Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Dikala Melewati Ujian Kita Harus Tetap Teguh dan Selamatkan Makhluk Hidup

12 Agu 2016 |   Oleh praktisi Falun Dafa di Provinsi Liaoning, Tiongkok


(Minghui.org) Saya mulai berlatih Falun Dafa (juga dikenal sebagai Falun Gong) pada musim semi tahun 1996, ketika saya berusia 21 tahun dan akan lulus dari sekolah tinggi.

Saya belajar Fa dengan rajin dan berlatih setiap hari.

Tetap Teguh dalam Berkutivasi di Perguruan Tinggi

Saya relatif lemah sebelum mulai berlatih Falun Dafa, dan telah tertular beberapa jenis penyakit yang membuat saya batuk selama lebih dari belasan tahun. Saya harus menerima banyak obat-obatan, seperti obat suntikan. Saya sangat kesakitan dan hampir kehilangan percaya diri saat akan ujian memasuki perguruan tinggi.

Namun, semua penyakit saya menghilang tak lama setelah saya mulai berlatih Falun Dafa, dan saya diterima masuk ke universitas.

Saya pikir karena saya telah mulai berlatih Dafa dan sungguh-sungguh ingin mencapai kesempurnaan, saya harus dengan ketat mengikuti persyaratan Dafa di perguruan tinggi untuk meningkatkan xinxing dan menjaga pola pikir yang benar dan bersih setiap saat.

Ketika saya pulang ke rumah selama hari libur, kakek saya mendesak saya untuk punya pacar. “Saya adalah praktisi Dafa,” jawab saya. “Saya masih terlalu muda untuk hal seperti itu. Tunggu sampai saya mulai bekerja, kita akan bicarakan hal itu.”

Saya tidak pernah menyerah pada setiap godaan nafsu berahi selama tiga tahun di perguruan tinggi, bahkan dalam mimpi saya.

Saat kelulusan, teman saya menuliskan kata-kata ini:

"Izinkan saya menyampaikan ini, sikap positif saya terhadap Falun Gong berasal dari anda. Integritas anda, kejujuran, dan pendirian anda membuat saya percaya bahwa orang seperti anda akan berlatih gong ini, atau lebih tepatnya, gong ini dapat menghasilkan ragam orang seperti anda. Falun Gong adalah cara kultivasi menyeluruh dan mendalam.”

Penjaga Tidak Dapat  Melakukan Apapun dengan Hati Saya yang Tenang

Pada hari kedua saya di rumah setelah lulus dari universitas, saya menerima telepon dari kakak saya, memberi tahu kami untuk segera menghidupkan TV.

Ada banyak program penuh kebohongan yang keterlaluan memfitnah Falun Gong. Yang pertama saya pikirkan adalah, “Apakah ini ujian, ujian yang sangat besar?”

Saya tidak terlalu menaruhnya dalam hati, dan melanjutkan belajar Fa dan berlatih. Saya juga memberi tahu orang di sekitar saya bahwa yang disiarkan di TV adalah tidak benar. Saat itu tanggal 20 Juli 1999.

Tahun berikutnya, saya menjadi korban penganiayaan dan dibawa ke kamp kerja paksa. Saya dipaksa bekerja sepanjang hari mengerjakan tugas-tugas yang melebihi kemampuan fisik saya.

Para penjaga terus mengancam saya dengan komentar seperti, "Anda akan dikirim ke Kamp Kerja Paksa Masanjia jika anda tidak mengakui kesalahan anda dan mengakui anda telah melakukan kesalahan karena berlatih Falun Gong!"

Saya tidak mau terintimidasi, karena saya tahu bahwa Guru selalu di sisi saya untuk melindungi dan mendukung saya.

Sebagai contoh, ketika saya terlalu kewalahan melakukan kerja paksa, dan gagal melakukannya dengan kemampuan saya, entah mengapa tiba-tiba mesin berhenti bekerja, atau cuaca berubah sangat buruk hingga tidak mungkin dapat melakukan pekerjaan apapun di luar, atau penjaga kamp akan mengirim saya, untuk "berbicara."

Ini semua adalah momen berharga yang telah Guru berikan kepada saya, sehingga saya bisa beristirahat dan sedikit memulihkan diri. Selama hati saya tetap teguh tak tergerak, saya selalu melihat jalan yang Guru tunjukkan untuk saya ikuti.

Pada saat itu, praktisi di kamp dapat memperoleh ceramah Guru, jadi kami semua dapat membaca dan mengikuti kemajuan perlurusan Fa.

Pihak berwenang di kamp memperkenalkan siasat baru pada tahun 2001, termasuk pemukulan keras dan penyiksaan menggunakan alat ekstrem, dalam upaya untuk membuat para praktisi melepaskan keyakinan mereka. Suasana menjadi sangat meneror.

Suara letupan tongkat listrik terus menerus terdengar, bercampur dengan teriakan menghina, sumpah serapah, dan jeritan memilukan, bisa didengar di sepanjang koridor dan banyak ruangan setiap hari.

Saya mencoba untuk tetap tenang dan terus melafalkan Fa Guru dalam hati. “Satu tidak bergerak akan menaklukkan seribu yang bergerak!” (Ceramah pada Konferensi Fa Amerika Serikat Tengah)

Hal ini memberikan saya kekuatan batin yang sangat besar.

Beberapa ratus praktisi ditahan di kamp. Beberapa dianiaya sampai meninggal, dan masih banyak lagi yang tersisa, luka parah atau cacat akibat penyiksaan. Hanya beberapa yang belum tersentuh atau dilukai.

Saya sungguh-sungguh berpegang pada setiap perkataan Guru. Hati saya teguh tak tergerak, dan para penjaga meninggalkan saya sendirian.

Suatu hari seorang penjaga muncul di pintu masuk sel kami, berteriak, “Kalian semua dengar. Kami mengharuskan “transformasi” mutlak 100 persen, tapi kami tidak meminta semua orang lulus tes!”

Entah bagaimana saya tahu bahwa dua kalimat pertama tidak ada hubungannya dengan kami, sedangkan kalimat terakhir itu dimaksudkan bagi kami untuk memegang teguh dalam keyakinan kami.

Suatu saat ketika dipanggil ke kantor penjaga, saya menyerahkan selembar kertas. Isinya adalah salah satu ajaran Guru, yang berisi, “Belajar Fa dengan membawa keterikatan bukanlah kultivasi sejati.” (“Melangkah Menuju Kesempurnaan” dari Petunjuk Penting Untuk Gigih Maju II)

Saya merasa cemas dan tegang selama beberapa hari. Bahkan saat melafalkan Fa, pikiran saya terus menerus mencoba membayangkan bagaimana menangani diri sendiri jika penjaga mencoba untuk “mentransformasi” saya.

Saya telah membiarkan hati saya untuk tergerak. Saya tahu bahwa saya harus tetap tenang, tetapi kekuatan lama telah menguasai keterikatan saya. Penjaga itu berkata kepada saya, "Jelaskan apa yang Guru anda tulis. Mari kita lihat apakah anda dapat mengerti dengan benar."

Kata-kata Guru membuat hati saya gentar dan merasakan suka cita. Suka cita, karena saya memegang dan membaca kata-kata Guru. Gentar, karena saya menyadari dari perangai si penjaga, bahwa ia siap untuk mulai beraksi, dan bisa menjadi jahat.

Ada pencerahan dari dalam hati saya. Saya tahu bahwa saya akan salah jika saya bekerja sama dengan dia dengan cara apapun, terutama dalam mencoba untuk menjelaskan Fa dalam situasi seperti ini. Saya akan berbuat dosa.

"Ini terlalu mendalam," jawab saya. "Saya tidak mengerti." Dia menunjukkan jarinya pada saya, dan mengatakan kepada saya untuk pergi dan memikirkan hal ini dengan hati-hati.

Menerima Obat-Obatan Hanya Membuat Situasi Semakin Memburuk

Pada satu hari saya mengalami demam tinggi dan diare. Penjaga yang bertugas mencoba memaksa saya meminum obat agar sembuh, dan mengatakan bahwa jika saya lakukan, saya bisa dibebaskan dari pekerjaan hari itu.

Memikirkan melakukan kerja paksa terlalu berat untuk ditanggung, saya menelan pil yang tepat berada di depannya. Tapi saya tidak sembuh pada hari berikutnya. Bahkan, diare saya memburuk. Saya benar-benar merasa sedih.

Saya menyadari bahwa saya telah berbuat salah, telah menyerah pada keterikatan manusia saya, dan saya menolak untuk meminum obat-obatan lagi.

Saya memberi tahu mereka bahwa saya mempunyai radang usus kronis, dan bahwa kondisi saya tidak akan membaik jika saya tidak meminum obat. Saya memberikan jaminan pada semua orang di sekitar bahwa saya akan sembuh dengan cepat.

Setelah satu minggu berlalu, saya telah benar-benar pulih.

Ucapan Selamat dari Sepupu Saya Setelah Melewati Ujian yang Melelahkan

Dengan perlindungan Guru saya berhasil meninggalkan kamp kerja paksa tanpa terluka.

Saya tinggal bersama kerabat saya selama beberapa hari setelah dibebaskan. Setelah itu sepupu saya mengantarkan saya pulang.

Setelah makan siang di rumah kami, ia menyarankan kami untuk pergi ke kantor polisi untuk mendaftarkan residensi saya. Ayah saya juga ikut.

Saya merasakan ada sesuatu yang tidak benar saat perjalanan menuju ke sana. Pendaftaran residensi dapat dilakukan setiap saat, jadi untuk apa terburu-buru?

Ketika saya memberi tahu sepupu saya tentang hal ini, dia mengatakan kepada saya bahwa ia telah menandatangani kesepakatan dengan polisi untuk membawa saya ke sana, dan bahwa itu bukan masalah besar, karena semua orang yang dibebaskan dari tahanan polisi harus melapor. "Lapor apa?" Saya menuntut penjelasan. "Saya tidak melakukan kejahatan apapun atau melanggar hukum apapun."

Sepupu saya tidak menghiraukan saya dan tetap terus mengemudi. Saya tidak bisa melakukan apapun selain memancarkan pikiran lurus.

Ketika kami sampai di sana, ayah dan sepupu saya langsung mendorong saya menaiki tangga pintu masuk menuju kantor polisi. Sepupu saya kemudian mengatakan kepada polisi mengapa kami berada di sana.

Seorang petugas memerintahkan saya untuk menulis laporan tentang kesalahan apa yang telah saya lakuan, dan mengatakan bahwa mereka akan menyimpannya untuk catatan mereka. "Saya tidak menulis apa-apa," Saya berseru. "Saya baru saja dibebaskan. Saya adalah warga negara bebas secara hukum."

Jantung saya berdebar kencang selama saya mengatakan hal tersebut, tetapi saya tetap bertekad untuk tidak bekerja sama dengan mereka. Jika saya mundur, jika saya gagal menghancurkan kekuatan lama dengan pikiran lurus saya, hal itu akan menyebabkan berlanjutnya penganiayaan.

Ayah saya tiba-tiba mendorong saya ke dinding dan memerintahkan saya untuk menulis. Saya terkejut. Saya tidak percaya bahwa ayah saya sendiri telah benar-benar berpihak pada polisi. Saya menyadari bahwa kali ini saya sendirian, dan harus fokus pada memancarkan pikiran lurus dengan kuat.

Saya membentaknya kembali, “Saya telah ditahan selama beberapa tahun. Saya baru saja pulang ke rumah dan anda memperlakukan saya seperti ini?”

Saat itu, kepala polisi tiba dan ingin tahu apa yang sedang diributkan.

Seorang petugas berkata padanya bahwa saya menolak untuk menulis sebuah pernyataan untuk mereka. Kepala polisi menjawab, "Jika ia tidak ingin menulis, maka ia tidak harus menulisnya."

Saat ayah saya melepaskan cengkramannya, saya mendorongnya, dan berlari ke bawah pergi meninggalkan gedung.

Sepupu saya mengejar. Saya berlari agak jauh sebelum menjatuhkan diri di pinggir jalan, kelelahan.

Sepupu saya akhirnya menangkap saya dan terjatuh di samping saya, terengah-engah dan memaki-maki.

Dia menuntut penjelasan saya mengapa saya kabur. Saya memberitahunya, “Mereka benar-benar tidak masuk akal. Hukum mana yang menuntut warga negara harus membuat pernyataan untuk catatan kepolisian? Saya adalah warga negara bebas. Saya tidak pernah melanggar hukum apa pun atau melakukan kejahatan. Mengapa saya harus mendengarkan dan menuruti permintaan mereka yang tidak masuk akal itu?”

"Lalu kenapa kamu tidak menjelaskan kepada mereka?" Sepupu saya bertanya.

Saya menyadari bahwa saya tidak rasional, tapi masih berseteru, "Selama bertahun-tahun, mereka telah mengintimidasi orang. Satu-satunya hal yang bisa saya lakukan adalah melarikan diri."

Sepupu saya berpikir sejenak, kemudian berkata kepada saya untuk menunggu di sana. Dia pergi ke arah kantor polisi.

Saya menunggu dan menunggu, tapi ia tidak kembali. Saya tidak bisa menunggu lebih lama lagi, jadi saya bangun. Saya nyaris pergi beberapa langkah ketika ia datang mengemudikan mobilnya, dan menyuruh saya untuk masuk.

Dia telah pergi ke kantor polisi dan meminta kepala polisi untuk mengembalikan perjanjian yang telah ia tandatangani. Kepala polisi tidak banyak berbicara. Dia hanya mengambil perjanjian tertulis tersebut dan merobeknya di depan sepupu saya.

Dalam perjalanan pulang, sepupu saya berpaling kepada saya dan berkata, "Selamat! Anda telah melewati ujian lain yang melelahkan."

Saya tahu bahwa Guru sedang menggunakan mulut sepupu saya mendorong saya.

Pikiran Kita Harus Lurus

Saya sedang berada di rumah seorang praktisi suatu pagi pada tahun 2009, ketika saya sangat membutuhkan kamar mandi. Saya muntah, mengalami diare, dan kencing darah. perut saya sakit parah.

Saya segera memakai earphone saya untuk mendengarkan Fa Guru di pemutar kaset, dan memancarkan pikiran lurus.

Rasa sakit tidak mereda, dan saya mulai timbul keinginan untuk mencari bantuan medis.

Saya cepat-cepat menyingkirkan pikiran ini, dan terus mengingatkan diri sendiri, "Saya adalah seorang praktisi. Saya tidak akan menggunakan cara manusia biasa untuk menyelesaikan masalah-masalah saya."

Guru berkata:

“...maka lepaskan hati secara tuntas layaknya seorang pengikut Dafa yang penuh martabat, tanpa memohon tanpa keterikatan, serahkan semuanya pada pengaturan Shifu.” (Ceramah Fa di Los Angeles)

Saya melafalkan kata-kata ini secara berulang dalam pikiran saya.

Rekan-rekan praktisi kemudian datang untuk bergabung dengan saya memancarkan pikiran lurus. Namun, saya masih tidak merasa lebih baik setelah melakukan hal ini selama lebih dari dua jam.

Kami memutuskan untuk berhenti dan beristirahat. Saya meminta mereka untuk menghidupkan DVD ceramah Guru. Saya menenangkan diri untuk menonton dan mendengarkan, memperhatikan secara penuh.

Rasa sakit saya hilang dalam waktu setengah jam. Saya segera benar-benar pulih.

Menyelamatkan Manusia adalah Tanggung Jawab Besar

Ibu saya memiliki batu empedu pada musim panas tahun 2013, dan dibawa ke rumah sakit setempat.

Saya melihat raut wajahnya yang kesakitan dan tahu kalau kekuatan lama sedang menganiaya saya, melalui anggota keluarga saya, karena saya belum berkultivasi dengan cukup baik. Saya segera mencari ke dalam untuk mencari keterikatan saya sambil memancarkan pikiran lurus.

Saya memohon bantuan Guru, dan berbisik kepada ibu saya untuk melafalkan "Falun Dafa baik" dalam hatinya. Dia mengangguk, tapi rasa sakitnya terus berlanjut.

Saya memasang earphone ke telinganya agar dia bisa mendengarkan ceramah Guru. Setelah beberapa saat, dia tenang dan tertidur.

Ketika ia terbangun, ia melihat sekeliling dengan heran. Rasa sakitnya telah sangat berkurang, dan dia ingin terus mendengarkan ceramah Guru.

Rasa sakitnya langsung menghilang setelah sekitar tiga hari. Tapi dokter mengatakan bahwa dia masih membutuhkan operasi, di sebuah rumah sakit yang lebih besar dengan peralatan yang lebih baik.

Kami membawanya ke beberapa rumah sakit besar, tetapi tak satu pun dari banyak dokter bersedia melakukan operasi untuk ibu saya, karena mereka takut dia tidak akan bertahan.

Saya menyarankan agar dia berlatih Falun Gong dengan saya sebagai gantinya. Dia menyetujuinya.

Saya sungguh-sungguh mencari ke dalam, dan menemukan bahwa saya telah mengulur-ulur waktu dalam kultivasi. Saya mengambil tindakan segera untuk memperbaiki situasi. Saya meningkatkan waktu untuk belajar Fa, melakukan latihan, dan meningkatkan Xinxing saya.

Pada saat yang sama, saya mengajar ibu saya latihan dan membaca Fa Guru dengan dia. Dia sendiri dengan rajin juga melafalkan "Falun Dafa baik”.

Kondisi ibu saya membaik dalam waktu dua minggu. Perutnya sudah tidak terasa sakit, dan  pembengkakan mulai menyurut. Lebih penting lagi, dia membulatkan tekad untuk ikut serta ke dalam kultivasi Dafa.

Sekarang dia sehat dan penuh energi, dan sering pergi ke peternakan terdekat untuk bekerja dan menghasilkan uang tambahan untuk keluarga.

Ketika keluarga dan kerabat saya menyaksikan keajaiban yang terjadi pada ibu saya, mereka berhenti memiliki sikap negatif terhadap Dafa.

Misi Kita adalah untuk Menyelamatkan Makhluk Hidup

Saya terus mengingatkan diri sendiri bahwa misi seorang praktisi adalah untuk menyelamatkan makhluk hidup. Ini adalah tujuan hidup saya, dan alasan sebenarnya saya dilahirkan ke dunia ini. Oleh karena itu, saya mencoba yang terbaik dengan mengambil setiap kesempatan untuk menyelamatkan orang-orang.

Bayangan masalah penyakit kerap menguji keyakinan saya. Saya tahu jika saya bersantai dan membiarkan diri saya berbaring menikmati kenyamanan untuk beristirahat, saya akan merasa tidak nyaman, karena saya akan mengulur waktu dalam menyelamatkan makhluk hidup.

Jadi, sangat sering ketika saya merasa kurang sehat, saya masih mengambil materi informasi Dafa, dan pergi keluar untuk membagikannya. Saya merasa nyaman dan masalah fisik saya hilang dengan cepat setiap kali saya melakukan hal-hal untuk penyelamatan makhluk hidup.

Setiap kali saya aktif dalam menyelamatkan orang, hal ini tercermin positif dalam kinerja pekerjaan saya - saya bekerja di bagian penjualan. Namun, ketika saya mengendur, saya gagal untuk mencapai banyak hal.

Beberapa malam yang lalu, saya bermimpi ada objek yang jatuh ke bumi, tepat di tengah-tengah daerah penduduk. Orang-orang berlarian, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Saya tahu itu adalah tanda bencana yang menjulang, dan saya harus mempercepat dalam menyelamatkan manusia.

Saya membulatkan tekad diri saya akan lebih banyak belajar Fa dan lebih rajin berkultivasi dari sekarang.

Chinese version click here

English version click here