(Minghui.org) Doctors Against Forced Organ Harvesting (DAFOH) baru-baru ini mendeklarasikan 1 Oktober sebagai hari peringatan internasional baru dalam rangka mengenang para korban pengambilan organ paksa di Tiongkok.

Sebagai wujud dukungan atas deklarasi 1 Oktober sebagai ‘Hari Internasional Anti Pengambilan Organ Paksa’ dan membangkitkan kesadaran lebih banyak warga atas bentuk baru kejahatan mengerikan terhadap kemanusiaan ini, relawan DAFOH di Batam mengadakan pemutaran film “Human Harvest” yang mendokumentasikan perjalanan David Matas (pengacara HAM asal Kanada) dan David Kilgour (mantan Sekretaris Negara Kanada) dalam menyelidiki kejahatan pengambilan organ (utamanya dari praktisi Falun Dafa yang ditahan di kamp-kamp kerja maupun penjara di Tiongkok karena keyakinan mereka pada Sejati-Baik-Sabar). Film dokumenter tersebut memenangkan hadiah bergengsi Peabody Award untuk kategori film dokumenter pada tahun 2014.

Beberapa dokter medis, wartawan dan lebih dari 20 mahasiswa kedokteran berbagai universitas di Batam menghadiri pemutaran film tersebut dan secara aktif menyatakan kekhawatiran dan keprihatinan mereka terhadap praktek-praktek tak bermoral tersebut di Tiongkok, yang sepenuhnya merendahkan martabat kemanusiaan. Setelah sesi diskusi, mereka juga secara proaktif memberikan dukungan tandatangan mereka bagi petisi DAFOH yang ditujukan kepada Komisioner Tinggi HAM PBB agar bantu menghentikan pengambilan organ paksa dari para praktisi Falun Dafa secara hidup-hidup.

Berikut adalah beberapa komentar penonton:

Seorang mahasiswi mengutarakan bahwa film ini sangat menyentuh dan juga menanyakan bagaimana sampai Partai Komunis Tiongkok menindas Falun Dafa sedemikian kejamnya. Dua perwakilan praktisi Falun Dafa kemudian menjelaskan sejarah penyebaran Falun Dafa, yang hanya dalam kurun tujuh tahun telah dilatih oleh 100 juta orang di Tiongkok saja. Hal mana telah menimbulkan ketakutan pada pemimpin PKT saat itu, Jiang Zemin.

Seorang mahasiswi lainnya mengutarakan bahwa kita semua perlu bekerja sama untuk menghentikan kejahatan kemanusiaan ini.

Seorang dokter menceritakan kisah pasien yang dikenalnya, yang direkomendasikan oleh dokter di negara tetangga agar melakukan transplantasi di Tiongkok. Mengikuti rekomendasi tersebut, pasien melakukan empat kali bedah transplantasi yang berakhir dengan kegagalan. Ia mengutarakan bahwa Indonesia memerlukan semacam mekanisme untuk mencegah terjadinya kejahatan semacam ini.

Penonton lainnya mengutarakan bahwa film ini harus lebih sering diputar, tidak hanya di forum ini. Beberapa lainnya setuju bahwa informasi ini harus disebarkan lebih lanjut agar semakin banyak orang tahu bahwa transplantasi di Tiongkok tidaklah sesuai etika kedokteran dan sumber organnya bukanlah donor sukarela tapi hasil dari pembunuhan.