(Minghui.org) Menjadi tidak egois dan memikirkan orang lain terlebih dahulu adalah permintaan dasar yang diberikan Guru kepada murid-muridnya selama kultivasi. Saya menemukan perwujudan dari keegoisan dapat sangat halus dan samar serta tak terlihat ketika kita percaya sedang memikirkan orang lain terlebih dahulu. Jika praktisi tidak memeriksa tingkah laku mereka dari sudut Fa, mereka akan mengalami kesulitan untu mengenali keegoisan itu ketika menghadapi masalah.

Saya meminjamkan Yuan dalam jumlah besar kepada rekan praktisi ketika ia membuka restoran. Bisnis tidak berjalan lancer dan ia menjadi kuatir. Saya memberitahunya: ”Jangan kuatir. Kita satu tubuh. Mari memancarkan pikiran lurus untuk menyingkirkan penganiayaan ekonomi oleh kekuatan lama dan bekerja sama.” Selama saat itu, saya melihat banyak restoran di wilayah saya dan menemukan restoran dekat rumah saya yang ramai. Saya mengundang rekan praktisi untuk makan bersama di restoran itu. Saya berkata padanya: ”Bagaimana jika begini? Mengapa kamu tidak merubah gaya operasimu dan melakukannya seperti begini? Bisnismu pasti akan menjadi lebih baik.” Ia menjawab: ”Kebanyakan pelanggan di sini adalah pelajar, tetapi restoran saya jauh dari sekolah manapun.” Pastinya, ia tidak menerima saran saya.

Kemudian saya bertanya-tanya apabila jika disebabkan saya tidak jernih terhadap diri sendiri. Beberapa hari kemudian, saya mengundang dia lagi ke restoran yang sama. Kali ini, saya menganalisa dengan rinci lokasi restoran, kualitas makanan, dekorasi dan pengaturan serta harganya. Akhirnya saya berkata: ”Bagaimana? Mengapa kamu tidak mengikuti apa yang saya sarankan dan mencobanya? Saya yakin bisnis kamu akan segera meroket.” Ia masih tidak setuju dan berkata: ”Baiklah, saya akan memikirkannya.” Restoran itu tutup setelah beberapa bulan dan ia berhutang besar.

Saya merasa bingung: ”Saran saya bagus. Mengapa ia tidak menggunakannya? Saya melakukan demi kepentingannya.” Baru-baru ini, saya menyadari bahwa pada permukaan, saya sedang mencoba untuk membantunya menemukan solusi bagi masalah bisnisnya. Tetapi saya mempunyai agenda tersembunyi yaitu egois. Jika bisnisnya lebih bagus, ia bisa mengembalikan uang saya. Jika gagal, maka uang yang saya pinjamkan akan hilang. Kepentingan saya termasuk di dalam apa yang saya katakan padanya. Motif egois ini tersembunyi sangat dalam sehingga sulit diketemukan jika saya tidak meluangkan waktu memikirkannya.

Ini membuat saya berpikir tentang ibu saya. Untuk waktu yang lama, saya menunjukkan apa yang saya pikirkan tentang kelemahannya ketika berbicara kepadanya. Ia akan mengomel balik: ”Kultivasikan dirimu sendiri. Saya tidak kalah denganmu.” Kemudian ia akan menunjukkan kelemahan saya dan mengungkit masalah-masalah lalu. Ketika saya mengunjunginya, saya berhenti berargumen dengannya. Saya pikir, ”Saya gembira selama kamu melakukan dengan baik. Saya akan menaruh perhatian lebih pada sisi baikmu.” Bagi praktisi, tidak ada yang salah dengan pikiran ini. Tetapi, suatu hari saat saya berbagi pemahaman dengan kakak saya, saya menemukan motif egois saya. “Saya takut diomeli oleh ibu jika saya menunjukkan kekurangannya. Saya takut terluka.” Saya pikir kultivasi saya sangat jelek. Motif di belakang ”memikirkan orang lain terlebih dahulu” dimana saya perlu meningkatkan diri saya sendiri.

Ketika pegawai dari tingkat lebih tinggi datang ke kantor, yang pertama saya pikirkan adalah memberitahu dia tentang fakta kebenaran Dafa. Kadang saya akan mentraktir mereka makan siang. Saya sangat gembira ketika orang lain menerima Dafa dan keluar dari Partai Komunis China (PKC), kadang sebuah pikiran negatif akan memasuki benak saya ketika mengklarifikasi fakta: ”Mereka pasti akan membantu saya di masa depan karena saya telah bersikap baik kepada mereka.” Pikiran “timbal balik” ini memalukan sekali. Bagaimana saya bisa begitu tidak murni dan jatuh begitu rendah?

Guru berkata:

“Karena dalam menyelamatkan manusia, tidak membicarakan syarat, tidak membicarakan imbalan, tidak mempersoalkan balas jasa, juga tidak mempersoalkan nama, jauh lebih agung dibandingkan tokoh teladan di tengah manusia biasa, kesemuanya ini timbul dari hati yang belas kasih.” (Zhuan Falun)

Keegoisan seperti bayangan yang mengikuti dan menempel diri Anda. Ia dapat sangat licin. Kadang ia dapat terlihat kadang tidak. Jika seseorang tidak dengan niat mencari ke dalam saat terjadi konflik, sangat mudah terluput. Hanya jika prinsip universal Sejati-Baik-Sabar digunakan untuk mengevaluasi pikiran kita, kata-kata dan perbuatan baru dapat kita identifikasi dan melenyapkan tingkah laku egois itu.

Saya membagikan pemahaman saya dengan rekan-rekan praktisi. Mohon tunjukkan kekurangan saya.

Chinese version click here
English version click here