Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Seorang Mantan Perawat Menceritakan Kehancuran Hidupnya Selama 15 Tahun

23 Okt. 2014 |   Oleh: koresponden Minghui dari Provinsi Liaoning, Tiongkok


(Minghui.org) Zhou Yanbo pernah memiliki pekerjaan yang bagus dan keluarga yang bahagia. Sebagai suster kepala dan salah satu anggota pertama dari departemen operasi rumah sakit setempat, dia memperoleh banyak penghargaan atas kontribusinya. Di rumah, dia hidup bahagia bersama suami dan putranya.

Kehidupan bahagianya berakhir ketika penganiayaan terhadap Falun Gong dimulai pada tahun 1999. Dia ditangkap sebanyak lima kali selama periode 1999 dan 2003, beberapa kali disiksa hingga di ambang kematian. Dia dipecat dari pekerjaan, dan suaminya mengabaikan dia untuk menghindari akibat dari penganiayaan. Keluarganya membayar denda yang sangat besar untuk pembebasannya.

Dia menjadi tuna wisma, pindah dari satu tempat ke tempat lain bersama ibunya pada tahun 2003, untuk menghindari penangkapan lebih lanjut, dan tidak bisa mendapatkan pekerjaan. Ibunya meninggal dunia pada tahun 2006.

Melihat kembali penderitaan yang dialaminya, Zhou mempertahankan hati yang teguh, “Ini adalah keyakinanku pada Falun Gong,” katanya. “Falun Gong memberi kekuatan kepada saya untuk melewati semua ini.”

Ditangkap Dua Kali karena Mengajukan Permohonan

Seperti banyak praktisi Falun Gong lainnya, Zhou pergi ke Beijing setelah penganiayaan dimulai pada 20 Juli 1999, berharap untuk mengklarifikasi fakta tentang latihan Falun Gong kepada rezim penguasa. Dia ditangkap dua kali karena permohonannya.

Tidak lama setelah ditangkap untuk kedua kalinya pada Oktober 2000, dia dibawa ke Pusat Rehabilitasi Kecanduan Obat-obatan Dalian. Di sana, dia diinterogasi dan dilarang tidur selama lima hari, dan para penjaga memukul serta menyiksanya. Mereka menyetrumnya dengan tongkat listrik, berusaha memaksanya melepas kepercayaannya.

Zhou dipindahkan ke Pusat Penahanan Dalian pada tanggal 11 November 2000. Dia ditahan di ruangan kecil bersama 16 tahanan lain, selama masa ini, dia kehilangan berat badan sebesar 10 kg dalam 51 hari dalam melakukan kerja berat.

Dihukum Dua Tahun di Kamp Kerja Paksa Masanjia yang Terkenal Jahat

Zhou dihukum dua tahun penjara, tanpa proses apapun pada tanggal 21 Desember 2000. Dia dibawa ke Kamp Kerja Paksa Masanjia Cabang No. 2, di mana lebih dari 1.000 wanita ditahan di sana.

Tiga puluh orang dipaksa masuk ke dalam ruangan seluas 30 meter persegi, di mana masing-masing ranjang ditempati oleh empat orang. Para praktisi yang ditahan di Masanjia menderita masalah malnutrisi (kekurangan gizi).

Siksaan sesungguhnya ada di sini untuk Zhou, bagaimanapun juga, cuci otak yang tiada akhir dan taktik para penjaga yang selalu berubah dalam usaha untuk merubahnya.

Dia diawasi oleh tahanan lain yang ditugaskan sepanjang waktu. Mereka mencatat semua yang dia lakukan, dan sering menggeledah barang-barang miliknya.

Peragaan penyiksaan: Pemukulan

Karena dia menolak untuk melepaskan latihan Falun Gong, para penjaga memukul dan memaksanya berdiri, juga berjongkok untuk waktu yang lama, kadang-kadang selama berhari-hari.

Keluarganya tidak diberi tahu  perihal keberadaannya mau penangkapannya. Ketika akhirnya keluarga dia mengetahui keadaannya, suami dan putranya pergi dari Dalian ke Shenyang untuk mengunjunginya pada 5 Januari 2001. Mereka kecewa karena tidak diijinkan untuk menemui Zhou.

Dipindahkan Diantara Tiga Kamp Kerja Paksa

Untuk menambah sumber dari kamp kerja paksa lain dalam usaha untuk merubah praktisi Falun Gong, para penjaga di Masanjia mulai mengirim para praktisi ke fasilitas-fasilitas lainnya.

Dua praktisi laki-laki dan sepuluh praktisi perempuan, termasuk Zhou,dibawa ke Kamp Kerja Paksa Zhangshi, kamp kerja paksa untuk laki-laki,  pada tanggal 19 April 2001.

Di sana, praktisi wanita ditahan di satu ruangan. Zhou juga dipaksa duduk di tanah selama enam hari tanpa tidur, dan dia menjalani cuci otak secara ekstensif. Dia sering mendengar jeritan dan teriakan dari ruangan lain, dan kemudian mengetahui bahwa Yin Liping, 33 tahun, telah diperkosa oleh empat orang. Seorang praktisi wanita lain, Qu, hilang. Sebelum peristiwa ini, lebih dari 200 praktisi telah “dirubah” di Kamp Kerja Paksa Zhangshi.

Zhou dipindahkan ke Kamp Kerja Paksa Shenxin tiga minggu kemudian, di mana dia menjalani banyak sesi cuci otak yang intens.

Ketika dipaksa menonton video yang menghujat Falun Gong pada suatu hari, dengan kondisi fisik yang lemah, Zhou berdiri dan berjalan sempoyongan menuju TV, lalu mencabut kabelnya. Sekelompok penjaga segera masuk ke dalam ruangan dan menyeretnya ke sel isolasi.

Para penjaga memukul dan menggantungnya dengan borgol terpasang di pergelangan tangannya. Empat penjaga berdiri di sekitarnya, mengejek dan menertawakannya, “Dia terlihat sangat nyaman.”

Peragaan penyiksaan: Digantung dengan tangan terborgol

Menahan rasa sakit yang luar biasa, setiap menit sangatlah menyiksa bagi Zhou. “Pada saat itu, saya teringat ibu, suami, anak, teman-teman, dan rekan-rekan saya... saya sangat merindukan mereka,” dia mengenangnya kembali.

Zhou tetap berada di ruang isolasi selama tiga hari sebelum dibawa ke lokasi ketiga, Penjara Dabei.

Penjaga di sana mengikatnya pada ranjang dalam posisi elang membentang. Dia mulai melakukan mogok makan untuk memprotes penganiayaan, tapi penjaga di sana mencekok dia. Selama dicekok paksa, segumpal rambutnya tercabut keluar dan dia muntah darah.

Peragaan penyiksaan: Diikat pada ranjang

Seorang suster membawakan susu untuk Zhou sehari setelah dia dicekok paksa. Dia berkata pada Zhou bahwa dia merasa sedih melihat keadaannya yang sangat memilukan, dan dia menangis sepanjang malam.

Ilustrasi penyiksaan: Cekok paksa

Karena terus-menerus melakukan mogok makan, Zhou menjadi kekurangan nutrisi sangat parah. Dia mengalami demam, dan seorang dokter menyatakan bahwa dia mengalami gagal jantung dan ginjal.

Pihak berwenang akhirnya memutuskan untuk membebaskannya pada tanggal 10 Agustus 2001. Seorang tahanan membawanya keluar dari rumah sakit bawah tanah penjara, meskipun saat itu musim panas, kakinya terluka karena dingin yang luar biasa.

Sepuluh bulan terasa seperti sepuluh tahun baginya. “Kebebasan diperoleh hampir merengut nyawa saya,” kata Zhou.

Dia kemudian mengetahui bahwa pejabat telah memeras 3.000 yuan dari suaminya sebelum pembebasannya.

Dipecat dari Pekerjaan

Zhou pulih dengan cepat setelah melakukan latihan Falun Gong lagi.

Dia kemudian kembali ke rumah sakit tempat sebelumnya dia bekerja sebagai suster senior dan meminta dia dipekerjakan kembali, namun kepala rumah sakit memaksa dia menulis pernyataan untuk melepaskan Falun Gong sebelum dia bisa kembali bekerja.

Ketika Zhou menolak, kepala rumah sakit memecatnya

Ditangkap untuk Ketiga Kalinya -- Diikat pada Kursi Harimau

Zhou segera menyebarkan materi yang mengekspos penganiayaan. Namun demikian, dia dilaporkan kepada polisi dan ditangkap lagi pada 31 Oktober 2001. Begitu berada di penahanan, seorang petugas polisi memukul kepalanya dan mengikatnya ke alat penyiksa kursi harimau sepanjang malam.

Ilustrasi penyiksaan: Kursi harimau

Dia dibawa ke Pusat Penahanan Distrik Jinzhou pada hari berikutnya, di mana dia melakukan mogok makan lagi. Karena ini, dia dipukuli dan dicekok paksa. Sebelas hari kemudian, pada tanggal 11 November 2001, dia dibebaskan.

Dijepit dan Dikunci pada Lantai

Ketika meengunjungi seorang teman praktisi di Tieling, Liaoning, pada 8 Oktober 2002, Zhou dan temannya ditangkap pada tengah malam.

Zhou dibawa ke Pusat Penahanan Tieling keesokan harinya, di mana penjaga mengikatnya ke lantai dalam posisi elang membentang, selama sebulan. Saat itu suhu udara di luar adalah 30 derajat Celcius (-22 Fahrenheit), jadi penjaga membuka jendela untuk membekukannya. Sementara dia dalam kedinginan, para penjaga memerintahkan beberapa tahanan menginjak dirinya untuk menahan dia di lantai.  

Bulan berikutnya, para penjaga mengikatkan kaki ke lehernya, dan menguncinya dalam posisi seperti ini di lantai. Karena sirkulasi darahnya tersumbat, dia tidak bisa merasakan kaki kanannya selama enam bulan.  

Doktor di tempat penahanan, Qian Dapeng, mencekok paksa padanya dengan larutan garam yang sangat pekat. Ketika Zhou terikat pada lantai, Qian terus-menerus mencekoknya dengan menggunakan selang yang dimasukkan melalui hidungnya selama sebulan. Sampai dia mengalami pendarahan perut barulah selang itu dilepaskan.

Selama periode ini, para penjaga mengirim Zhou ke Kamp Kerja Paksa Masanjia sebanyak tiga kali untuk meningkatkan penganiayaan. Namun demikian, karena dia gagal melewati tes kesehatan sebanyak tiga kali itu, Masanjia menolak untuk menerimanya.

Dia pernah mengalami gejala gagal jantung dan ginjal, berada di ambang kematian. Pusat penahanan melepaskannya pada tanggal 9 Desember 2002, setelah memeras 4.000 yuan dari suaminya.

Hampir Meninggal Setelah 20 Hari Kelaparan

Zhou tinggal bersama saudaranya setelah dia dibebaskan. Sebelum pulih sepenuhnya, dia ditangkap untuk kelima kalinya pada 11 Januari 2003.

Dia tidak diberi makan dan minum selama 20 hari di Pusat Penahanan Dalian, selama itu tubuhnya menjadi kaku, kurus, dan dingin. Dia tidak memiliki tenaga bahkan untuk bergerak sekalipun. Pada tanggal 30 Januari, setelah ditahan selama 20 hari, dia dilepaskan pada malam Tahun Baru Imlek. Polisi memeras 1.000 yuan dari keluarganya.

“Di mana Rumah Saya?”

Zhou dibawa pulang ke rumah saudaranya. Ibu, adik, dan saudara-saudaranya yang lain semua berada di sana, dan walaupun saat itu adalah Tahun Baru, tidak ada suasana kegembiraan.

“Ketika memasuki pintu, saya merasakan udara menjadi dingin,” kata Zhou. “Mereka semua terlihat sangat serius. Saya dibebaskan bukanlah hal yang menyenangkan bagi kami semua. Mungkin karena ada ancaman dan tekanan berat dari polisi.”  

“Setiap kali saya dibebaskan, saudari dan saudara saya harus membayar sejumlah besar uang kepada polisi. Mereka semua hidup dengan anggaran yang ketat, dan denda tersebut membuat hidup mereka semakin berat. Uang 13.000 yuan selanjutnya menjadi beban yang sangat berat bagi saya sementara saya berpindah-pindah tanpa mempunyai pekerjaan.”

Rumah tidak menjadi tempat yang aman bagi Zhou. Polisi sering mengganggunya, dan bahkan jika dia tinggal di rumah keluarga yang lain, polisi dengan cepat menemukannya, dan akan sering menelepon dan juga berkunjung. Polisi berkata bahwa jika dia sudah pulih, mereka akan mengirimnya kembali ke tempat penahanan sehingga dia  bisa menyelesaikan “hukumannya.”

“Ini menjadi perjuangan saya, tapi saya harus melarikan diri,” kata Zhou. “Saya tidak bisa menelepon putra ataupun suami saya. Bahkan membuat saya sangat sedih setelah mendengar kabar bahwa putra saya mengalami diskriminasi di sekolah karena saya adalah praktisi Falun Gong.”

Pada hari-hari di mana dia jauh dari rumah, polisi membuat panggilan telepon secara rutin kepada suaminya dan juga mengganggunya di tempat kerja. Suaminya hidup dalam ketakutan setiap hari, dan rasa takut itu melampaui kemampuannya untuk manahan. Akhirnya, pada suatu malam, Zhou diam-diam pulang untuk menemui keluarganya, suaminya berkata bahwa dia ingin menceraikannya.

Perceraian itu sangat sulit buat Zhou, dan setelah bertahun-tahun berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain bersama ibunya untuk menghindari gangguan lebih lanjut, ibunya meninggal dunia pada Februari 2006.

“Masih menjadi tunawisma dan berusia 50-an, saya terus-menerus bertanya pada diri sendiri, ‘Mengapa harus menjalani semua penderitaan ini?’” kata Zhou.

“Saya menyukai pekerjaan saya, saya senang bersama suami dan putra saya. Saya bisa dengan mudah pulang ke rumah dan kembali ke kehidupan normal kapan saja jika saya mau menulis surat pernyataan melepaskan Falun Gong. Tapi saya tidak bisa melakukannya sekarang. Ini adalah pilihan yang telah saya buat dengan keyakinan dan hati nurani saya.”

Chinese version click here
English version click here