(Minghui.org) Acara lomba pidato pelajar sekolah menengah atas dan kejuruan seluruh Jawa Timur yang diselenggarakan setiap tahun untuk memperingati Hari Kesaktian Pancasila, tanggal 1 Oktober 2016, kali ini mengangkat topik “Membentengi Pancasila dan NKRI dari Ancaman Kebangkitan PKI – Komunis”. Para siswa dan guru pembimbing mulai memadati Gedung Balai Pemuda Surabaya, mulai pukul 8 pagi hingga pukul 15.00 WIB.

Lomba yang diselenggarakan oleh MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Sejarah, CICS (Center for Indonesian Communities Studies) dan didukung oleh Front Pancasila ini, diikuti oleh 44 sekolah menengah atas negeri maupun swasta. Mereka memperebutkan hadiah Trofi Pangdam V Brawijaya.

Disamping kegiatan lomba, untuk menambah wawasan siswa dan guru, di ruang yang sama juga dipamerkan foto-foto kekejaman komunis yang terjadi di Indonesia maupun Tiongkok. Namun umumnya, yang paling membuat pengunjung miris adalah saat melihat foto-foto kekejaman Partai Komunis Tiongkok terhadap pengikut praktisi Falun Gong yang sampai saat ini masih dianiaya di Tiongkok.

Beberapa praktisi Falun Gong yang berada di lokasi, membantu memberikan penjelasan kepada para siswa, orang tua serta guru pendamping yang melihat pameran tersebut. Hampir semua yang hadir dengan sukarela mendatangani petisi penghentian pengambilan paksa organ praktisi Falun Gong.

Ibu Purnamawati, yang menjabat sebagai penasehat Front Pancasila, saat menyaksikan pameran foto tersebut merasa ngeri sekali terhadap kekejaman Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang tidak berperikemanusiaan mengambil organ dari praktisi Falun Gong secara hidup-hidup. Beliau merasa pameran ini sangat bermanfaat bagi para siswa sebagai pembekalan mereka agar tidak mudah percaya terhadap ideologi komunis yang suka memutar balikkan fakta.

“Ketika saya mengajar tentang kekejaman PKI kepada para siswa, saya sering menggunakan referensi foto-foto penyiksaan PKT terhadap praktisi Falun Gong di Tiongkok, pada siswa yang bersikap kritis,” tutur Susijanto, guru sejarah di SMA Surabaya, yang juga merangkap sebagai panitia acara tersebut. Menurutnya, setelah siswa mempelajari sendiri melalui internet, mereka akhirnya percaya bahwa ideologi komunis itu berbahaya.

Chusnul Khotimah, seorang pelajar dari SMA Negeri 2 Blitar, yang timnya berhasil meraih juara pertama dalam lomba tersebut, mengatakan merasa sangat miris menyaksikan foto-foto kekejaman tersebut, dimana sudah tidak ada lagi perikemanusiaannya, mereka tidak menghormati hak asasi dan martabat manusia.