(Minghui.org) Saya mulai berlatih Falun Dafa pada tahun 1997. Meskipun saya belum pernah bertemu Guru secara langsung, saya tahu bahwa beliau selalu menjaga kita. Mengingat Guru membuat saya dapat melalui masa-masa paling kelam di penjara.

Tersadarkan dari Pelajaran Sebelumnya

Setelah artikel Guru berjudul “Rasional” dipublikasikan, saya memahami bahwa kita tidak boleh bekerjasama dengan kejahatan. Saya menyaksikan penganiayaan parah saat saya ditahan: Praktisi dibunuh atau disiksa hingga menjadi cacat. Pada waktu itu, setiap murid Dafa berpikir: “Bagaimana saya bisa terus bertahan?” Setelah berpikir secara dalam, saya memutuskan dengan teguh mengikuti Guru hingga terakhir.

Saya mulai melafalkan Fa setiap hari. Tapi malangnya, saya sering lupa untuk meminta bantuan Guru saat dianiaya. Saya melihat dengan jelas bahwa seseorang bisa meninggal dunia akbibat dianiaya setiap saat tanpa perlindungan Guru, jadi saya memutuskan untuk mengingat: “Saya adalah murid Sang Buddha, yang selalu berada di sisi saya melindungi saya, dan tidak ada yang berani menyentuh saya.” Kecuali saat melafalkan Fa, saya menjaga pikiran ini sepanjang waktu, apakah sedang berjalan, makan, duduk ataupun berdiri, dan bahkan saat saya sedang tidur. Saya lalu memanggil nama Guru saat sedang dianiaya.

Guru Ada di Dalam Hati Saya

Saya ditahan secara ilegal saat saya berada di luar kota pada tahun 2004. Di kantor polisi, mereka mengajukan banyak pertanyaan, seperti dari mana asal saya, siapa nama saya, dan lain-lain. Saya tetap diam selama beberapa hari. Pada suatu hari, tujuh atau delapan petugas datang dan kelihatannya mereka akan memukuli saya. Pada saat itu, saya terbayang wujud Guru di pikiran. Saya fokus pada Guru dan tidak memperhatikan apa yang dikatakan oleh polisi. Saya tidak merasa takut sedikit pun saat mereka mengelilingi saya. Mereka sangat marah hingga memukuli meja dan membuat meja roboh. Namun mereka tidak berani menyentuh saya.

Saya lalu dijatuhi hukuman penjara. Di dalam penjara, saya menolak untuk menjawab saat diabsen. Karena saya bukan kriminal, saya juga menolak untuk mematuhi peraturan penjara atau melakuan kerja buruh. Saya menolak untuk bekerja sama segala hal yang mereka minta saya lakukan. Mereka ingin memukul saya dan dua kali mencoba untuk mengurung saya di dalam sel isolasi. Saya mendengar bahwa mereka telah menyiapkan semua dokumen dan mengatur tahanan untuk mengumpulkan pakaian saya untuk sel isolasi, mengatakan saya akan dibawa ke sana pada pukul 10 malam. Saya mengabaikan semua ini dan terus-menerus memikirkan Guru. Guru kita yang terhormat ada di dalam hati saya. Pada waktu yang bersamaan, saya secara terus-menerus melenyapkan rasa takut dan keterikatan manusia. Hati saya pada Guru sepanjang waktu dan saya berusaha sebaik mungkin untuk tetap tenang. Akhirnya, tidak ada yang berani menyentuh saya.

Mereka marah pada saya. Mereka berkata, “Setiap kali kami ingin menghukum dia, kami tidak dapat melakukannya karena ini atau itu hingga tidak ada yang menyetujuinya, atau ada yang melaksanakan. Dia benar-benar ‘melanggar’ peraturan kami, namun dia melakukan apapun yang diinginkan. Bagaimana kami bisa bertugas?”

Mereka mengeluhkan kepada atasan dan menanyai saya dengan marah, “Apa yang begitu spesial dengan kamu? Kamu terlihat sama dengan orang lain, punya satu hidung dan dua mata?!” Beberapa tahanan bertanya pada saya, “Apakah kamu memiliki koneksi keluarga yang kuat?” “Iya,” saya rasa, “Saya sebenarnya memiliki seseorang yang ekstrim sangat besar di sisi saya – Sang Buddha dari seluruh alam semesta.” Tetapi mereka tidak bisa melihat bahwa Dia berada di dalam hati saya sepanjang waktu.

Mereka lalu meminta kepala biro penjara untuk mengintervensi kasus saya. Lebih dari 20 orang berbicara dengan saya, dari komisaris politik penjara hingga para pemimpin tim. Kepala biro penjara mengajukan beberapa pertanyaan dasar, lalu dia menawari bantuan untuk menyelesaikan masalah gaji saya setelah dibebaskan nanti jika saya mau merespon saat diabsen. Saya menolak dan berkata, “Tidak, saya tidak akan melakukannya karena saya bukan kriminal.”

Terus-menerus Membayangkan Wujud Guru di Depan Kening

Karena saya ditahan untuk waktu yang lama dan tidak bisa melihat foto Guru, apalagi gangguan dari pikiran tidak murni diri sendiri, saya kadang-kadang tidak bisa membayangkan wujud Guru dengan jelas di dalam benak saya. Ketika gangguan sangat parah, saya bahkan tidak bisa mengingat bagaimana rupa Guru. Ketika hal ini terjadi, saya akan memancarkan pikiran lurus dan melafalkan Fa, dan lalu saya bisa imengingat wajah Guru, makin menjadi jelas, dan kejahatan menjadi semakin ketakutan.

Saat saya ditahan di pusat pencucian otak tingkat provinsi, para penyiksa berpikir bahwa mereka belum cukup memukuli saya dan berbicara tentang mengintensifkan penganiayaan. Saya bisa melihat mereka datang. Salah seorang dari mereka masuk ke ruangan terlebih dahulu, lalu cepat memanggil orang lain. Saya berpikir di dalam hati bahwa saya akan terus-menerus mengingat Guru di dalam hati setiap saat. Saya duduk di sana dengan tenang. Tidak peduli apapun yang mereka katakan, hati saya tidak tergerak. Saya tetap tenang dan fokus pada Guru. Tidak lama kemudian, mereka semua pergi, dan tidak ada yang pernah berbicara mengenai memukuli saya lagi. Pusat pencucian otak terus-menerus menelepon Kantor 610, meminta mereka untuk menjemput saya dan mengatakan membuang waktu mereka untuk menahan saya di sana.

Menulis Dokumen Klarifikasi Fakta Kebenaran

Seorang petugas polisi lalu memberi tahu saya bahwa pihak otoritas tingkat provinsi ingin melakukan studi khusus pada saya, dan mereka ingin tahu kenapa saya begitu gigih dan apa yang saya pikirkan. Saya mengatakan pada mereka bahwa saya bisa membantu studi mereka jika memberi waktu untuk menuliskan pemikiran saya. Jadi saya menulis dokumen klarifikasi fakta yang panjang dari berbagai sudut pandang, termasuk dari sisi hukum dan penganiayaan terhadap Falun Gong, dan menyerahkannya. Banyak orang mengatakan bahwa mereka telah membaca apa yang saya tuliskan. Ada yang mengatakan telah membacanya dua kali dan atasan mereka juga membacanya. Tidak ada yang tidak setuju, karena semuanya yang saya katakan adalah kebenaran. Lalu mereka berkata kepada saya, “Kita tidak ingin ‘transformasi’ kamu lagi. Pulanglah ke rumah.” Setelah keluar, saya mengirim surat apa yang telah saya tulis kepada otoritas di berbagai tingkat sehingga mereka semua mengetahui apa yang terjadi pada saya.

Saya ingat ketika ditahan pada tahun 2004, saya melihat mereka menganiaya praktisi setiap hari, dan alhasil banyak korban yang mati dan terluka. Saya ingin menulis surat untuk mengungkapkan kekejaman dan mencegah kejahatan.

Saya memiliki rasa takut ketika menulis surat pertama dan merasa cemas mungkin kejahatan akan membalas. Saya terus-menerus memanggil Guru di dalam hati dan meminta beliau untuk menyemangti serta memberi kekuatan kepada saya sehingga saya bisa melepaskan semua keterikatan hati manusia dan rasa takut. Saya lalu memiliki pikiran yang teguh: “Guru mengendalikan segalanya. Tidak ada yang berani menyentuh saya!”

Dengan Guru di dalam hati, saya berhasil menyelesaikan surat pertama dan menyerahkan kepada petugas. Mereka tertegun melihat surat saya yang ditujukan kepada perdana menteri.

Menjaga Pikiran Lurus

Hari berikutnya, beberapa petugas datang dan menggelar pertemuan. Saya sedikit tergerak pada awalnya, berpikir mereka akan memperlakukan saya dengan kasar. Saya segera memancarkan pikiran lurus untuk melepaskan keterikatan itu dan perasaan takut.

Akan tetapi, pikiran-pikiran ini terus-menerus timbul ketika saya berusaha untuk melenyapkannya. Saya memikirkan Guru, tapi pikiran buruk itu menghalangi wujud Guru. Saya terus-menerus mencoba untuk membayangi Guru. Ini benar-benar pertarungan antara kebaikan dan kejahatan. Akhinrya, wujud Guru muncul di benak saya, dan saya perlahan-lahan merasa tenang dan bisa melenyapkan pikiran buruk itu. Saya mengingatkan diri sendiri: “Saya adalah murid Guru. Tidak ada yang berani menyentuh saya! Para petugas harus memahami bahwa mereka akan menderita pembalasan karma jika terus-menerus melakukan kejahatan dan mereka akan diseret ke pengadilan. Mereka harus meninggalkan jalan keluar bagi diri mereka sendiri. Dengan satu kelurusan menaklukkan seratus kejahatan, saya merasa tenang untuk menghadapi segalanya.

Seseorang berkata, “Apa gunanya surat kamu itu? Polisi tidak akan mengirimnya.“ Saya berpikir, sebagai murid Dafa, saya tidak seharusnya menaruh perhatian pada tingkat dipermukaan, seperti: Jika surat itu diterima oleh perdana menteri, bagaimana dia akan menanggapinya? Saya hanya melakukan sesuai permintaan Guru. Kita menentang penganiayaan dan mengakhirinya. Para petugas benar-benar tidak berani menganiaya saya; malahan, mereka menjadi lebih sopan terhadap saya.

Hanya ada empat praktisi saja di divisi yang dikontrol dengan ketat saat saya ditahan di sana. Juga merupakan tempat dimana para praktisi dianiaya paling berat, dan saya sering mendengar teriakan kesakitan praktisi. Saya mulai menulis surat untuk mengekpos setiap siksaan yang saya ketahui. Bersamaan, saya menulis lebih dari 20 surat. Perhatian ini memperlambat kejahatan. Suatu kali seseorang mencoba untuk menyeret saya untuk menyaksikan video yang memfitnah Falun Gong, tetapi saya menolak pergi. Lalu orang datang untuk memukuli saya. Seorang pemimpim tim dengan cepat menghentikan mereka dan berkata, “Jangan gangguan dia. Dia menuliskan surat keluhan.”

Dari ajaran Guru, saya pahami bahwa satu-satunya cara yang bisa kita lakukan adalah memiliki keyakinan pada Guru dan Dafa. Selama kita menaruh kepercayaan pada Guru dan Dafa, Guru akan membantu kita.

Saat berada di sarang kejahatan, seseorang mengatakan kepada saya, “Guru kamu berkata siapa pun yang dapat menggoyahkan Anda, berarti dapat menggoyahkan dia dan dapat menggoyahkan alam semesta ini. Bagaimana kamu bisa tergerak?” Saya membalas, “Apakah kamu tahu ada kalimat lain sebelum ini? Dikatakan: ‘Bila Anda sungguh-sungguh seorang praktisi Xiulian, Falun kami akan melindungi Anda.’ (Zhuan Falun) Semua yang dikatakan oleh Guru saya adalah kebenaran. Hanya saja kita tidak memenuhi permintaan.”

Belas kasih guru tidak terbatas. Saya tidak pernah bisa mengungkapkan terima kasih saya kepada Guru dalam kata-kata. Apa yang paling saya sesali adalah berkenaan dengan celah kekosongan kita, kejahatan telah memfitnah Guru dan Dafa, dan beberapa praktisi meninggal dunia akibat penganiayaan. Saat semua ini sedang terjadi, pikiran lurus saya tidak cukup kuat untuk menceraiberaikan kejahatan pada waktu itu. Saya mencucurkan air mata dan merasa sangat buruk. Guru yang terhormat, kami berhutang padamu begitu banyak dan kami tidak akan pernah bisa membalas belas kasih tak terbatas darimu, bahakn sedikit pun.

Chinese version click here
English version click here