Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Cerita Tiongkok Kuno Tahan Terhadap Nafsu (Bagian 5 dari 5)

30 Nov. 2014

Lanjutan dari Bagian 4

(Minghui.org)

15. Di Renjie

Di Renjie, berasal dari Taiyuan, adalah perdana menteri jaman Dinasti Tang. Ketika ia masih muda, dia tinggi dan tampan.

Dalam perjalanan ke Ibu Kota untuk mengikuti Ujian Kerajaan, ia tinggal di sebuah penginapan. Malam itu saat ia sedang membaca buku, ipar penjaga penginapan, seorang janda muda yang cantik, memasuki kamarnya.

Wanita itu langsung tertarik kepada Di. Tidak mampu mengendalikan nafsu, dia datang ke kamar Di untuk menggodanya. Dia berkata bahwa dia ingin meminjam lampu untuk menerangi kamarnya.

Di menyadari motifnya dan berkata dengan sopan, "Melihat seorang wanita cantik seperti anda, saya ingat kata-kata seorang biksu tua." "Apa yang dia katakan?" tanya wanita itu.

Di Renjie menjawab, "Sebelum perjalanan ke Ibu Kota, saya tinggal di sebuah kuil Buddha untuk mempersiapkan ujian. Seorang biksu tua memberi beberapa saran. ‘Dari penampilan anda,’ dia berkata, ‘Saya bisa mengatakan bahwa anda berada di jalan ke tempat yang tinggi. Tapi anda tidak boleh membiarkan nafsu dan keinginan merusak masa depan anda. Saya mengingat kata-katanya dalam hati."

Ia melanjutkan, "Anda tinggal dengan keluarga almarhum suami sebagai seorang janda, itu adalah hal terhormat. Harap jangan bertindak atas dorongan nafsu dan merusak nama anda. Ingat anda harus merawat mertua dan anak yang masih kecil. Pada zaman kuno, perempuan dipuji karena menjaga kesucian mereka."

Wanita itu menangis dan menundukkan kepalanya. "Terima kasih banyak atas kejujuran anda," katanya. "Saya akan mengingat percakapan hari ini dan memperhatikan perilaku saya selamanya." Wanita itu meninggalkan ruangan setelah berterima kasih kepada Di berulang kali.

Sebuah puisi untuk menghormati Di Renjie:

Anak-anak muda harus berhati-hati dengan nafsu.
Jangan merusak masa depan anda.
Di Renjie teladan yang memberikan nasihat baik untuk seorang wanita:
"Jaga kehormatan anda, bermanfaat untuk diri sendiri  dan orang lain."
Tradisi yang terus dilestarikan.

16. Kaisar Ren dari Dinasti Song

Zhao Zhen, juga dikenal sebagai Kaisar Ren, adalah kaisar keempat dinasti Song. Dia berkuasa selama 42 tahun, lebih lama daripada kaisar Dinasti Song lainnya.

Kaisar Ren dikenal karena kebaikan dan kerendahan hatinya. Suatu hari, Wang Su, seorang pejabat yang lurus menyampaikan keberatan, menyarankan bahwa kaisar harus menahan diri dari hubungan seksual dengan wanita.

Kaisar Ren berkata, "Baru-baru ini, Wang Deyong memang memperkenalkan saya kepada beberapa wanita cantik. Para wanita ini tinggal di istana. Saya benar-benar menyukai mereka. Apakah anda mengizinkan saya untuk menjaga mereka?

Wang Su menjawab, "Saran saya saat ini tepat pada topik ini. Saya benar-benar takut bahwa Yang Mulia mungkin akan tertarik kepada wanita-wanita ini."

Kaisar Ren tahu bahwa nasihatnya sangat singkat dan jelas, dan ia ogah-ogahan memerintahkan kasim: "Berikan uang kepada setiap wanita yang Wang Deyong bawa ke istana dan kirim mereka ke rumahnya masing-masing"

Kaisar meneteskan air mata. Wang Su berkata, "Sekarang Yang Mulia setuju dengan saran saya, tidak perlu terburu-buru."

Kaisar Ren berkata, "Meskipun saya kaisar, saya tidak kebal terhadap perasaan manusia. Jika mereka tinggal di sini lebih lama lagi, saya akan terlibat secara emosional dengan mereka dan tidak tahan untuk mengirim mereka pergi."

Sebuah puisi untuk menghormati Kaisar Ren:

Seseorang yang baik memiliki belas kasih dan prinsip.
Seseorang yang baik dapat menahan penderitaan.
Kaisar Ren mengendalikan keinginannya dan teladan bagi orang lain.
Kedamaian dan kemakmuran terjadi, warisan abadi Kaisar.

17. Sima Guang

Sima Guang, seorang sejarawan dan penulis di Dinasti Song Utara, melayani empat kaisar. Dia adalah seorang pria yang berintegritas tinggi. Dia menjadi teladan karena kerendahan hati dan etos kerjanya.

Ketika istrinya Lady Zhang tidak hamil setelah lebih dari sepuluh tahun menikah, ia mulai khawatir.

Sima Guang menghiburnya, sambil berkata, "Memiliki atau tidak memiliki anak adalah nasib yang ditakdirkan kepada kita dan itu bukan sesuatu yang kita bisa ubah. Anak-anak lain akan tumbuh dan menjadi tulang punggung masyarakat."

Lady Zhang menyarankan agar Sima Guang mengambil selir, tapi Sima Guang tidak setuju.

Suatu hari Lady Zhang menemukan seorang gadis muda yang dia anggap sebagai calon yang baik untuk selir Sima Guang. Gadis itu dibawa ke tempat belajar Sima Guang namun ia berkonsentrasi pada pekerjaannya dan tidak melihatnya.

Wanita muda mengambil sebuah buku dan bertanya, "Yang Mulia, buku apa ini?"

Sima Guang melihat buku itu dan menjawab: "Itu Buku Shang." Dan dia terus berkonsentrasi pada pekerjaannya, benar-benar mengabaikannya. Setelah beberapa saat, gadis itu diam-diam pergi.

Lady Zhang tidak menyerah. Sebelum ia melakukan perjalanan ke luar kota, ia menemukan gadis lain dan menyuruhnya untuk bertemu Sima Guang di malam hari. Ketika gadis itu muncul saat Sima Guang belajar pada malam hari memberi teh, Sima Guang berkata, "Lady tidak ada di rumah. Kenapa anda di sini? Silakan pergi sekarang."

Sebuah puisi untuk menghormati Sima Guang:

Tiga orang kudus di sekolah Konfusius dikenal jujur.
Mereka rendah hati selama masa hidupnya,
mereka mengikuti prinsip-prinsip dan perilaku yang benar,
mereka puas dengan nasib yang ditakdirkan, bekerja keras, dan menahan nafsu.

Chinese version click here
English version click here