Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Pandangan Seorang Cendekiawan terhadap Falun Gong (Bagian 1)

10 Juni 2013 |   Oleh He Yu, koresponden Minghui

(Minghui.org) Zhong Weiguang, seorang cendikiawan asal China dan penulis yang tinggal di Jerman, mulai meneliti Falun Gong setelah permohonan 25 April 1999, ketika 10.000 praktisi secara damai berkumpul di Beijing untuk memohon perlakuan yang adil dari pemerintah. Pada kesempatan perayaan 21 tahun pengenalan Falun Gong kepada dunia, Zhong berbagi pengamatannya dalam sebuah wawancara dengan Minghui.org.

Berikut ditulis dan disusun berdasarkan transkrip wawancara.


Zhong Weiguang

Permohonan 25 April Menarik Perhatian Saya

Pada awal musim panas 1999, saya membaca berita tentang peristiwa 25 April di sebuah surat kabar di Jerman. Saya tidak tahu apa-apa tentang Falun Gong sebelumnya. Oleh karena itu, saya heran dan sedikit terkejut, tapi juga senang.

Rakyat China telah melalui begitu banyak "perjuangan", terutama pembantaian Lapangan Tiananmen 1989, yang memperkuat ingatan mereka terhadap teror di tangan pemerintah mereka sendiri. Dan tiba-tiba, 10 tahun setelah pembantaian itu, lebih dari 10.000 orang China secara damai berkumpul di dekat komplek pemerintah Zhongnanhai. Saya merasa sulit untuk percaya.

Orang-orang ini sangat damai dan bahkan membersihkan tempat sebelum mereka pergi. Saya merasa sulit untuk percaya juga, karena kita semua tahu bahwa orang China tidak terlalu memerhatikan hal-hal seperti itu. Bagi 10.000 orang di China yang telah menghadiri kegiatan spontan tersebut, dan tanpa perintah khusus untuk membersihkan, mereka telah menunjukkan karakter yang berkualitas tinggi dibandingkan dengan rata-rata orang China.

Terlebih lagi, permohonan ini telah bertahan begitu lama. Penindasan yang kemudian menyusul tidak membinasakan Falun Gong. Permohonan masih berlangsung hingga hari ini, dan telah meluas.

Pada awalnya, saya tidak bisa percaya berita yang saya baca. Saya tahu betul bahwa beberapa dekade di bawah pemerintahan Partai Komunis China (PKC) telah benar-benar menghancurkan tradisi orang China. Kebudayaan tradisional China telah berulang kali disabotase bahkan demikian sering sehingga seperti sebidang lahan pertanian yang dibajak terus-menerus. Kerusakannya menyeluruh.

Namun pada saat ini, ketika sabotase memuncak, Falun Gong muncul! Saya terkejut gembira. Namun saya tidak tahu dari mana sumber kekuatannya.

Pada waktu itu, saya tidak memahami kekuatan nilai-nilai inti dari Falun Gong - Sejati-Baik-Sabar. Kemudian, saya menyadari bahwa keyakinan semacam itu berakar dalam jiwa kultivatornya. Jika tidak, mereka tidak bisa mencapai pengembangan karakter tingkat tinggi.

Setelah beberapa waktu berlalu, saya baru mengerti bahwa permohonan 25 April terjadi karena fitnahan dari He Zuoxiu, seorang profesor universitas. Sebelum saya datang ke Jerman pada tahun 1988, saya bekerja di Institut Sejarah Ilmu Pengetahuan di Chinese Academy of Natural Sciences, jadi saya mengenal betul orang-orang seperti He Zuoxiu. Saya juga tahu bahwa "pikiran akademis" dari "departemen propaganda" hanyalah merupakan alat propaganda politik yang digunakan untuk menyerang. Semuanya bekerja untuk mempertahankan kekuasaan Partai Komunis China.

"Elit intelektual," yang dipimpin oleh Yu Guangyuan, di Departemen Propaganda bertanggung jawab atas sensor media dan menciptakan berita-berita palsu. Taktik propaganda tersebut dimulai pada tahun 1949. Orang-orang dalam kelompok ini kemudian menjadi tulang punggung pembela ideologi PKC di berbagai bidang seperti dialektika, filsafat, dan sejarah ilmu pengetahuan. Kebanyakan artikel ideologi yang digunakan sebagai senjata dalam berbagai kampanye penganiayaan ditulis oleh kelompok ini.

He Zuoxiu memulai karirnya dengan membawakan tas untuk Yu Guangyuan. Dia kemudian dikirim ke bekas Uni Soviet untuk belajar fisika. Liu Dun, kepala Institut Sejarah Ilmu Pengetahuan, juga merupakan wakil kelompok.

Pandangan Saya setelah Mengenal Falun Gong

Saya sendiri mengajar filsafat ketika saya dikirim ke daerah pedesaan selama Revolusi Kebudayaan pada tahun 1969. Saat merenung, saya menyadari bahwa saya telah dibodohi oleh PKC selama 20 tahun, dan saya tidak lagi percaya pada Marxisme.

Pada tahun 1970, saya mulai studi sistematis saya dalam filsafat, matematika, fisika, bahasa asing, dan sejarah. Saya ingin secara jelas menggambarkan sifat sesungguhnya dari PKC. Pada awal 1980-an, saya menjadi mahasiswa pascasarjana di Institut Sejarah Ilmu Pengetahuan di Chinese Academy of Natural Sciences.

Pada tahun 1999, saya menemukan beberapa buku Barat tentang kediktatoran, terutama karya-karya Ralf G. Dahrendorf. Menurut Dahrendorf, diktator memiliki dua ciri utama: beroposisi terhadap hak asasi manusia dan kebebasan kontemporer, serta sikap menentang  nilai-nilai tradisional. Selain itu, Dahrendorf mengatakan, diktator pasti akan ditentang dan dikonfrontasi.

Namun, saya heran mengapa saya tidak melihat adanya resistensi atau gerakan dari kekuatan tradisional terhadap rejim karena rejim bertentangan dengan budaya tradisional sejak berkuasa pada tahun 1949. Setelah tahun 1990-an, di permukaan, banyak daerah di China tampaknya tidak begitu menentang tradisi lagi. Mereka bahkan mengadopsi beberapa formalitas budaya tradisional. Bisakah PKC berdampingan secara damai dengan budaya tradisional?

Saat itulah Falun Gong muncul. Selama wawancara saya dengan British Broadcasting Corporation (BBC) pada akhir tahun 1999, saya menunjukkan bahwa fenomena Falun Gong mewakili kemunculan dan kebangkitan budaya China tradisional, dan itu bukan hasil dari gerakan pro-demokrasi tahun 1989. Sudut pandang saya hanyalah sebuah teori kasar.

Pada bulan Februari 2010, saya menghadiri beberapa kegiatan protes di Berlin selama kunjungan mantan Sekretaris Jenderal Jiang Zemin. Itu pertama kalinya saya mengenal praktisi Falun Gong, dan pengalaman ini membantu saya mendapatkan pandangan dari sumber langsung.

Saya tahu beberapa praktisi Falun Gong pernah ambil bagian dalam protes mahasiswa 1989. Banyak dari mereka yang sekarang fokus untuk hidup mandiri dan berbisnis. Beberapa praktisi Falun Gong ini menempuh perjalanan jauh untuk menghadiri aksi protes di Berlin dalam cuaca yang sangat dingin. Mereka bahkan membawa anak-anak mereka, meskipun cuaca dingin. Saya sangat tersentuh. Ini meninggalkan kesan yang mendalam pada saya.

Praktisi Falun Gong bertindak berdasarkan hati mereka, bukan karena organisasi, perintah, atau untuk keuntungan pribadi. Ketika saya bertanya kepada seorang praktisi berapa banyak yang akan muncul dalam kegiatan protes, dia mengatakan bahwa dia tidak tahu, tapi orang-orang akan datang saat waktunya. Jujur, saya skeptis. Saya berpikir informasi yang sesungguhnya tidak diberitahu kepada saya karena saya orang luar. Setelah satu dekade, saya sekarang percaya apa yang dia katakan. Setiap kegiatan disikapi demikian, dan mereka akan senantiasa demikian.

Logika ilmu sosial orang China sekarang aneh. Sebagai contoh, permohonan 25 April tidak terpikirkan dan tidak logis bagi orang China yang telah melalui begitu banyak penganiayaan brutal di tangan PKC. Terutama setelah pembantaian berdarah 1989, begitu banyak orang masih secara spontan berkumpul dekat Zhongnanhai sambil tetap menjaga disiplin yang demikian baik, tidak dapat dijelaskan menggunakan logika "normal" orang China. Namun, jika kita meneliti dari perspektif lain, dari perspektif seseorang dengan keyakinan sejati, maka tidak menghadirinya tidaklah masuk akal.

Ide ini bertujuan untuk menunjukkan kepada semua orang China, termasuk saya sendiri, yang senantiasa memproklamirkan diri sebagai seorang intelektual independen, bahwa mentalitas dan logika rakyat China sangatlah berbeda dari orang-orang dalam masyarakat normal. Hal ini karena lingkungan yang telah terdistorsi lama, secara terus-menerus telah dimanipulasi di bawah pengawasan ketat PKC di China.

Dalam 30 tahun sebelum tahun 1999, saya membaca banyak buku. Pada awal 1990-an, saya berhenti merenungkan pemikiran kerangka gaya Barat, dan saya mulai mengevaluasi ulang budaya tradisional China. Dari keinginan saya untuk meneliti fenomena budaya, saya memulai riset terhadap Falun Gong. Dalam beberapa tahun kemudian, saya menerobos beberapa kerangka akademis dan meningkatkan pemahaman saya tentang Falun Gong. Pemikiran seperti itu juga telah mengilhami dan memperluas pemahaman saya tentang budaya tradisional China serta pemahaman saya terhadap dunia.

Bersambung ke Bagian 2

Chinese version click here
English version click here