga diri sendiri. Para petugas memerintahkan tahanan untuk menyuntikan obat-obatan yang tidak jelas jenisnya ketika dia tidur di malam hari. Jiang akhirnya menjadi cacat mental di dalam Kamp Kerja Paksa Majialong.

Ketika masa hukumannya berakhir, petugas di kamp kerja paksa dan administrator Rumah Sakit No. 5 memindahkannya ke rumah sakit.

Staf medis menyuntikkan obat-obatan yang merusak sistem syaraf pusat dan mencekokinya. Dilaporkan bahwa dia diikat ketika disuntik obat-obatan yang tidak jelas itu dan pasien sakit jiwa diminta untuk menyerang dia.

Jiang meminta dibebaskan beberapa kali, tetapi tidak berhasil. Petugas keamanan rumah sakit yang bernama Ke mengancamnya, dengan berkata “Jika kamu bersuara lagi, saya akan membawa kamu kembali ke kamp kerja paksa.”

Pembebasan Sementara

Putri Jiang bisa merayakan Tahun Baru Imlek bersama ibunya yang dibebaskan untuk sementara. Setelah liburan, petugas Rumah Sakit No. 5 kembali membawanya ke rumah sakit, supaya dia diperlakukan seperti seorang pasien sakit jiwa. Karena dia menolak untuk melepaskan keyakinannya, penyiksaan mental dan fisik pun diteruskan.

Mantan Suami Terlibat Penganiayaan Terhadap Dirinya

Mantan suami Jiang, Pan Minghua, mantan deputi sekretaris Partai dari Biro Cadangan Air Kota Jiujiang, secara aktif berpartisipasi dalam penganiayaan terhadap mantan istrinya. Dia melaporkannya ke Kantor 610 pada tahun 2003, yang mengakibatkan penangkapan terhadap istrinya yang kemudian dipindahkan ke Kamp Kerja Paksa Majialong.

Pan meminta agar Jiang menandatangani surat cerai. Ketika dia menolak, petugas polisi Lin Lin pun menandatangani surat cerai itu atas nama Jiang.

Mendekati akhir hukuman kerja paksanya, temannya meminta Pan untuk memberi tahu keluarganya untuk menjemputnya, demi anak mereka. Sebelumnya ketika masa hukumannya selesai, tidak ada yang datang menjemputnya, jadi petugas secara sewenang-wenang memperpanjang masa hukumannya. Pan merespon, “Saya tidak ingin terlibat. Dia sebaiknya mati saja.”

Dia tidak tahu bahwa dia sendiri akan meninggal terlebih dahulu --- karena mengidap kanker pada 23 September 2006. Banyak yang mengenal pasangan ini berpikir bahwa kematian Pan adalah disebabkan oleh pembayaran karma karena memperlakukan mantan istrinya dengan begitu kejam.

Chinese version click here
English version click here