Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Semua Kesengsaraan Dapat Diatasi dengan Mengikuti Ajaran Guru

29 Sep. 2016 |   Oleh praktisi Falun Gong di Henan, Tiongkok

(Minghui.org) Sebuah mobil menabrak saya ketika saya menyeberang jalan sekitar jam 18.00 di permulaan musim dingin tahun 2010. Dengan tenang saya berkata kepada Guru di dalam hati, “Guru, saya baik-baik saja.”

Ketika mendapatkan kesadaran, tubuh saya terasa remuk. Seorang wanita menyentuh kepala, wajah dan hidung serta berbicara kepada saya. Saya memeriksa apakah ada pendarahan. Beberapa orang berteriak, ”Cepat panggilkan ambulans.”

Saya tidak bisa berbicara namun bisa merasakan organ dalam saya menempati ke posisinya. Saya bisa bicara setelah itu. Saya memberi isyarat kepada wanita itu untuk mendekat ke mulut saya. Ia membungkukkan kepalanya supaya bisa mendengar. Saya berkata kepadanya, ”Saya adalah praktisi Falun Gong. Guru saya mengurus saya. Aku baik-baik saja. Terima kasih.”

Ia berkata dengan gembira dan nyaring kepada orang-orang yang berkumpul, ”Ia adalah pengikut Buddha.” Saya memintanya untuk membantu saya berdiri. Saya mengatupkan kedua telapak tangan di depan dada (heshi) kepadanya untuk mengungkap rasa terima kasih. Dua ambulans datang. Saya mengatakan ke paramedis bahwa saya baik-baik saja dan berterima kasih kepada mereka.

Sebuah mobil polisi datang juga. Seorang penonton telah mencatat dua digit terakhir dari nomor plat mobil yang menabrak saya. Ia meminta polisi untuk menangkap sopirnya. “Ia tidak sengaja menabrak saya. Ia pasti sedang terburu-buru dan tidak sengaja menabrak saya. Saya baik-baik saja. Lupakan,” kata saya. Petugas polisi dengan gembira berkata, ”Baguslah kamu tidak apa-apa. Ada kecelakaan lain di depan yang menunggu saya. Semuanya bubar.”

Ini adalah salah satu keajaiban yang saya alami setelah berlatih Falun Gong.

Kerabat yang Sehat

Saya perhatikan bahwa salah satu kerabat saya tidak menderita asma lagi dan rambut ubannya berubah menjadi hitam pada tahun 1998. Saya bertanya apa yang membuat kesehatannya begitu bagus. Ia berkata telah berlatih Falun Gong selama dua tahun. Saya meminjam semua buku Falun Gong darinya. Saya membaca satu buku sehari dan mengikuti instruksi di buku untuk melakukan latihannya.

Pada hari keenam, ada reaksi kuat dari penghapusan karma. Saya merasakan nyeri amat sangat di perut. Selama enam hari, saya meringkuk di ranjang dengan kesakitan. Saya sendirian di rumah saat itu. Saya tidak bisa makan atau minum. Saya berpikir, ”Ini bagus. Guru mengurus saya.” Semua penyakit saya lenyap sejak itu. Saya merasa sangat gembira.

Penganiayaan dimulai pada tahun 1999. Saya pergi ke Beijing pada musim panas 2000 untuk memberitahu pemerintah bahwa Falun Gong baik bagi semua orang dan saya sendiri mendapat manfaat kesehatan darinya. Saya ditangkap dan ditahan. Seorang polisi wanita mengunjungi saya keesokan hari. Tanpa berkata apa-apa ia menampar wajah saya dua kali.

Pada hari ketiga, ia memanggil saya ke kantornya dan menanyakan nama saya. Saya memberitahu nama saya. Ia mengulangi kata-kata saya dan tiba-tiba menusuk mata saya dengan jari telunjuk dan jari tengah kanannya. Mata saya terasa sakit dan berdarah. Setelah kembali ke sel, semua orang terkejut melihat saya. Luka seperti itu biasanya menimbulkan kebutaan jika tidak dirawat dengan baik. Saya baik-baik saja setelah dibebaskan.

Lebih Sakit

Perut saya sakit lagi pada Februari 2013. Sakitnya tidak pernah saya rasakan seperti itu. Selama 10 hari lebih saya tidak bisa makan. Suami mengambil cuti dari pekerjaan untuk merawat saya. Akan tetapi saya tetap menjalankan rutinitas dan tidak pernah ketinggalan belajar bersama.

Seorang rekan praktisi meminta saya ke rumahnya untuk mendiskusikan proyek meningkatkan kesadaran terhadap penganiayaan. Ia memberi secangkir susu kepada saya. Saya berkata, ”Saya belum makan selama berhari-hari. Saya tidak berani minum susu dingin.”

Ia berkata, ”Minumlah. Tidak masalah.” Ia menghangatkan susu dan memberikan pada saya. Dengan sedikit segan saya meminumnya. Tidak terjadi apa-apa. Kemudian di hari itu, putra saya memasakkan bakmi untuk saya. Saya memakan dua mangkuk. Semua di keluarga gembira melihat saya makan lagi. Dengan begini, saya melewati kesengsaraan.