Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Kesaksian Seorang Praktisi Tentang Kondisi di Kamp Kerja Paksa

18 Feb. 2013 |   Oleh: praktisi di Beijing


(Minghui.org) Ketika saya membaca laporan media tentang Julie Keith, seorang wanita dari Oregon yang telah membeli sebuah kotak hiasan Halloween dan menemukan sebuah surat dari seseorang di kamp kerja paksa China, saya meneteskan air mata. Menurut surat itu, kotak hiasan dibuat di Bagian 8, Divisi 2 dari Kamp Kerja Paksa Masanjia. Surat itu menyatakan, "Jika Anda kebetulan membeli produk ini, mohon mengirim ulang surat ini kepada Organisasi Hak Asasi Manusia Dunia. Ribuan orang di sini, yang sedang dianiaya oleh Partai Komunis China, akan berterima kasih dan mengingat Anda selamanya." Penulis surat ini telah mengambil risiko besar mencoba untuk menghubungi dunia luar dengan cara ini, karena, jika surat ditemukan, dia bisa jadi disiksa atau bahkan dibunuh.

Saya ditahan di Kamp Kerja Paksa Wanita Beijing pada tahun 2001 selama 18 bulan. Sekitar 1000 tahanan dipenjara di sana, dan kebanyakan dari mereka adalah praktisi Falun Gong yang menjalani hukuman satu sampai tiga tahun. Dari delapan bagian di kamp kerja paksa, hanya satu bagian dari mereka yang menahan non-praktisi. Tahanan ini sering diperintahkan untuk memantau dan memukuli praktisi di tujuh bagian lainnya. Kamp ini juga memiliki unit "intensif," terdiri dari 20 kamar single, dimana praktisi disiksa secara brutal. Jendela kamar ini selalu ditutup dengan tirai atau selimut di siang hari, dan seseorang bisa mendengar teriakan yang datang dari dalam.

Petugas mengatur jam kerja di kamp kerja paksa, seringkali dari pukul 05:00-23:00 dan kadang-kadang sampai pukul 02:00  pada pagi berikutnya. Praktisi hanya diperbolehkan untuk makan selama 10 menit dan sekitar 5 menit untuk membersihkan diri mereka di pagi dan sore hari. Penggunaan toilet hanya diizinkan dua kali sehari, sekali pada pagi hari dan yang lainnya pada sore hari. Tidak ada yang menerima bayaran untuk pekerjaan mereka. Ketika saya ditangkap, para petugas menyita semua uang saya, yang banyaknya sekitar 2000 yuan, dan mereka tidak mengizinkan saya untuk menghubungi keluarga saya selama enam bulan. Saya tidak punya pakaian lain sebagai pakaian ganti.

Saya harus makan, bekerja, dan tidur di sel yang sama di mana saya ditahan. Tanggung jawab utama saya adalah untuk mengemas sumpit dan sate makanan ikan. Kami pertama-tama harus melap kantong kertas yang digunakan untuk mengemas setiap pasang sumpit. Kami menggunakan kain, yang juga digunakan untuk membersihkan kamar, lorong-lorong dan toilet, untuk membasahi kantong. Sumpit biasanya menumpuk di lantai, dan ketika kami mendapat terlalu banyak sumpit, kami menggulungnya di tempat tidur dan menyimpannya di papan tempat tidur. Kami tidak pernah memiliki kesempatan untuk mencuci tangan kami, bahkan setelah kami ke kamar kecil. Pecandu obat yang memantau kami kadang-kadang menggunakan sumpit untuk membersihkan gigi atau membersihkan jempol kaki mereka. Setiap pasang sumpit tersebut dikemas seperti biasa. Kantong kertas dan wadah lainnya yang dipakai untuk mengemas semuanya berlabel "sumpit tersanitasi." Beberapa sumpit mewah dibuat dengan kayu berkualitas tinggi menggunakan proses manufaktur yang lebih halus. Mereka dimasukkan ke dalam kertas khusus atau kantong plastik yang berlabel nama hotel atau restoran tertentu. Namun, mereka juga menumpuk di lantai, digunakan untuk membersihkan gigi dan membersihkan jari kaki, dan dikemas dengan tangan kotor.

Kami biasanya memiliki kuota harian untuk mengemas sekitar 8.000 pasang sumpit, dan sulit untuk menyelesaikan sebegitu banyak. Jika kami tidak selesai pada akhir jam kerja normal, kami harus bekerja lebih lama. Untuk menyelesaikan makanan kami lebih cepat dan terus bekerja, kami makan di tempat kami bekerja dan kemudian meletakkan mangkuk di lantai sebelah kami. Pekerjaan yang sangat berat membuat tangan kami melepuh, berdarah dan menjadi kapalan. Setelah bekerja sepanjang hari, kami sering kali mengalami kesulitan untuk meluruskan punggung kami.

Menusuk makanan ikan bahkan lebih menguras tenaga. Kami menggunakan kail pancing untuk ini, yang berwarna merah gelap dan tidak lebih besar dari ujung sumpit. Tusukan berukuran satu setengah sentimeter panjangnya. Kami pertama-tama mengambil cincin karet kecil dengan beberapa gunting, menempatkan mereka di sekitar kail pancing, dan menghubungkan cincin ke tongkat. Kami harus menyelesaikan 4 kg makanan ikan halus atau 5 kg makanan ikan biasa sehari. Ketika tangan kami cidera, kami harus menutup tangan kami yang terluka, yang terasa sangat sakit, dan kemudian terus bekerja.

Bekerja dengan makanan ikan sangat tidak sehat dan makanan memiliki bau yang tajam. Karena makanan ikan dan cincin karet sangat kecil ukurannya, kami sering kali harus memegang mereka dekat mata untuk mengerjakannya. Jadi debu masuk ke mata, hidung dan sering menyebabkan ruam pada kulit kami, yang bahkan menjadi lebih parah di musim panas. Tangan kami sering bengkak ketika kami memotong dan mempersiapkan cincin karet. Kami menderita rasa sakit yang amat sangat, dan beberapa dari tangan para praktisi menjadi keriput.

Banyak dari kami yang bekerja di kamp tidak bisa berdiri tegak dan mengalami kesulitan berjalan. Kelelahan fisik dan mental sangat ekstrim. Banyak dari kami berusia antara 50 sampai 70 tahun, namun kami masih dipaksa untuk melakukan kerja berat. Ketika salah satu praktisi yang berumur 61 tahun tiba di sel kami, seluruh wajahnya tampak ungu. Kami bisa melihat memarnya, hidungnya bengkak, dan dia hampir tidak bisa membuka matanya. Dia menderita pembekuan darah di rambutnya dan noda darah di sepatu dan pakaian. Dia telah dipukuli dua minggu sebelumnya. Punggungnya sakit, dia mengalami kesulitan berjalan dan membalik badan ketika tidur. Meskipun kondisinya demikian, dia dipaksa untuk melakukan kerja paksa saat tiba di sel kami. Kami tidak diizinkan untuk berbicara satu sama lain. Jika kami lakukan, kami dipukuli dan disetrum dengan tongkat listrik.

Di Pusat Transisi dan Bagian penjara di mana saya ditempatkan, kami juga harus memproduksi sweater, sarung tangan wol, dan topi wol. Kami memiliki persyaratan yang ketat pada berapa banyak jahitan yang harus kami lakukan per inci. Siapapun yang melakukan kesalahan harus mengulanginya. Kami juga menjahit manik-manik berwarna-warni dan benda-benda mengkilap untuk sweater atau rok, yang kemudian diekspor ke luar negeri. Pekerjaan lain termasuk menanam sayuran, membuat ornamen, melipat kertas, dan produk kemasan sanitasi untuk perempuan. Setiap Bagian mempunyai pekerjaan yang berbeda untuk dilakukan, dan kami tidak boleh tidur sampai pekerjaan kami diselesaikan.

Chinese version click here
English version click here