Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Guru Teladan Disiksa di Kamp Kerja Paksa Karena Berlatih Falun Gong

15 Maret 2015 |   Oleh koresponden Minghui di Qingyang, Provinsi Gansu


(Minghui.org) Ada seorang anak ajaib yang lulus perguruan tinggi pada usia 18, Xia Jiayan [wanita] yang kemudian menjadi guru pemenang penghargaan. Dia terpilih sebagai "guru terpopuler" oleh siswa, telah memenangkan "Guru Yunior Tahun Ini" di tingkat kabupaten dan kota, dan dinamakan "Pekerja Teladan di Bidang Pendidikan."

Kariernya yang menjanjikan berumur pendek, setelah rezim komunis Tiongkok meluncurkan penganiayaan terhadap Falun Gong. Setelah kesehatannya pulih kembali setelah mulai berlatih Falun Gong pada tahun 1996, dia dengan semangat memberi tahu orang lain tentang latihan, dan kemudian, penganiayaan. Perbuatan itu membuatnya berada di tahanan polisi berkali-kali.

Dia disiksa secara brutal di kamp kerja selama satu setengah tahun antara akhir 2000 dan awal tahun 2002. Dia kemudian terpaksa tinggal jauh dari rumah setelah ancaman dan pelecehan yang berkelanjutan dari polisi.

Xia ditangkap September 2014 di pernikahan keponakannya, dituduh menulis pesan tentang Falun Gong pada uang kertas. Karena informasi seperti itu disensor dengan ketat di Tiongkok, beberapa praktisi menggunakan teknik ini untuk memberi tahu masyarakat tentang penganiayaan.

Meskipun dia dibebaskan setelah 15 hari, penderitaannya terus berlanjut. Sekolahnya, yang telah memecatnya pada tahun 2006, sekarang menolak untuk menerimanya kembali. Sekolah juga menolak menyerahkan kunci apartemen yang dia beli, meskipun dia telah melakukan semua pembayaran yang diperlukan.

Secara Ilegal Ditahan

Ketika rezim komunis secara resmi meluncurkan penganiayaan pada 20 Juli 1999, Xia dipanggil ke kantor polisi setempat dan diinterogasi selama 24 jam.

Pada tanggal 20 Desember, ia didakwa dengan tuduhan "berkumpul secara ilegal" dan ditahan di Pusat Penahanan Xifeng selama 30 hari. Dia tidak dibebaskan sampai setelah keluarganya diperas uangnya untuk "biaya hidup."

Xia ditipu untuk pergi ke Kantor Polisi Nanjie pada tanggal 19 Juli 2000. Dia dan beberapa praktisi Falun Gong lainnya kemudian dibawa ke sekolah dan dikunci di dalam kelas selama berhari-hari. Seorang polisi berkata mereka dikurung di sana untuk mencegah mereka pergi ke Beijing mengajukan petisi kepada pemerintah pusat.

Ketika Xia  mogok makan untuk memprotes penahanan ilegal, kepala polisi memerintahkan pembebasannya. Namun, gajinya dikurangi selama bertahun-tahun setelah kejadian itu.

Untuk memprotes perlakuan yang sewenang-wenang terhadap praktisi Falun Gong, Xia pergi ke Beijing pada bulan November 2000. Dia dicegat, ditahan di kota kelahirannya selama satu bulan, dan akhirnya dikirim ke Kamp Kerja Paksa Wanita Ping'antai selama satu setengah tahun.

Keluarga Dipantau, Diganggu

Xia dibebaskan dari kamp kerja paksa pada Maret 2002 dan lanjut mengajar pada bulan April. Namun, majikannya memotong gajinya untuk semua biaya tagihan yang diklaim oleh polisi dalam perjalanan kembali dari Beijing.

Pada bulan Mei 2004, praktisi Falun Gong lainnya melarikan diri dari kantor polisi. Akibatnya, Xia sekali lagi diawasi dengan ketat.

Setiap malam, tiga petugas datang ke rumahnya untuk melaksanakan “tugas” mereka. Mereka tinggal di kamar keluarga dan menonton TV sepanjang malam dengan semua lampu menyala, yang membuat mustahil bagi keluarganya untuk tidur.

Dia diikuti ke mana-mana oleh dua petugas polisi berpakaian preman. Bahkan ketika dia pergi berbelanja dengan suaminya, polisi membuntuti mereka dengan sepeda motor. Gangguan ini berlanjut sampai praktisi yang lolos ditangkap kembali.

Dalam tahun-tahun berikutnya, polisi sering melecehkannya dengan mengetuk pintu di malam hari atau meneleponnya untuk bertanya sewaktu dia mengajar.

Dalam Pelarian

Pada pagi hari tanggal 3 Agustus 2006, polisi mengepung kediaman Xia dalam upaya untuk menangkapnya. Dia tidak ada di rumah hari itu. Petugas menggeledah rumah dan menyita berbagai barang-barang pribadi, termasuk CD, komputer, hard drive, ponsel, buku telepon keluarga, dan MP3 player anak-anaknya. Seorang petugas bahkan mengeluh karena mereka tidak menemukan uang.

Untuk menghindari penganiayaan lebih lanjut, Xia meninggalkan rumah dan hidup miskin di kota lain.

Polisi membawa suami dan anak-anaknya ke kantor untuk diinterogasi, sementara beberapa petugas tinggal di rumah mereka dan menyalin nomor dari buku telepon dan pesan teks telepon selular.

Petugas juga pergi ke rumah orang tua Xia dan menginterogasi adiknya untuk mendapatkan informasi tentang kerabat lainnya. Mereka kemudian pergi ke rumah kerabat ini untuk mencari Xia, yang berhasil menghindari penangkapan polisi selama delapan tahun sampai dia ditangkap di sebuah pernikahan pada tahun 2014

Meskipun Xia segera dibebaskan setelah penangkapan terbarunya, penganiayaan yang tanpa henti membangkitkan kenangannya tentang penderitaan di kamp kerja pada tahun 2000-2002.

Dikirim ke kamp Kerja Paksa

Penjaga dan narapidana berusaha untuk mengalahkan satu sama lain dalam menyiksa praktisi Falun Gong. Untuk setiap praktisi yang "berubah," atau yang dipaksa untuk meninggalkan keyakinannya, penjaga akan mendapatkan bonus 5.000-10.000 yuan, dan seorang narapidana bisa mendapatkan pengurangan hukuman tujuh hari sampai satu bulan.

Praktisi dipaksa melakukan kerja fisik yang intensif dengan beban kerja tiga kali lipat dari pekerja buruh laki-laki pada umumnya. Jika ada yang tidak bisa menyelesaikan kuota pada waktunya, seluruh kelompok akan dihukum. Sistem ini dimaksudkan untuk menabur perselisihan dan membangkitkan kebencian narapidana pada praktisi.

Pada siang hari, praktisi dipaksa bekerja di ladang, menggali, menyiangi, memupuk, membajak, memindahkan batu bata, dan membuka lahan. Pada malam hari, mereka tidak diizinkan tidur dan dipaksa untuk menulis "laporan pikiran." Pelecehan ini terus berlanjut hari demi hari, tahun demi tahun.

Keadaan yang Mengerikan

Setiap kamar asrama berisi lebih dari dua puluh orang. Praktisi diizinkan menggunakan air yang sangat sedikit untuk kebersihan pribadi, sehingga banyak dari mereka menderita kudis.

Untuk mendapatkan makanan pada jam makan, tahanan dipaksa menyanyikan lagu-lagu yang memuji Partai Komunis Tiongkok. Makanannya selalu sama sepotong mantau gosong dan sup yang berisi beberapa potong sayuran.

Tahanan diizinkan setengah jam untuk makan dan waktu terbatas untuk menggunakan kamar kecil. Hanya ada satu kamar kecil untuk setiap detasemen lebih dari seratus orang. Kamar kecil memiliki sepuluh lubang, masing-masing lubang kurang dari satu meter panjangnya. Agar selesai tepat waktu, sering tiga orang harus berjongkok bersama dan buang air kecil di satu lubang yang sama. Seseorang bisa mendengar ocehan terus-menerus dari tahanan ketika urin memercik dari kakus yang satu ke kakus yang lainnya.

Terus Menerus Disiksa, Dicuci Otak

Sebagai bagian dari upaya "mengubah," tiga narapidana ditugaskan untuk memaksa Xia menulis surat "pernyataan penyesalan" berlatih Falun Gong.

Pada suatu musim dingin, dia dipaksa berdiri diam menghadap dinding dengan pakaian tipis selama tiga malam berturut-turut tanpa tidur.

Dia kemudian dibawa ke sebuah ruangan gelap, di mana beberapa narapidana mengikat tangannya ke belakang punggungnya dan mengikatkan tali ke balok langit-langit. Ketika mereka membiarkan tubuhnya rebah, rebahan itu menyebabkan rasa sakit luar biasa di tangannya, seolah-olah mereka telah terkoyak. Butiran-butiran keringat menetes ke lantai.

Beberapa menit kemudian, seorang narapidana memegang tubuhnya dan bertanya apakah ia akan menulis pernyataan penyesalan. Ketika Xia mengatakan tidak, narapidana tersebut melepaskan tubuhnya, menyebabkan sakit yang tak terlukiskan lagi.

Chinese version click here
English version click here