Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Kebudayaan dan Sejarah: Prestasi Arsitektur Kaisar Yongle dari Dinasti Ming

2 Sep. 2014 |   Oleh Mingshi

(Minghui.org) Sepanjang sejarah Tiongkok, setiap dinasti mempunyai gaya arsitek, kostum, kebudayaan dan seni yang unik. Artikel ini akan menjelaskan tiga konstruksi yang dibangun oleh seorang kaisar yang istimewa pada zaman Dinasti Ming.

Kaisar Yongle (1360-1424), lahir di Zhu Di, adalah kaisar ketiga Dinasti Ming (1368-1644). Selama kekuasaanya di antara 1402 sampai 1424, ia memerintahkan pembangunan Kota Terlarang di Beijing hari ini, Kompleks Arsitektur Tao di Gunung Wudang, dan Menara Porselen Nanjing. Keistimewaan tiga bangunan ini adalah genteng berkilau yang dipernis  dengan terang, berwarna-warni. Ini membedakan dengan bangunan tradisional yang didirikan dengan dinding putih dan genteng yang gelap.

1. Keindahan Glasir berwarna- Menara Porselen Nanjing

Menara Porselen Nanjing, dalam literatur Tiongkok diterjemahkan secara literal menjadi “Kuil Balas budi.” Kuil ini dirancang dan didirikan atas perintah Kaisar Yongle. Seluruh menara, tidak hanya genteng atap, dikonstruksi dari bata yang mengkilap.

Orang-orang sudah lazim dengan rumah yang dibangun dari batu atau kayu, tetapi sangat jarang untuk seluruh bangunan dibuat dari glasir. Menara Porselen Nanjing 9 tingkat dan berbentuk segi delapan, mempunyai alas dengan diamater 29,57 meter dan tinggi 79,25 meter. Dibangun dengan bata porselen yang mengkilap baik di dalam maupun di luar. Tidak ada kayu pada struktur kecuali satu tiang di ujungnya. Bata porselen berwarna dan mengkilap digabungkan membentuk strukturnya, dari sisi dalam dan luar. Merupakan struktur konstruksi glasir yang jarang ada.

Porselen yang mengkilap dipilih sebagai material utama bangunan karena kecemerlangan dan kilauannya yang mencerminkan kemegahannya dengan artistik.

Menara Porselin Nanjing, dilukiskan oleh seniman kuno sebelum kehancurannya pada tahun 1850 selama pemberontakan Taiping

Seniman awalnya membuat lukisan pada bata porselen, dimana termasuk pola bunga teratai, binatang surga, dewa-dewi, dan lain lain. Bata tersebut dibakar dalam temperatur tinggi, menghasilkan kilauan berwarna yang unik pada glasir. Setiap bata tidak hanya satu warna. Tetapi merupakan glasir beraneka warna. Bata ini kemudian satu per satu disusun membentuk menara.

Membuat lukisan pada glasir sama sekali berbeda dengan menggambar pada kertas atau  melukis dengan minyak pada kain. Tidak mempunyai ruang yang lebar seperti melukis dilangit gereja Sistine. Membuat gambaran dan pemandangan pada bata yang ruangnya sempit merupakan tuntutan artistik. Dengan tantangan ini, banyak adegan yang memesona dihasilkan. Kita sudah lazim dengan bidadari bersayap dan kuda bersayap di kesenian Barat. Tetapi sedikit orang yang menyadari bahwa gambar ini sangatlah lazim di bata glasir yang membentuk Menara Porselen Yongle. Mereka telah menggambarkan dewa bersayap, kuda langit yang sedang terbang, binatang surga yang seperti banteng bersayap, singa yang megah, gajah domestik, bunga dan daun teratai. Semua gambar ini penuh semangat dan indah.

Pada zaman dahulu, orang-orang menempelkan kertas sepanjang jendela agar sinar bias masuk ke dalam. Beberapa keluarga yang kaya memakai kain tipis. Kulit kerang dipakai untuk jendela Pada Menara Porselen Yongle. Benar, kulit kerang. Kulit kerang ini digerinda hingga sangat tipis sehingga bisa tertembus sinar. Ini diberi nama sebagai“genting terang”dan material ini adalah material penerangan terbaik sebelum kaca diperkenalkan dari Barat. Selama Dinasti Ming dan Qing, menara yang tingginya 79,25 meter dinyalakan sampai ke tempat tertinggi pada malam hari. Cahaya seperti mimpi, menembus melalui kulit kerang yang transparan, menjadikan menara ini sebagai istana dongeng. Menara ini dapat dilihat dari setiap sudut di Nanjing, dan efek visualnya meningkatkan kesadaran orang-orang terhadap kebudayaan Buddha.

Diplomat asing bahkan lebih terpesona oleh kebudayaan Tiongkok yang diwujudkan menara ini. Pada zaman Dinasti Qing (1644-1912), Menara Porselen Nanjing telah dikenal luas oleh para bangsawan Eropa. Banyak dari mereka berpikir, melihat kemegahannya secara langsung, merupakan mimpi seumur hidup.

2. Keindahan Glasir Biru – Kompleks Arsitektur Tao di Gunung Wudang

Genting Mengkilap berwarna biru merak membentuk atap Arsistektur Tao di Gunung Wudang

Kompleks Arsitektur Tao didirikan berdasarkan titah dari Kaisar Yongle. Genting biru yang mengkilap banyak dipakai pada konstruksi ini. Atap dari genting berwarna biru merak membuat bangunan Tao ini menonjol di gunung yang bersih dan tenang. Bangunan ini menonjolkan kemegahan Tao. Bangunan ini juga menonjolkan lis atap yang berlapis-lapis,  tiang dan balok yang dilukis, kombinasi kedamaian alamiah dengan kecemerlangan yang elok. Skala Kompleks Arsitektur Tao Wudang memperlihatkan kepopuleran Taoisme di antara penduduk Ming pada waktu itu.

Patung kuda bersayap menghembuskan napas di tulang punggung bangunan Tao di Gunung Wudang

Yang mengagumkan adalah kuda di tulang punggung bangunan Tao itu. Kuda tersebut mempunyai sayap dan sedang menghembuskan napas, dimana membangkitkan kekaguman dan kehormatan pengunjung pada dunia ilahi.

Selain genting biru yang menkilap, kompleks arsitektur juga menonjolkan komponen pengecoran dari tembaga yang dilapisi emas. Istana Emas dari Gunung Wudang ini merupakan bangunan yang menggunakan pengecoran tembaga dan lapisan emas terbesar pada waktu itu. Walaupun tejadi pelapukan akibat dari cuaca selama 500 tahun, bangunan ini tetap dalam kondisi baik seperti pertama kali dibangun.

Istana Emas dibangun dengan menyatukan setiap keping komponen metal dengan presisi dan tangguh. Desainnya dapat dibandingkan dengan Menara Porselen (Disatukan dari keping-keping Porselen yang dipernis). Ketidakcocokan satu keping kecil saja akan membuat konstruksi seluruh bangungan menjadi tidak sesuai. Orang-orang sekarang kagum akan kearifan masa lampau dimana sebetulnya mereka diilhami oleh Dewa.

3. Keindahan Glasir Kuning Terang- Kota Terlarang di Beijing

Kota Terlarang di Beijing, dibangun atas perintah Kaisar Yongle, menonjolkan genting kuning terang. Dalam legenda, di istana surga terdapat banyak bangunan dan struktur yang berbeda seperti paviliun, menara, panggung dan balkon. Istana, pagar, koridor, dan paviliun di Istana Terlarang memiliki karakteristik surga ini. Keagungan bangunannya, tiang dan balok yang dilukis, dan genting yang dipernis dengan warna-warni, semua ini mencerminkan sebuah kekaisaran yang cemerlang.

Kesimpulan

Kaisar Yongle mencurahkan lebih banyak energi, waktu dan sumber alam untuk mengkonstruksi Menara Porselen dan Kompleks Arsitektur Tao dari pada membangun Kota Terlarang untuk ia sendiri. Kaisar Yongle yang hemat, berpantang minuman keras dan memakai jubah yang ditambal, rajin mentata negara. Ia peduli pada rakyat jelata yang hidup makmur pada pemerintahannya. Ia ingin membangun Menara Porselen Buddha di Nanjing dan Kompleks Arsitektur Tao di Gunung Wudang dengan kualitas material paling tinggi, dan dengan desain paling baik, untuk menunjukkan kemuliaan Buddha dan Dewa. Hanya Buddha dan Dewa yang pantas mempunyai arsitektur yang paling mewah.


Chinese version click here
Englsih version click here