(Minghui.org) Nama saya Rao Xi, dan saya berusia 55 tahun. Saya mengajar di Sekolah Keuangan dan Ekonomi Kota Qujing China. Pada tahun 1998, seorang teman saya meminjamkan buku Zhuan Falun. Saya membaca buku dan percaya itu adalah apa yang saya telah cari sepanjang hidup saya.

Setelah saya mulai berlatih Falun Gong, saya menyesuaikan diri dengan prinsip-prinsip Sejati, Baik dan Sabar. Murid-murid menghormati saya karena cara saya memperlakukan diri sendiri, dan mereka melihat praktisi Falun Gong adalah orang baik.

Saya sangat terpukul ketika saya melihat program TV Partai Komunis China (PKC) yang memfitnah Falun Gong setelah penganiayaan dimulai pada tahun 1999. Saya telah mendapatkan begitu banyak manfaat dari berlatih, mempunyai kesehatan yang baik dan kebahagiaan, jadi saya tahu saya harus pergi keluar agar orang tahu fakta-fakta tentang latihan dan penganiayaan.

Saya sudah menjalani kerja paksa tiga kali dan ditahan selama total tujuh tahun tiga bulan. Saya masih merasakan punggung dan paru-paru sangat sakit karena siksaan yang saya alami.

Dihukum untuk ketiga kalinya

Penangkapan dan penahanan terbaru saya terjadi antara Maret 2010 dan Mei 2012.

Lebih dari dua puluh praktisi berkumpul di rumah seorang praktisi untuk berbagi pengalaman kultivasi, tetapi polisi mengetahui hal itu. Dua hari kemudian, pada tanggal 23 Maret 2010, sekelompok petugas dari Divisi Keamanan Domestik Distrik Qilin masuk ke rumah saya selepas pukul 23:00. Mereka mendorong saya ke kursi dan mulai menggeledah rumah saya. Mereka menyita semua buku-buku Dafa, komputer dan 800 yuan uang tunai.

Saya kemudian dibawa ke ruang bawah, didorong ke sebuah mobil dan dibawa ke Departemen Kepolisian Distrik Qilin. Saya masih menggunakan piyama pada saat itu. Keesokan paginya saya dibawa ke Pusat Penahanan Wangjiashan, tempat saya ditahan selama satu bulan sebelum dipindahkan ke Kamp Kerja Paksa Wanita Yunnan.

(1) Dimasukkan di sel isolasi dan disuntik dengan obat yang tidak diketahui

Saya dipaksa duduk di bangku kecil dari pagi sampai malam saat saya ditahan di Divisi kamp No 3. Saya tidak diizinkan bergerak tanpa izin dan harus menghadap narapidana yang mengawasi saya. Kadang-kadang mereka memegang kepala saya dan membenturkan ke dinding.

Sebulan kemudian, dokter kamp kerja datang dan memaksa saya meminum beberapa obat. Segera, saya merasa darah mengalir ke kepala. Jantung saya berdetak sangat cepat dan kaki saya gemetar. Saya merasa pusing dan tidak bisa melihat apa-apa. Saya mencengkeram terali jendela dengan kedua tangan dan saya tidak bisa berbaring sampai beberapa waktu. Itu adalah perasaan yang mengerikan.

Ketika musim panas tiba, suasana panas dan bahkan lebih panas lagi di kamar kecil, dan saya hampir tidak bisa bernapas. Sangat menyakitkan untuk bernapas. Saking panasnya, saya merasa seperti berada di oven dan pembuluh darah terasa meledak. Saya mencoba membuka pintu untuk mendapatkan udara segar, tapi narapidana yang ditugaskan mengawasi melarangnya, mengatakan jika dia mengizinkan saya membuka pintu penjaga akan memperpanjang hukumannya.

(2) Hidung saya berdarah selama satu bulan, tapi masih dipaksa untuk melakukan kerja paksa

Saya dikurung di sel isolasi selama lebih dari satu setengah tahun sebelum dibawa keluar pada akhir tahun 2011 untuk melakukan kerja paksa. Hidung saya tiba-tiba berdarah pada tanggal 8 Januari 2012, sedangkan saya dipaksa untuk membuat benang wol. Dokter kamp mencoba untuk menghentikan pendarahan dengan memasukkan kapas di lubang hidung saya. Itu tidak berfungsi, jadi dokter harus menggunakan kain kasa sebagai gantinya.

Hidung saya berdarah selama lebih dari 40 hari, dan juga ada darah di dahak ketika saya batuk. Meskipun demikian, saya masih harus bekerja di bengkel kerajinan, memilih batu dan mengecatnya.

Ketika dokter kamp membawa saya ke rumah sakit untuk check-up, wajah saya sudah sangat bengkak dan tidak bisa berjalan dengan baik. Dokter rumah sakit berpikir bahwa saya tidak akan hidup lebih lama lagi. Namun demikian, saya dibawa kembali ke kamp kerja paksa dan dipaksa untuk terus bekerja.

(3) Dimasukkan dalam kurungan isolasi

Hidung saya berhenti berdarah menjelang akhir Februari, dan saya dimasukkan lagi ke dalam sel isolasi dan dipaksa duduk di bangku kecil dalam jangka waktu yang lama.

Pada bulan Maret 2012, saya dibawa ke Divisi No 1 untuk bekerja di bengkel kerajinan, kali ini melakukan bordir manik-manik. Saya tetap di sana sampai saya dibebaskan dari kamp kerja paksa pada tanggal 31 Mei 2012.

Dihukum untuk kedua kalinya

Pada sore hari tanggal 25 Juli 2005, saya turun di gedung perumahan untuk pergi bekerja, ketika sejumlah polisi berpakaian preman bergegas menaiki tangga ke arah saya. Mereka mendorong saya ke lantai dan mengambil kunci rumah. Mereka masuk ke dalam rumah dan menyita semua buku Dafa, komputer, printer dan materi klarifikasi fakta.

Setelah itu, mereka membawa saya ke sebuah mobil polisi menuju ke Pusat Penahanan Wangjiashan di Qujing, tempat saya diinterogasi dan disiksa. Salah satu penjaga mendorong papan kayu ke arah dada saya dengan kuat, sementara petugas lain mendorong saya ke depan dari belakang dengan kakinya. Saya merasa sangat sakit.

Satu bulan kemudian, saya dijatuhi hukuman tiga tahun kerja paksa dan dipindahkan ke Kamp Kerja Paksa Wanita Yunnan.

(1) Mengemas tas rajutan


Saya menjadi sasaran sesi cuci otak intensif setiap hari di kamp. Enam bulan kemudian, mereka membuat saya melakukan kerja keras mengemas tas rajutan polypropylene (PP). Saya harus mengemas 1000 tas PP di setiap bundel dan menumpuknya. Itu sangat sulit dan pekerjaan berat, dan saya harus melakukan ini selama 13 jam sehari. Saya sangat lelah kadang-kadang saat saya melangkah berjalan jatuh berlutut. Saya bahkan pingsan saat di tempat kerja karena kelelahan.

Para penjaga menghasut narapidana untuk berteriak dan mencaci saya. Mereka mendorong saya, mencoba memaksa untuk melepaskan keyakinan saya. Saya bekerja di bengkel tas PP hampir enam bulan. Mengakibatkan punggung saya sakit parah.

(2) Membuat Kerupuk

Pada akhir tahun 2006, saya dibawa ke sebuah pabrik kerupuk. Saya harus mengoperasikan mesin untuk menambahkan krim untuk kerupuk, dan saya harus menambahkan krim ke dalam mesin dengan tangan. Ketika tangan saya tergores dan berdarah, krim menjadi ternoda dengan darah saya, tapi para penjaga masih memaksa saya untuk melanjutkan.

Saya bekerja di sana selama enam bulan dan rambut saya mulai rontok. Saya juga kehilangan tiga gigi dan wajah saya menjadi cacat. Saya batuk keras dan sangat lemah. Kemudian saya mengetahui bahwa krim yang saya tangani setiap hari adalah semacam senyawa kimia yang memiliki efek yang tidak diketahui pada tubuh manusia dalam dosis besar.

(3) Bekerja dengan batu permata

Pada musim panas 2007, saya dibawa ke bengkel pengolahan batu permata, di mana kami harus menempel batu permata ke berbagai permukaan menggunakan perekat. Saya tidak bisa melakukannya dengan benar karena penglihatan saya kabur dan sering dimarahi dan diancam oleh para penjaga.

Saya dipaksa satu kamar dengan tujuh narapidana yang menderita AIDS, tuberkulosis atau hepatitis. Karena gencarnya pekerjaan dalam pengolahan batu permata, banyak narapidana menjadi sakit parah. Beberapa dari mereka meninggal hanya beberapa hari setelah mereka dibebaskan dari kamp.

Saya kembali ke rumah pada tanggal 24 September 2008, setelah menjalani tambahan hukuman yang ditambahkan pada masa hukuman asli saya.

Dihukum pertama kalinya


Cuaca dingin dan bersalju pada dini hari tanggal 31 Januari 2000. Tujuh praktisi dan saya mulai melakukan latihan di ruang terbuka di dekat gerbang Theater Kesenian Qujing.

Tiba-tiba, lebih dari 20 polisi muncul mengenakan helm dan membawa senapan. Mereka mengepung kami dan mendorong kami ke dalam mobil polisi. Kami dibawa ke Pusat Penahanan No 4 Qujing dan ditahan di sana selama empat bulan.

Saat kami ditahan, anggota keluarga tidak diperbolehkan mengirimkan apa-apa. Saya mengenakan jaket hangat dan sepasang sepatu kulit ketika saya ditangkap. Empat bulan kemudian saat saya dipindahkan ke Kamp Kerja Paksa Wanita Yunnan, saya masih mengenakan pakaian yang sama.

Para penjaga mengunci saya dengan narapidana minoritas yang tidak bisa berbahasa Mandarin, mungkin karena mereka tidak ingin saya berbicara kepada siapa pun tentang Falun Gong.

Pada siang hari, saya dipaksa untuk melakukan pekerjaan berat, seperti menggali lubang untuk menanam pohon dan membersihkan tanah. Saya merasa sakit di seluruh badan karena kerja berat. Di malam hari, kami menjadi sasaran sesi cuci otak, di mana mereka mencoba untuk memaksa saya melepaskan keyakinan saya.

Ketika saya kembali bekerja di sekolah pada bulan April 2004, saya tidak diizinkan mengajar karena pihak sekolah khawatir saya mungkin berbicara dengan murid-murid saya tentang Falun Gong. Bukannya mengajar, saya diturunkan untuk bekerja di perpustakaan, dan mereka juga memotong gaji saya. Saya juga sering diganggu oleh pihak berwenang.

Chinese version click here

English version click here