Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Belajar Cara Mencari ke Dalam Tanpa Syarat Untuk Menemukan Masalah Diri Sendiri

30 Juli 2015 |   Oleh praktisi Dafa di Tiongkok


(Minghui.org) Guru telah berulang kali memberitahu kita untuk mencari ke dalam bilamana bertemu masalah. Namun banyak praktisi, termasuk saya, sering kali lupa dan gagal untuk bersikap sesuai prinsip ini. Ketika membaca ajaran Guru, kita sering berpikir bahwa kita telah mengerti prinsip-prinsip yang kita baca. Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari, kita menemukan bahwa semua itu sulit diikuti.

Saya gagal melepaskan keterikatan hati untuk membela diri, dan masih gagal bahkan sampai saat ini, setelah berkultivasi bertahun-tahun. Ketika konflik terjadi, reaksi pertama saya adalah menyalahkan orang lain dan bukannya mencari penyebabnya pada diri sendiri. Pagi ini setelah berlatih Gong (gerakan), tiba-tiba saya menyadari bahwa keterikatan ini telah menghambat kultivasi saya selama bertahun-tahun.

Di masa lalu, orang-orang menjadikan kelakuan buruk dari tokoh-tokoh dalam sejarah sebagai contoh yang tidak boleh ditiru, dan sebagai pengingat untuk dapat berbuat lebih baik lagi. Tetapi sekarang orang-orang telah melupakan hal ini. Ketika sedang berdebat, orang-orang akan menyalahkan dan menyerang satu sama lain, hanya sedikit mengakui kesalahan diri sendiri. Sekali pun prinsip-prinsip Dafa meminta kita untuk mencari masalah dalam diri kita sendiri setiap waktu, banyak praktisi tidak mengubah kebiasaan lamanya.

Guru berkata:

“Bagaimana agar pengamatan mereka terhadap kekurangan orang lain, dibalik untuk mengamati diri sendiri.” (“Berdialog dengan Waktu,” Petunjuk Penting Untuk Gigih Maju)

Saya selalu berpikir bahwa saya memiliki pemahaman yang baik terhadap prinsip ini, namun  masih tidak dapat menjadikannya sebagai kebiasaan. Setelah menerapkan prinsip ini ke dalam kultivasi, saya mulai merasakan perubahan besar.

Suatu hari saya mendengar dua praktisi sedang berbincang-bincang. Ketika Jin [nama samaran] mendengar dirinya sedang dikritik, dia langsung membela diri dan mulai berdebat. Saya merasa tidak enak dengan reaksinya, dan mulai memiliki pikiran buruk terhadap dirinya. Pada saat itu, tiba-tiba saya berpikir: “Kenapa kamu punya pikiran buruk tentang orang lain? Bukankah ini adalah kesempatan untuk memeriksa dirimu sendiri?” Saya mulai mencari kekurangan diri saya sendiri, dan mengingatkan pada satu konflik yang melibatkan diri saya.

Praktisi Wang [nama samaran] dan saya memiliki hubungan yang tegang selama bertahun-tahun. Bilamana saya mendengar tanggapan negatif darinya, saya merasa terluka, dan mulai membela diri. Saya juga mengeluh atas kekurangannya kepada praktisi lain. Penolakan Jin untuk menerima kritik adalah refleksi dari ketidakmampuan saya untuk menerima kritik. Ketika saya mengeluh terhadap Wang, saya juga bersikap sama seperti Jin.  

Guru menunjukkan rahasia untuk menaikkan tingkatan kultivasi kepada kita, tapi sudahkah kita benar-benar menyayangi ajaran Guru? Saya belum sungguh-sungguh menyatu dengan Dafa, dan karena itu kultivasi saya sangat lamban selama bertahun-tahun. Ketika orang lain memperlakukan kita dengan tidak pantas, entah benar atau salah, jika kita segera bersikap membela diri, kita telah gagal untuk bersikap layaknya seorang praktisi. Tapi kenapa kita menjadi marah dan membela diri? Saat kita bersikap membela diri, kita mendorong jauh sebuah kesempatan untuk mengultivasi diri yang berharga. Setiap kali kita menjelaskan dan berdebat untuk melindungi reputasi, kita mendukung sisi manusia biasa kita.

Orang lain mungkin benar telah berbuat salah kepada Anda, tapi apakah Anda benar-benar tidak bersalah? Di belakang pembelaan diri ini ada sebuah keterikatan yang sangat kuat yaitu pembenaran diri sendiri, serta pengejaran akan nama. Saya sangat terkejut ketika menyadari hal ini. Saya sedang berusaha untuk mempertahankan reputasi, itu bukanlah kultivasi.

Guru berkata:

“Pada ruang dimensi lain benda ini dapat membesar dan menyusut kecil, setelah berada pada benda ini, patung Buddha ini memiliki sebuah otak, punya pikiran, tetapi tidak memiliki tubuh. Orang lain juga ikut memuja, setelah sering kali dipuja, akan memberinya suatu energi tertentu. Khususnya praktisi Gong makin berbahaya, dengan memuja lambat laun memberi energi kepadanya, sehingga ia membentuk sebuah tubuh yang berwujud nyata, namun tubuh nyata itu terbentuk dalam ruang dimensi lain.” (Zhuan Falun)

Saya menyadari bahwa kebiasaan lama membela diri adalah seperti seorang praktisi yang memuja Buddha palsu. Dengan energi yang cukup besar, Buddha palsu ini akan mengendalikan kultivasi kita, dan itu mengerikan.

Banyak prinsip kultivasi yang telah diabaikan oleh praktisi. Setiap kali kita memutuskan siapa yang benar dan siapa yang salah dengan menggunakan logika manusia biasa, kita sudah jatuh ke jurang yang dalam.

Kita harus memberi perhatian pada pikiran kita, dan tidak membuat pertimbangan berdasarkan nilai-nilai manusia biasa. Mengultivasi diri sendiri adalah sebuah proses melepaskan mentalitas manusia biasa kita, dan itu tidak ada hubungannya dengan “menjadi adil” di tingkat manusia biasa.

Chinese version click here
English version click here