Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Akibat dari Nafsu Birahi (Bagian 1)

22 Maret 2015 |   Oleh Jing Yuan


(Minghui.org) Orang Tiongkok Kuno sangat menekankan untuk mengikuti prinsip-prinsip langit dalam kehidupan mereka sehari-hari dan mengumpulkan kebajikan seseorang dengan meningkatkan moral. Banyak ajaran yang memprioritaskan untuk mengumpulkan kebajikan ini di atas perbuatan baik dan menempatkan kedisiplinan terhadap nafsu birahi sebagai cara terbaik dalam mengumpulkan kebajikan.

Metode Jalan Sunyi Bangsawan Wen Chang mengatakan, “Orang-orang yang menenggelamkan diri dalam nafsu birahi dan bertingkah laku tidak pantas akan menghilangkan sifat baik dan reputasi mereka sendiri. Mereka menentang prinsip-prinsip langit dan akan mendapatkan hukuman yang sesuai. Maka itu bencana akan menghampiri para pendosa dan akan tertimpa pembalasan karma. Jika ada orang yang tidak takut dengan pembalasan karma dan terus saja memuaskan keinginan yang tidak pantas, hukuman bisa datang kapan saja. Hanya mereka yang menghargai kebajikan dan mendisiplinkan diri mereka sendiri akan diberkati.”

Orang Tiongkok kuno percaya orang-orang yang mendisiplinkan diri mereka sendiri terhadap masalah nafsu birahi akan diberkati. Bahkan mempunyai pikiran tidak murni pun tidak diperkenankan. Orang-orang yang melanggar prinsip langit akan membawa nasib buruk kepada dirinya sendiri maupun keturunan mereka. Banyak contoh yang tercatat dalam sejarah.

I. Berkah karena Menahan Nafsu Birahi

Lin Maoxian tinggal di Provinsi Jiangxi pada jaman Dinasti Song Utara. Ia adalah seorang sarjana miskin. Kebanyakan waktunya digunakan untuk membaca buku sendirian. Suatu hari istri seorang kaya tertarik kepada Lin, ia diam-diam mengunjungi Lin dengan maksud tersembunyi.

Lin memberitahukannya dengan serius, “Janganlah kita menodai reputasi dan sikap kita dengan melakukan hal-hal yang tidak pantas. Dewa-dewa sedang memperhatikan.” Wanita itu menjadi malu dan pergi.

Tahun berikutnya, Lin ditunjuk sebagai pejabat tinggi oleh kaisar. Keempat putranya semua menjadi sarjana yang sukses, dan keluarganya menjadi makmur.

Orang Tiongkok kuno sangat memperhatikan kedisiplinan, ada ataupun tidak ada orang yang memperhatikan. “Tidak takut apa pun” istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang bermoral rendah.

Disiplin membutuhkan dua karakter: hormat dan takut. Menghormati prinsip-prinsip langit, dan jika tidak, takuti akibatnya. Orang bijak tahu tidak ada yang dapat lolos dari dewa; setiap pikiran dan perbuatan ada balasan karma, baik atau buruk.

Bersambung ke Bagian 2

Chinese version click here
English version click here