(Minghui.org) Nama saya Dewa Ketut Sujana, praktisi dari Singaraja, Bali, sekarang ini saya berusia 70 tahun.

Saya memperoleh Dafa akhir April 2007. Saya ingin berbagi pengalaman kultivasi Falun Dafa.

Guru Melindungi Saya

Pada hari Rabu, 29 April 2015, pukul 15.15 wita, saya pergi ke tempat latihan di Taman Kota Singaraja yang jaraknya kira-kira 5 kilometer dari rumah. Ketika sampai pada pertigaan jalan dekat tempat latihan, sepeda motor saya ditabrak motor yang dikendarai  oleh seorang mahasiswa dari arah berlawanan. Saya terlempar dan jatuh tidak sadarkan diri, namun dalam keadaan tidak sadarkan diri, seorang rekan praktisi mengatakan bahwa, ‘saya masih bisa berjalan’.

Rekan praktisi mengatakan bahwa saya duduk di depan mobil Polisi Lalu-Lintas, lalu saya diantar ke Rumah Sakit Tentara Singaraja. Ketika turun dari mobil polisi, saya masih bisa berjalan menuju ke ruang pemeriksaan dan diperiksa oleh dokter namun sebetulnya saya sendiri dalam keadaan tidak sadar.

Setelah semua kejadian di atas, kemudian saya baru sadar dan melihat istri duduk di samping saya. Saya bertanya pada istri, “Ada apa?” Istri menjawab, “Tabrakan.” Kemudian istri meminta Surat Askes. Saya berikan dan diserahkan kepada dokter yang bertugas saat itu. Selanjutnya, saya menanyakan istri apakah SIM dan STNK sudah diberikan kepada petugas Polantas. Istri menjawab, “Sudah diberikan di tempat kejadian.” Dikiranya waktu itu saya sadar. Dokter datang dan meminta saya untuk menggerakkan tangan kiri, saya bisa melakukannya dan dokter mengeluarkan resep untuk mengambil obat serta memperbolehkan saya pulang sambil berkata, “Jika ada keluhan bisa lagi datang ke sini.”

Ketika keluar dari ruang pemeriksaan, tangan kanan saya dipegang oleh istri. Saya berkata, “Jangan dipegang, saya bisa jalan sendiri.” Guru melindungi, dan menyelamatkan nyawa saya. Guru mengatakan dalam Ceramah dan Tanya-jawab di San Francisco Tahun 2005:

“...namun ada satu hal, tak peduli bagaimana, anda bangkitkan pikiran lurus dan berbuat lurus, maka anda tidak ada yang tidak dapat dilalui. Sekalipun di saat sangat berbahaya dan tidak tahu dimana letak munculnya permasalahan, juga tidak boleh kehilangan pikiran lurus, biarpun dalam keadaan apa pun, keyakinan dasar anda terhadap Dafa juga tidak boleh goyah,....”

Sampai tiba di rumah, saya bertanya pada istri (bukan praktisi), “Diapakan saya di rumah sakit?” Istri menjelaskan bahwa kaki kiri saya terluka sedikit dan dibersihkan, kaki kiri dan tangan kiri digerak-gerakkan. Selanjutnya saya meminta istri menyimpan obat yang diberikan oleh apotek rumah sakit. Dalam hati berpikir, “Dengan pikiran lurus dan perbuatan lurus serta yakin dan percaya pada Guru dan Dafa, cobaan ini pasti dapat saya lalui.”

Pada malam hari saat bangun untuk siap-siap memancarkan pikiran lurus pada pukul 23.55, baru terasa kaki kiri bengkak dan berwarna hitam, pinggang kiri juga bengkak, pundak kiri bengkak berwarna biru kehitaman, tangan kiri tidak bisa digerakkan, kaki kanan sedikit bengkak, saya tidak bisa jongkok, memancarkan pikiran lurus tanpa isyarat tangan tetap saya lalukan. Berikutnya, tidur pun hanya bisa terlentang. Tidak bisa miring ke kiri mau pun ke kanan.

Guru dalam ceramah “20 Tahun Berceramah Fa,” di New York Amerika Serikat tahun 2012 menyatakan : “Mengapa pengikut Dafa dianiaya demikian berat? mungkin juga dia sedang menanggung demi kehidupan di balik dia. Karena yang ingin dia lindungi, yang ingin dia selamatkan jumlahnya terlalu besar dan terlampau banyak ......”

Ya, saya tahu itu adalah kesengsaraan untuk saya lalui dan harus tetap teguh menahan penderitaan. “Mengalami penderitaan dianggap bahagia,” (“Derita Pikiran dan hatinya,” Hong Yin 1)

Pada tanggal 12 Mei 2015 (hari ke-13 setelah kecelakaan) saya menghubungi rekan-rekan praktisi bahwa saya tidak bisa ikut kegiatan di Denpasar untuk memperingati Hari Falun Dafa Sedunia dan Hari Ulang Tahun Shifu mengingat kaki saya masih bengkak dan tidak bisa mengenakan sandal apalagi sepatu.

Keesokan paginya sekitar pukul 05.40 wita, saya terbangun karena ponsel saya berbunyi. Ternyata rekan praktisi mengingatkan supaya berangkat karena hari tersebut sangat penting. Saya merasakan kaki saya sudah kempis dan menjawab bahwa mobil rombongan sudah berangkat. Rekan praktisi menghubungi rombongan itu yang ternyata sudah penuh, kemudian rekan lain menghubungi teman praktisi yang memiliki mobil. Karena lampu mobilnya tidak menyala, maka pemilik mobil itu berencana mengendarai sepeda motor. Setelah dicek lagi mobilnya, ternyata lampunya bisa nyala. Akhirnya saya berangkat bersama dengan praktisi ini.

Dalam kegiatan tersebut, saya tidak dapat melakukan gerakan latihan dengan sempurna, bahkan pada perangkat latihan ke-4 yaitu ujung jari tangan tidak bisa melingkar ke sisi luar tumit belakang. Inilah proses yang harus saya lalui.

Pada hari ke-21 setelah kecelakaan, saya bisa melakukan latihan dan meditasi selama satu jam walaupun kaki masih bengkak.

Saya pernah berbagi pengalaman dengan kelompok kecil klarifikasi mengapa dalam keadaan tidak sadar saya bisa memberikan SIM dan STNK dan bisa berjalan, ajaib bukan?

Menurut pemahaman banyak teman-teman bahwa mungkin tubuh saya yang ada di dimensi lain yang mengendalikannya.

Kondisi saya saat ini berangsur-angsur menjadi normal. Saya mengucapkan terima kasih kepada Guru terhormat dan kekuatan Dafa telah menyelamatkan saya serta teman-teman yang tak henti-hentinya memotivasi saya.

Mohon ditunjukkan jika ada yang tidak tepat karena pemahaman saya yang terbatas.