(Minghui.org) Salam kepada Guru yang Belas Kasih! Salam, rekan-rekan praktisi!

Saya berusia 15 tahun. Pada musim panas ini, saya ikut serta dalam proyek Ride to Freedom yang bertujuan untuk menyelamatkan anak-anak yatim piatu di Tiongkok akibat dari penganiayaan terhadap Falun Gong.

Tiga puluh praktisi Falun Gong dari 16 negara mengayuh sepeda dari West Coast ke East Coast Amerika Serikat. Kami memulainya dari Los Angeles pada tanggal 1 Juni dan berakhir di Washington D.C pada tanggal 16 Juli dengan total jarak tempuh 3.000 mil. Saya mendapatkan banyak manfaat dari perjalanan ini dan ingin melaporkan pengalaman ini kepada Guru dan rekan-rekan praktisi.

Kebijakan Meningkat Ketika Memprioritaskan Kultivasi

Untuk mengikuti proyek ini, saya perlu mendapatkan persetujuan dari guru sekolah. Saya adalah murid sekolah menengah. Para murid selalu menghabiskan bulan Mei dan Juni dengan melakukan berbagai proyek besar atau persiapan untuk ujian. Saya sedang mempersiapkan diri untuk ujian masuk perguruan tinggi pada saat itu. Saya telah mengikuti ujian dua kali namun masih belum lolos penulisan karangan. Saya merasa cemas dan tertekan.

Ketika menenangkan diri dan mencari ke dalam, saya menyadari bahwa saya lebih memprioritaskan ujian daripada kultivasi saya. Menyadari ini, saya mulai bangun pagi untuk melakukan latihan gerakan, belajar Fa, dan memancarkan pikiran lurus.

Saya menjelaskan kepada kepala sekolah dan para guru kenapa hal ini penting bagi saya untuk ikut dalam Ride to Freedom. Mereka semua mendukung saya. Beberapa guru memberitahu saya apa yang harus saya pelajari saat tidak masuk sekolah agar bisa mengejar ketertinggalan. Beberapa guru memberikan beberapa ujian terlebih dahulu. Guru mata pelajaran sejarah, matematika, dan memasak dengan antusias meminta saya memperkenalkan Ride to Freedom kepada teman-teman di kelas. Dua hari sebelum pergi untuk ajang bersepeda ini, saya lulus ujian penulisan dengan nilai yang memukau. Saya mendapatkan nilai 99, di mana sebelumnya hanya mendapat nilai 65.

Kenyataannya, saya tidak menghabiskan banyak waktu untuk mempersiapkan ujian penulisan saya. Saya menyadari bahwa Guru telah membantu dan memberi kebijakan kepada saya sehingga semuanya bisa berjalan lancar.

Keajaiban Terjadi Saat Yakin Pada Guru dan Dafa

Pada hari ketiga dari perjalanan, kami menuruni jalan raya. Mobil dan truk lewat dengan cepat. Kecepatan kami juga cepat. Pada awalnya, saya terus menarik tuas rem, karena merasa cemas akan terjatuh dari sepeda. Cuaca semakin berangin. Saat melewati jalan yang sedikit berbatuan, lengan saya terasa sakit dan saya memegang erat stang sepeda agar tidak berguncang terlalu kuat. Sangat sulit untuk mengontrol sepeda saya, dan merasa takut mengalami kecelakaan. Lengan terasa sakit sekali hingga saya merasa ragu apakah bisa memegang lebih lama lagi. Pada saat itu, sebuah pikiran yang sangat kuat muncul di benak: “Pegang stang dengan kuat apa pun yang terjadi.”

Saya mulai berulang-ulang melafalkan puisi Guru:

“Bunga Mei”

Teratai jernih dalam dunia yang keruh bagaikan jutaan kuntum bunga Mei
Angin dingin membuat wajahnya makin berseri
Hujan salju yang sambung-menyambung bagaikan air mata Dewa dan Buddha
Mengharapkan bunga Mei pulang kembali
Jangan tersesat oleh hal-hal keterikatan dalam dunia
Teguhkan pikiran lurus
Sejak dulu kala hingga sekarang
Hanya untuk kali ini
(Hong Yin II)

Saat kecepatan saya dipercepat, saya berseru, “Falun Dafa Baik! Sejati-Baik-Sabar baik! Fa meluruskan alam semesta; Kejahatan seluruhnya musnah!”

Akhirnya, saya merasa lebih tenang, pikiran lurus menjadi semakin kuat. Saya merasa Guru berada di samping saya. Seorang rekan praktisi berkata kepada saya, “Saya bisa merasakan bahwa semakin kamu bersepeda, ketakutan kamu makin berkurang. Saya tahu perasaan takut itu bukanlah diri kamu yang sebenarnya.”

Saat menyelesaikan perjalanan hari itu, kami melakukan latihan Gong di padang pasir, di mana banyak sekali nyamuk. Lengan saya tiba-tiba menjadi ringan. Saya mengerti bahwa Guru telah membantu melenyapkan karma ketika mengayuh sepeda. Kemudian kami belajar Fa dan saya melihat foto Guru di buku, saya menangis. Tanpa perlindungan Guru atau menanggung penderitaan saya, saya tidak akan bisa menyelesaikan perjalanan sejauh 35 mil pada hari itu. Melihat kembali, saya telah membuat kemajuan paling besar pada hari itu.

Suatu hari, setengah perjalanan, para praktisi di depan saya tiba-tiba meneriaki sesuatu, yang membuat saya merasa cemas. Rekan-rekan praktisi semua berhenti. Seseorang tiba-tiba menggenggam kantong minuman saya dari belakang, membuat saya terjatuh dari sepeda ke rerumputan.

Saya segera berdiri, tetapi saya merasa kesel. Saya segera berpikir, “Saya baik-baik saja. Saya adalah praktisi muda Dafa.” Saya menggerakkan kaki dan berpikir, “Saya masih bisa mengayuh sepeda.” Praktisi lain datang untuk membantu membersihkan luka kaki saya. Kaki kiri saya berdarah. Saya diberitahu lebih baik jangan melihat kaki saya. Seorang praktisi lain mengingatkan saya: “Sejati-Baik-Sabar.” Saya memperkuat tekad: “Saya baik-baik saja. Falun Dafa baik. Saya harus menyelesaikan perjalanan ini.” Saya berjongkok dan melihat kaki saya baik-baik saja. Saya melanjutkan mengayuh sepeda.

Saat mengayuh sepeda, saya mencari ke dalam dan menemukan mentalitas pamer diri. Saya keliru menganggap diri saya lebih kuat dari orang lain, berpikir saya bisa menahan derita lebih banyak dari orang lain. Ketidakmurnian medan saya menyebabkan insiden ini. Saya mengingatkan diri sendiri kenapa saya berpartisipasi dalam proyek ini. Ini bukan untuk saya, tetapi untuk menyelamatkan anak-anak yatim piatu dari praktisi Dafa dan mengklarifikasi fakta.

Hari itu cuaca sangat panas, 32 derajat Celcius. Saya mengayuh sepeda lebih dari lima jam. Lutut terasa sangat sakit hingga saya menangis. Nyamuk-nyamuk terus-menerus menggigit luka di kaki saya ketika sedang bermeditasi. Saya menganggap semua ini adalah ilusi dan tidak mengakuinya. Setelah melihat tembus ilusi ini dan memperkuat pikiran lurus pada Guru dan Dafa, saya tidak pernah jatuh lagi saat mengayuh sepeda.

Tentu saja, selama perjalanan saya kadang-kadang tidak memiliki pikiran lurus. Suatu hari saat hampir mencapai akhir, saya menemukan lebih dari puluh bintik merah kecil di kaki saya. Saya merasa sedikit cemas. Saya memancarkan pikiran lurus dan melenyapkan gangguan, melanjutkan bersepeda, dan mengabaikannya. Tetapi setelah sehari atau dua hari kemudian, makin banyak bintik merah yang timbul, dan sangat gatal. Saya tidak bisa berbuat apa-apa selain menggaruknya, khususnya pada malam hari. Keesokan harinya bahkan lebih banyak bintik merah yang timbul.

Saya mulai merasa sedikit cemas dan berpikir, “Saya menderita urtikaria (gatal-gatal karena kelainan kulit) saat kecil. Apakah kambuh kembali?” Saya bahkan terpikir untuk menyembuhkannya. Lalu seorang wanita di grup kami mengingatkan saya, “Lutut kamu terjatuh dua kali dan sembuh dengan cepat. Kenapa kamu tidak memiliki pikiran lurus kali ini? Pikirkan lagi, bukankah ini ujian untuk kamu? Kamu perlu memberitahu diri kamu sendiri: kamu harus melewati ujian ini.”

Jadi saya menenangkan diri dan mencari ke dalam. Saya menemukan bahwa saya telah mengendur. Saya merasa sudah sangat dekat untuk berakhir, jadi saya tidak belajar Fa dengan serius. Saya tidak aktif ikut mengklarifikasi fakta. Saya berulang-ulang bertanya pada diri sendiri: “Apakah kamu percaya pada Guru? Apakah kamu percaya pada Guru?” Ya, saya percaya.

Saya melafalkan kata-kata Guru:

“Akar saya sudah terpancang pada alam semesta, siapa yang dapat menggoyahkan anda, berarti dapat menggoyahkan saya, terus terang, dia dapat menggoyahkan alam semesta ini” (Zhuan Falun)

Setelah itu, saya tidak menaruh perhatian lagi, seperti tidak terjadi apa-apa. Ketika perjalanan berakhir, kaki saya terasa baik kembali. Dari peristiwa ini, saya menyadari bahwa saat pikiran saya pada Dafa, keajaiban terjadi.

Klarifikasi Fakta dengan Pikiran Tepat

Suatu hari, kami berhenti di sebuah kedai teh untuk minum. Saya melihat seorang pria tersenyum pada saya di luar jendela. Saya mendekati dan memberitahu dia mengenai Ride to Freedom dan kenapa saya ikut kegiatan ini. Dia meminta berfoto dengannya dan berkata, “Saya tinggal di Kota New York. Saya telah menerima beberapa brosur Falun Gong. Tidak usah cemas. Saya akan mempelajari lebih lanjut tentang Falun Gong dan akan berkultivasi.” Saya merasa ada takdir pertemuan dengannya. Saya memberinya bunga lotus dan berkata, “Bunga lotus ini berasal dari Taiwan. Sangat indah. Saya harap Anda bisa mengingat Falun Dafa dan prinsipnya Sejati-Baik-Sabar.” Dia berterima kasih dengan tulus pada saya. Saya melihat dia berlinang air mata. Setelah dia pergi saya pun menangis.

Di kesempatan lain, kami menginap di daerah kamping. Setelah saya mandi dan menunggu seorang praktisi lain, seorang wanita mendatangi kamar mandi. Saya menyapa dia tetapi berpikir bahwa kamar mandi umum bukan tempat yang sesuai untuk klarifikasi fakta. Jadi saya dengan singkat memberitahunya mengenai Ride to Freedom. Dia sangat tertarik dan mengundang kami ke kamp mereka. Dia memberitahu suaminya tentang apa yang kami lakukan. Saya memberitahunya tentang Dafa. Dia memberitahu saya bahwa mereka baru-baru ini membaca tentang pengambilan organ di internet. Mereka bingung dengan apa yang sedang terjadi di Tiongkok, jadi saya menjelaskan mengenai penganiayaan padanya. Dia berkata, “Keluarga kami bepergian dari L.A ke Washington D.C. Ini adalah informasi kontak kami. Saya berharap bisa berjumpa kalian di D.C.” Keesokan harinya, wanita itu datang ke kamp kami dan belajar latihan gerakan Falun Gong. Dia juga berfoto bersama kami.

Saya menyadari bahwa ketika mengklarifikasi fakta, tidak masalah kapan waktunya, di mana tempatnya, atau bagaimana bentuknya, yang penting adalah hati untuk menyelamatkan orang. Saat memiliki hati, Guru akan mengatur orang-orang untuk datang kepada kita.

Karena ikut Ride to Freedom, saya merasa lebih percaya diri dalam mengklarifikasi fakta kepada orang-orang setelah proyek ini selesai. Saya tidak lagi menggunakan segala macam alasan. Kini saya berbicara mengenai penganiayaan dengan penumpang pesawat terbang yang duduk sebelah saya, para turis di pasar Pike Place, dan para tetangga. Semua orang sedang menunggu untuk mendengar fakta kebenaran.

Melepaskan Keterikatan Hati di Tengah Kesulitan

Suatu hari saat sedang klarifikasi fakta kepada seorang pengacara di gedung pemerintahan di Illinois, saya menyadari bahwa kelompok saya sudah bersiap-siap untuk berangkat. Saya pikir sangatlah penting untuk klarifikasi fakta dengan baik dan tidak terburu-buru pergi meski masih setengah jalan dalam klarifikasi. Setelah selesai, saya tidak menemukan seorang pun kecuali seorang fotografer yang juga seorang praktisi.

Saya merasa cemas, namun praktisi fotografer ini berkata akan baik-baik saja dan kami tidak akan tersesat. Saya masih merasa takut. Praktisi itu bertanya pada saya, “Apa yang kamu takutkan? Kita tidak akan tersesat.” Saya tidak mengatakan apa pun. Dia bertanya pada saya lagi. Saya berkata, “Saya khawatir rekan-rekan praktisi mengira saya tersesat.” Dia berkata, “Itu adalah keterikatan kotor kamu yang takut kehilangan muka.” Kata-katanya menyadarkan saya. Saya segera melenyapkan pikiran negatif saya.

Setelah menenangkan diri, saya melihat masih memiliki beberapa brosur Ride to Freedom. Lalu, saya melihat orang-orang berjalan ke arah saya. Saya klarifikasi fakta kepada mereka. Mereka semua mendukung kami. Lalu, seorang praktisi lain memanggil saya untuk naik ke tangga. Seluruh grup kami telah berada di Gedung Parlemen.

Dari kejadian ini saya menyadari bahwa: 1. Saya memiliki mentalitas pamer. Saya terlalu fokus pada melakukan sesuatu. Saya merasa telah berkultivasi dengan baik dan klarifikasi fakta lebih baik dari yang lain. Saya merasa bisa berbicara dengan baik, tetapi itu adalah karena Guru yang menguatkan saya. 2. Guru mengatur saya untuk klarifikasi fakta kepada orang-orang tersebut. 3. Guru ingin mengingatkan saya akan pentingnya kerja sama tim. Kemudian, saya mencari ke dalam dan menyadari bahwa semua terlihat kebetulan tetapi sebenarnya diatur untuk kultivasi kita.

“…. tiap menit dan tiap detik dari jiwa anda seutuhnya berada di tengah Xiulian…” (“Ceramah Fa  pada Konferensi Fa New York 2015”

Hanya dengan memperlakukan diri sendiri sebagai murid Dafa setiap waktu baru bisa berjalan dalam jalur kultivasi dengan baik.

45 hari itu merupakan perjalanan hidup paling mengesankan. Ada banyak kebahagiaan dan duka, canda tawa juga air mata serta keringat. Saya sering berpikir untuk berhenti. Tetapi, saat berpikir kondisi yang menyedihkan dari anak yatim piatu praktisi Falun Gong, saat melafalkan artikel Guru, saya menjadi bersemangat dan melanjutkan kegiatan ini.

Keteguhan saya tidak pernah goyah selama melakukan perjalanan badai ini. Saya yakin bahwa pengalaman ini akan menjadi yang paling berharga dalam hidup saya. Bagi saya, Ride to Freedom adalah pengalaman baru. Ini mengasah tekad dan membantu saya melepaskan banyak keterikatan hati. Ini membuat saya menjadi praktisi muda yang lebih gigih di masa pelurusan Fa.

Terima kasih Guru karena telah memberi kesempatan kepada saya untuk meningkatkan Xinxing (watak, kualitas moral). Untuk selanjutnya, saya akan menjadi lebih gigih di jalur kultivasi. Saya akan menghargai penyelamatan Guru dan kesempatan berharga ini.

Terima kasih, Guru! Terima kasih rekan-rekan praktisi!

(Dibacakan di Konferensi Fa Pantai Barat Amerika Serikat 2015)

Chinese version click here
English version click here