(Minghui.org) Hari Minggu tangal 28 Desember 2014, di lintasan car-free day Lapangan Puputan Margarana Renon Denpasar, puluhan praktisi Falun Gong mengadakan kegiatan menggugah kesadaran masyarakat terhadap kejahatan pengambilan organ paksa di Tiongkok. Dibagi dalam tiga kelompok; kelompok peraga perangkat latihan Gong yang berpawai keliling dengan membawa spanduk ‘Selamat Tahun Baru 2015’ serta poster yang mengungkap kejahatan pengambilan organ paksa di Tiongkok; sementara sejumlah praktisi lainnya mencari tandatangan dukungan bagi petisi yang menyerukan penghentian kejahatan kemanusiaan tersebut, dan sejumlah praktisi lainnya mengadakan latihan Falun Gong di sebuah sudut taman.

Anak-anak Sekolah Minghui Bali beserta praktisi dewasa berjalan keliling taman sambil memeragakan perangkat latihan

Barisan spanduk dan poster “hentikan pegambilan organ paksa dari praktisi Falun Gong di Tiongkok” berkeliling taman

Para pejalan kaki, pesepeda dan pelari berhenti melihat spanduk dan video yang diputar di tepian. Walau hujan gerimis, banyak warga yang berhenti untuk melihat dari dekat dan memberi dukungan tandatangan setelah dijelaskan oleh para relawan.









Anak-anak juga memberi dukungan bagi penghentian perampasan organ di Tiongkok


Pesepeda yang bersimpati memberi dukungan


Seorang kepala sekolah, I Nyoman Sugianta, Spd memberikan pernyataan dukungan bagi Falun Gong

Seorang PNS I Nyoman Sugianta, Spd (Kepala Sekolah)] yang sedang berjalan-jalan berkenan memberi pernyataan: “Penindasan kepada hak asasi manusia tidak perlu terjadi, harus dihapuskan, diselesaikan, yang diperlukan adalah perdamaian.”

Menurut koordinator kegiatan petisi FOFG, I Wayan Manuh, “Tujuan kami mengadakan acara ini adalah memberikan informasi terhadap masyarakat, agar pengambilan organ dari para praktisi Falun Gong di Tiongkok dihentikan.”

Dukungan moral masyarakat luas tercermin pada antusias mereka dengan membubuhkan tandatangan pada petisi yang diorganisir oleh FOFG (Friends of Falun Gong – Indonesia).

Seorang etnis Tionghoa yang sedang berjalan-jalan berkata, “Saya setiap tahun pergi ke Tiongkok, tidak ada hal seperti ini. Saya tidak percaya ini.” Praktisi menjawab, “Kejadian ini sangat tersembunyi di kamp kerja paksa dan penjara Tiongkok yang dijaga ketat, orang luar tidak akan tahu. Suatu saat Bapak akan percaya.”

Meskipun sebelumnya pemerintah Tiongkok menyangkal telah mengambil organ dari para tahanan, namun mereka untuk kesekian kalinya menyatakan akan menghentikan pengambilan organ dari para tahanan terpidana mati, kali ini dinyatakan terhitung 1 Januari 2015. Saat ini Tiongkok telah menjadi tujuan transplantasi organ (termasuk banyak pasien asal Indonesia) karena waktu tunggunya yang sangat singkat hanya dalam hitungan beberapa minggu, sementara tiadanya sistem donor yang berjalan, menunjukkan adanya sumber organ hidup skala besar lainnya. Pemerintah Tiongkok mengatakan setiap tahunnya rumah sakit mereka melakukan sekitar 10.000 transplantasi organ!

+++

Di akhir acara, para praktisi berfoto bersama, mengucapkan Selamat Tahun Baru kepada Guru Li Hongzhi.