Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Tidur Bermalas-Malasan Bukanlah Penyakit Kecil

15 Des. 2013 |   Oleh Praktisi Shantung


(Minghui.org) Kira-kira sejak dari kelas 3 SD, saya memiliki kebiasaan buruk “tidur bermalas-malasan.” Sebenarnya setiap hari jam 06.00 pagi harus bangun untuk memancarkan pikiran lurus, kadang-kadang dibangunkan oleh rekan praktisi untuk memancarkan pikiran lurus tetap saja kembali tertidur. Dulu selalu berpikir ini adalah “masalah kecil,” juga tidak memengaruhi rutinitas sekolah, jadi tidak menganggapnya sebagai suatu ujian yang harus dilewati, sekali mengulur waktu berlangsung hingga bertahun-tahun.

Awalnya beberapa tahun, setiap waktu memancarkan pikiran lurus pagi hari saya masih tidak berniat untuk bangun, ibu (rekan praktisi) selalu membangunkan saya. Dan setiap kali saya selalu menggunakan berbagai alasan. Misalnya, tadi malam tidur kemalaman, karena terganggu oleh suara berisik, dan lain-lain, pada dasarnya tidak berniat untuk bangun. Ibu memperingati dengan mengatakan “malas adalah sifat iblis,” namun saya tidak menganggapnya serius. Selalu merasa ingin tidur 10 menit lagi, dan sebagainya. Kemudian mulai masuk ke SMP, beban pelajaran bertambah berat, jadi semakin tidak peduli dan tidur bermalas-malasan, kadang kala akhir minggu tidur hingga jam 08.00 pagi. Mungkin ibu merasa ini adalah masalah yang harus diri sendiri  pahami, juga sudah tidak setiap hari membangunkan saya lagi.

Perlahan-lahan, masalah yang dikarenakan malas ini semakin lama semakin banyak. Misalnya barang-barang semakin berantakan, pengaturan waktu juga menjadi kacau balau, sering mempunyai penampilan malas, belajar Fa dan latihan gong juga sudah mengendur, badan selalu lemas. Guru pernah mengatakan:

“Orang Xiulian pikirannya jika menjauhi Fa, kejahatan akan dapat menyusup ke dalam” ( “Ceramah Fa pada Konferensi Fa Florida, Amerika Serikat – Ceramah di Berbagai Tempat 2”)

Sekarang jika dipikirkan kembali, bukankah semua itu karena terlalu sedikit belajar Fa? Biasanya selalu menggunakan alasan banyak pelajaran dan pekerjaan rumah, hingga musim dingin hanya berpikir untuk bermain, sama sekali tidak menempatkan belajar Fa pada posisi utama, setiap kali selalu ibu yang mengingatkan beberapa kali baru dengan terpaksa membaca buku Dafa sebentar.

Sampai suatu hari saat belajar Fa, menyadari bahwa Guru mengatakan:

“Sifat kebuddhaan seseorang adalah bajik, terwujud berupa belas kasih, memikirkan orang lain terlebih dahulu dalam melakukan sesuatu, sanggup menanggung penderitaan. Sifat keiblisan seseorang adalah jahat, terwujud berupa pembunuhan, mencuri dan merampok, egois, berniat jahat, membangkitkan perselisihan, menghasut dan menyebarkan desas desus, iri hati, berhati busuk, bertingkah gila-gilaan, bermalasan, penyimpangan seksual dan lain lain.” (“Sifat Kebuddhaan dan Sifat Keiblisan” dari Petunjuk Penting Untuk Gigih Maju I)

Sepotong Fa ini sejak kecil saya sudah menghafalnya. Tetapi hanya pernah menghafalnya, namun tidak untuk mematut diri. Sesungguhnya, saya seharusnya sejak dulu sudah harus mematut diri berdasarkan sepotong Fa ini untuk membedakan prilaku saya apakah bersifat Buddha atau bersifat Iblis. Apalagi Guru mengatakan “Malas” adalah sifat iblis, sebagai seorang kultivator bukankah harus menghilangkan sifat iblis, mengapa “Malas” masih mempunyai posisi di dalam diri saya? Khususnya saya setelah menemukan Guru mengkategorikan “Malas” masalah kecil saya ini sama dengan “pembunuhan, mencuri dan merampok, berhati busuk, penyimpangan seksual dan lain-lain” saya melihat ini disejajarkan bersama dengan 10 kejahatan yang tidak terampuni, saya sangat terguncang. Ternyata, masalah malas bukan yang seperti saya bayangkan demikian sederhana, memikirkan kembali prilaku saya yang dulu, saya langsung mengeluarkan keringat dingin.

Setelah memahami seharusnya ada perubahan, saya ingin menghilangkan “malas,” Merubah kebiasaan tidur bermalas-malasan.

Jika ada yang tidak sesuai dengan prinsip Fa, harap rekan praktisi dengan belas kasih menujukkannya.

Chinese version click here

English version click here