(Minghui.org) Praktisi Falun Gong di Distrik Huairou, Beijing mendapat ancaman setelah mengajukan tuntutan hukum terhadap Jiang Zemin, mantan ketua Partai Komunis Tiongkok yang memulai penganiayaan terhadap Falun Gong pada tahun 1999.

Dipimpin oleh Peng Lixia, wakil walikota distrik dan ketua Komite Urusan Hukum dan Politik, Kantor 610 Huairou di berbagai tingkat, departemen kepolisian dan cabang-cabangnya, serta kantor administrasi pemukiman pergi ke rumah praktisi.

Mereka berusaha untuk memaksa praktisi menandatangani pernyataan dan mengancam akan mengirim mereka ke pusat cuci otak atau penahanan, sebagaimana diperintahkan oleh pemerintah Kota Beijing.

Setelah Peng Lixia menduduki jabatannya pada awal tahun ini dan mengumumkan rencananya untuk menindak keras terhadap Falun Gong pada penampilannya di TV, puluhan praktisi di Huairou ditangkap, ditahan, dan dikirim ke pusat cuci otak. Lebih dari 100 praktisi diancam dan diintimidasi di rumah. Sekarang, makin banyak praktisi ditangkap dan dikirim ke pusat cuci otak.

Di Kecamatan Jiuduhe, Distrik Huairou, kebanyakan praktisi diganggu berulangkali. Kepala Kantor 610 Kecamatan Jiuduhe, Chen Huaiqing kemudian mengunjungi rumah ke rumah praktisi, menekan mereka untuk menandatangani pernyataan yang telah disiapkan.

Zhou Fengqin, Wang Weidong (putra dari Zhou), Sun Fuhua, Li Wenqin, dan beberapa lainnya di Desa Huanghuazhen menjadi korban terakhir dari gangguan polisi. Chen Huaiqing dan polisi setempat pergi ke rumah mereka untuk mengumpulkan “tanda tangan penyesalan.” Praktisi dan keluarga mereka diancam akan dianiaya jika mereka menolak untuk memberi tanda tangan.

Setelah memberikan tanda tangan di bawah paksaan, Wang Weidong menyadari kesalahannya. Ia menelepon kepala Kantor 610 Chen Huaiqing untuk mengambil surat yang telah ditandatanganinya.

Melalui telepon, Wang berkata kepada Chen bahwa ini adalah hak konstitusinya untuk menuntut Jiang Zemin. Ia meminta Chen mengembalikan surat itu kepadanya. Wang juga memberitahu Chen bahwa ia akan melakukan apapun untuk mendapatkan kembali surat itu, termasuk mengajukan tuntutan ke Kejaksaan Agung dan mengunjungi rumah Chen. “Saya tidak takut sama kamu,” kata Wang.

Chen Huaiqing meminta Wang mendatangi kantornya untuk mengambil surat tersebut. Setelah Wang tiba di Kantor 610, ia tidak menemukan Chen. Setelah menelepon ponsel Chen, Chen akhirnya datang dengan membawa surat pernyataan tersebut. Chen dengan gugup meminta Wang menenangkan diri. Ini adalah perbedaan yang sangat besar dibandingkan sikap otoritas di masa lalu.

Chinese version click here
English version click here