Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Bagaimana Saya Menghilangkan Keterikatan Menolak Rekan Praktisi

19 Juni 2013 |   Oleh Praktisi Daratan China

(Minghui.org) Dalam waktu yang lama, saya terperangkap di dalam sejenis lingkaran aneh: Takut rekan praktisi datang ke rumah. Jika diceritakan akan menjadi sangat panjang, karena ibu saya dianggap kultivasinya sangat bagus oleh rekan praktisi lain, maka banyak rekan praktisi yang datang ke rumah, kadangkala bahkan beberapa rekan praktisi belum pergi, sudah ada rekan praktisi lain yang datang. Dalam hati saya sangat mengerti; tidak seharusnya menolak rekan praktisi, bagaimana boleh mengusir orang? Tetapi dalam hati benar-benar merasa kesal.

Saya juga selalu mencari, sebenarnya mengapa saya tidak bisa bertoleransi pada praktsi lain? Mengapa saya demikian anti praktisi lain datang ke rumah? Setelah di telusuri, karena beberapa tahun yang lalu, Ibu ditangkap, dan divonis kerja paksa di penjara. Sebelum ditangkap, kondisi rumah kami memang demikian, banyak rekan praktisi berkunjung ke rumah, bahkan ada yang pergi ke tempat kerja perusahaan ibu. Menurut yang saya lihat, memang semua hal kecil hal besar semua cari ibu untuk menyelesaikan, bahkan ada rekan praktisi yang tinggal di rumah kami, dan saat makan malam di rumah, sangat jarang ada kondisi tanpa orang datang.

Ketika itu kondisi penganiayaan kejahatan masih sangat serius, saya juga seorang praktisi, juga sadar urusan rekan praktisi tidak boleh tertunda, meskipun waktu itu diri sendiri masih belum bisa melakukan apa-apa, namun tidak ada perasaan menolak seperti sekarang ini. Perlahan-lahan, ibu juga mulai muncul banyak keterikatan, perasaan pamer, puas diri, berbagai keterikatan hati, akhirnya ditangkap. Setelah ibu ditangkap, prilaku rekan praktisi di sekitar waktu itu benar-benar membuat saya merasa sangat kecewa, ketika ibu masih ada, rumah masih banyak orang yang datang, setelah ibu ditangkap, rekan praktisi yang sering datang menghilang tanpa jejak. Apa yang dikatakan pikiran lurus dan penyelamatan, penampilan yang terlihat semua adalah takut diri sendiri terlibat. Ketika itu saya dalam hati berpikir, kalian seringkali datang ke rumah, sekarang ibu ditangkap, kalian berpenampilan demikian, tunggu sampai ibu pulang ke rumah, kalian siapa pun jangan harap bisa menginjak rumah saya! Beruntung waktu itu Guru masih melindungi, saya dan paman melakukan banyak hal untuk menyelamatkan ibu, mempunyai pengaruh yang membuat kejahatan takut, juga sudah tidak terperangkap kekecewaan karena ibu ditangkap dan perasaan kesal terhadap rekan praktisi yang berprilaku buruk itu. Sekarang kejadian sudah berselang banyak tahun, secara tidak sadar telah menyalahkan rekan praktisi. Ketika diri sendiri dalam kondisi yang paling buruk, ada beberapa rekan praktisi yang selalu menemani saya melewatinya, benar-benar sangat berterima kasih pada Guru, berterima kasih pada rekan praktisi.

Kemudian setelah ibu keluar dari penjara, memang waktu sangat lama, tidak ada yang datang ke rumah lagi, paling datang menjenguk sebentar. Ibu setelah mendengar cerita kami mengenai kelakuan beberapa rekan praktisi, juga memahami saya memandang dari sudut pandang manusia biasa. Tidak berkomentar apa-apa, tapi kultivasi adalah demi peningkatan, jika selalu berada di tingkat itu akan saling menyalahkan. Ibu dan saya sama-sama menpunyai niat untuk meningkat, maka, ini adalah sebuah jalan berliku-liku yang terbentang di depan kami, hal membuktikan Fa mengklarifikasi fakta semua harus saling berkoordinasi, siapa pun tidak bisa menghalangi.

Ibu ketika bertemu rekan praktisi atau rekan praktisi berkunjung ke rumah, paling takut dengan saya, dia tahu dulu saya mengalami “tekanan batin yang berat,” tidak berkomentar, lalu merasa rekan praktisi tidak mudah untuk dapat berkunjung ke rumah, jika bisa saling membantu semaksimal mungkin. Tetapi saya, ada sedikit kurang nyaman, di hari  dimana  saya belajar Fa dengan baik, akan sangat senang, bersedia membantu melakukan sesuatu, jika belajar Fa kurang baik atau tidak bisa melewati ujian, melihat rekan praktisi datang ke rumah, langsung merasa emosi, kadang kala di depan rekan praktisi tidak segan-segan berkata, “Jangan semua masalah datang mencari ibu, dia juga seorang yang berkultvasi, pemahamannya juga terbatas, juga bisa muncul keterikatan, ujian yang seharusnya kalian sendiri lewati, pulanglah ke rumah banyak belajar Fa, Guru akan memberi petunjuk, ketika ibu ditangkap tidak ada satu pun yang datang menanyakan, ketika dia pulang semua urusan datang mencarinya, apakah ingin dia ditangkap lagi baru puas?”

Kata-kata saya itu, membuahkan hasil yang lumayan, rekan praktisi semua mengatakan setuju, banyak cari ke dalam, sebentar saja semua sudah pergi. Berselang waktu yang cukup lama, pemahaman saya terhadap masalah ini adalah, merasa apa yang diri sendiri katakan adalah benar, demi bertanggung jawab pada ibu, juga bertanggung jawab terhadap rekan praktisi, tidak memikirkan diri sendiri. Waktu itu dalam hal membuktikan Fa memilih yang saya suka, saya suka baru melakukannya, ketika membutuhkan kerja sama, melihat rekan praktisi dengan positif dan sangat ramah bekerja sama, membuat saya tersentuh. Apalagi seorang rekan praktisi tua, selalu mendukung saya dan melakukan sesuatu sesuai keinginan saya.

Ketika hati saya menolak rekan praktisi, kesal melihat rekan praktisi datang ke rumah, saya selalu menggunakannya untuk mendorong diri sendiri, karena yang pergi ke rumah rekan praktisi lain juga banyak, ada banyak yang bahkan tidak mempunyai kerjaan juga pergi ke rumahnya untuk makan, atau untuk menghabiskan waktu, atau ada bahan klarifikasi tidak berani disimpan di rumah sendiri atau takut terlalu banyak, lalu menyimpan di rumahnya, ada dua rekan praktisi ada keperluan, juga membuat janji untuk pergi kerumahnya berbincang-bincang. Waktu itu ketika saya tahu, benar-benar merasa tidak adil, sangat emosi. Merasa rekan praktisi ini mengapa xinxingnya demikian buruk, diri sendiri merasa takut, lalu mengoper unsur tidak aman ke orang lain, hati yang demikian kotor, apakah masih bisa disebut sebagai kultivator.

Saya kesal setengah harian, merasa sepatutnya berdiskusi dengan rekan praktisi berusia lanjut itu, agar dia dapat memberitahukan pada beberapa rekan praktisi tersebut, untuk tidak berbuat demikian. Ketika itu merasa diri sendiri sedang membela keadilan demi dia. Yang membuat saya tidak menyangka, adalah ketika saya sedang mengutarakan prinsip yang  saya rasa benar dengan menggebu-gebu, rekan praktisi tua itu berkata sambil tertawa, “Lingkungan rumah saya adalah pemberian Guru, rekan praktisi datang adalah Guru yang mengaturnya! Guru yang ingin saya menjaga lingkungan ini.”

Setelah mendengar, saya mengeluarkan keringat dingin! Saya seketika langsung sadar, apa yang disebut perbedaan tingkat kultivasi. Benar, beberapa praktisi yang tidak bertanggung jawab itu, kurang dalam memahami Fa, tetapi terhadap perbuatan beberapa rekan praktisi, xinxing rekan praktisi tua itu ternyata lebih tinggi dari saya entah berapa banyak. Saya merasa rekan praktisi berbuat demikian, harus segera menunjukkan bahwa mereka tidak benar, harus langsung menunjukkan kesalahannya, baru dikatakan bertanggung jawab. Sebenarnya dikatakan secara jelas, karena perbuatan itu telah mengusik hati saya, tidak sesuai dengan standar saya, saya tidak senang melihatnya, saya baru emosi sampai demikian.

Saya merasa rekan praktisi seharusnya pulang ke rumah belajar Fa menyelesaikan masalah diri sendiri, jangan sekali ada masalah segera cari orang bantu menyelesaikannya, agar jangan ada keterikatan mengandalkan orang lain, kelihatan seperti seorang yang bertanggung jawab, baik terhadap rekan praktisi, merasa diri sendiri adalah benar, sesungguhnya adalah takut ibu dianiaya, mempergaruhi kehidupan diri sendiri yang nyaman, pada dasarnya diri sendiri tidak berniat untuk menghilangkan keterikatan itu, selalu ingin merubah orang lain, merubah lingkungan, supaya semua sesuai dengan selera diri sendiri, bermaksud duduk dengan enak-enakkan lalu tumbuh gong.

Demikianlah sepasang mata saya yang selalu melihat keluar, paling tidak saya sudah berubah melihat diri sendiri. Ketika ada rekan praktisi yang datang ke rumah, saya pertama-tama tidak marah, harus melihat ada masalah apa terlebih dulu, jika benar ada masalah harus melihat apakah saya bisa berbuat sesuatu, bisa bagaimana mendukungnya, bisa membantu apa. Secara pelan-pelan saya menemukan, rekan praktisi ternyata ada masalah atau tidak tetap datang, ada beberapa kali, datang hanya untuk makan, ketika itu saya benar-benar sekuat tenaga menahan amarah jangan sampai meledak, dalam hati terus berkata, ini adalah pengaturan Guru untuk menghilangkan keterikatan, menguji saya! Kemudian saya tidak melihat siapa salah, siapa benar lagi, saya melepaskan hati yang tidak bisa bertoleran terhadap orang lain dan menolak orang lain! Tak disangka setelah beberapa kali, sudah tidak ada orang demikian yang datang lagi.

Saya perlahan-lahan menemukan, ketika ibu sedang berbagi dengan rekan praktisi sudah tidak seperti dulu dengan cara memborong semuanya, juga mengingatkan rekan praktisi harus banyak belajar Fa, mampu menyelesaikan masalah diri sendiri, paling banyak adalah menceritakan pengalaman diri sendiri ketika bertemu masalah yang mirip, hanya saling berdiskusi. Ibu juga telah memahami, setiap rekan praktisi harus berjalan di jalur sendiri.

Kemudian saya baru pelan-pelan menyadari: Ternyata sikap saya adalah sedang membantu peningkatan rekan praktisi, sedang berperan meningkatkan rekan praktisi, diri sendiri beranggapan berbuat demikian adalah bertanggung jawab, sebenarnya sama sekali tidak sadar, masalah ini, penampilan beberapa rekan praktisi, adalah timbul demi saya, mungkin juga bertujuan untuk menghilangkan keterikatan saya ini baru ada perwujudan rekan praktisi yang datang terus-menerus, dan saya ternyata selalu mencela rekan praktisi keterikatan hati sangat mengandalkan orang, rekan praktisi itu tidak memperhatikan keamanan, tak disangka keterikatan hati ingin mengubah orang sampai taraf demikian tinggi. Sumber akar masalah, adalah setelah ibu ditangkap, sikap rekan praktisi waktu itu telah menusuk ke dalam hati saya yang terdalam, benci terhadap rekan praktisi, tidak puas, kemudian setelah ibu pulang, merasa perbuatan partai sesat: Saling mengigit, dulu kamu demikian terhadap saya, nanti jangan harap saya bisa baik terhadap kamu! Hati ini selalu eksis, ternyata saya menganggapnya sebagai diri sendiri, bahkan sudah banyak tahun saya melindunginya.

Adalah takut disentuh, takut hati ini terusik, sampai ibu juga takut menyentuh hati saya, sekali menyentuh lalu meledak, mengeluarkan alasan membela diri.

Saya bisa merasakan, dalam beberapa tahun ini, Guru selalu mengatur kesempatan untuk saya, agar menghilangkan keterikatan itu, membuat saya berhubungan dengan banyak rekan praktisi, melihat sikap toleransi rekan praktisi, tidak mendendam, tidak membenci dalam hati. Juga membuat saya bekerja sama dengan rekan praktisi melakukan banyak hal, membiarkan saya melihat perbedaan, melihat kelebihan diri sendiri, mengembangkan kelebihan diri sendiri, melebur dalam kultivasi. Saya juga bisa merasakan, keterikatan menolak orang sedikit demi sedikit mulai menghilang, walaupun demikian hilangnya sangat sulit, sangat lambat, bahkan kadang-kadang masih muncul, ketika saya melihat bagian Fa Guru yang berkaitan dengan ini, saya membacanya berulang-ulang, agar diri sendiri dapat selalu mengingatnya, dan dapat melewatinya.

Sebenarnya artikel berbagi ini telah lama ingin saya tulis, namun setiap kali mau menulis, selalu merasa diri sendiri mempunyai keterikatan. Dulu menulis, sudut pandang dan dasarnya adalah, mengingatkan rekan praktisi yang selalu mengandalkan orang lain harus mencari ke dalam diri sendiri, jangan mengandalkan orang; rekan praktisi yang selalu diandalkan orang juga harus mencari ke dalam, jangan selalu mewakili orang lain, jangan sampai timbul keterikatan hati hingga dianiaya kejahatan. Tidak terlepas dari bentuk ini, dari awal sampai akhir selalu memandang keluar, memberitahukan orang lain harus bagaimana berbuat, memposisikan diri sendiri di luar.

Baru-baru ini, keterikatan hati takut rekan praktisi datang, menolak rekan praktisi muncul kembali. Saya tahu, ini bukan mengindikasikan saya mengingat orang lain, melainkan adalah supaya saya mengkultivasi menghilangkan keterikatan ini, meningkatkan diri. Karena saya mempunyai benda yang buruk ini, baru bisa terbentuk kondisi demikian, bersitegang dengan rekan praktisi. Dari permukaan kelihatannya bekerja sama, namun dalam hati masih ada sedikit merasa tidak enak. Saya berulang-ulang membaca [Ceramah Fa kepada Praktisi Australia,] Guru pernah mengatakan, “Melakukan pekerjaan berpikir pada orang lain, menemui konflik berpikir pada diri sendiri,” (Ceramah Fa pada Konferensi Fa Washington D.C.) Saya memperkuat ingatan, menggunakan Fa Guru membimbing diri sendiri.

Ketika sedang menulis artikel ini, mendadak saya menyadari dalam ceramah, Guru beberapa kali mengatakan mencari ke dalam. Guru berkata,

“Bila mengalami konflik, tak peduli saya benar atau salah, juga dapat berpikir pada diri sendiri: saya ada kesalahan apa dalam hal ini? Apakah benar saya telah terjadi suatu kesalahan? Selalu berpikir secara demikian, pikiran pertama adalah berpikir pada diri sendiri, berpikir pada masalah yang terjadi, barang siapa yang tidak mematut diri secara demikian maka dia bukanlah seorang praktisi Xiulian Dafa yang sejati. Ini adalah pusaka di dalam Xiulian, ini adalah sebuah karakteristik dari Xiulian kita pengikut Dafa.” [Apa yang Disebut Sebagai Pengikut Dafa,]

Dari dulu sampai sekarang, saya tidak mampu seperti seorang kultivator sejati yang benar-benar memikirkan masalah, saya selalu berpikir mengapa orang lain dalam masalah ini tidak meningkat, sebenarnya adalah saya sendiri yang tidak meningkat.

Terima kasih Guru selalu memberi saya kesempatan melihat diri sendiri, menghilangkan hati ini, di sini, saya meminta maaf pada rekan praktisi yang pernah saya sakiti, semua itu karena halangan keterikatan diri sendiri hingga tidak berhasil melakukan dengan baik atau tidak bekerja sama dengan baik, berharap masih ada kesempatan dan waktu, untuk menebusnya, untuk bekerja sama. Heshi!


Chinese version click here