(Minghui.org) Terima kasih kepada Guru yang mulia, saya merasa beruntung menjadi pengikut Dafa di masa pelurusan Fa, Guru telah memberikan lingkungan, keluarga serta teman-teman praktisi yang sangat mendukung, terutama di masa-masa awal kultivasi saya. Terima kasih kepada teman-teman praktisi yang tiada hentinya membantu dan mengingatkan saya untuk senantiasa gigih maju. Saya menyadari bahwa masih ada banyak hal yang belum saya lakukan dengan baik. Namun Guru yang belas kasih senantiasa melindungi dan membimbing saya.

Bertemu Dafa Di Usia Muda

Pertama kali saya mengenal Dafa tahun 2001 melalui ibu. Ibu menderita luka bernanah di permukaan lambung yang menyebabkan perutnya membengkak dan keras. Paman saya kemudian memperkenalkan Falun Dafa kepada ibu dan menyarankannya untuk berlatih. Ibu menerima sarannya dan segera mencari tempat latihan terdekat. Kondisi ibu berangsur-angsur membaik setelah berlatih dan pulih sepenuhnya dalam waktu 2½ bulan.

Ibu kemudian memberi dan menyarankan saya untuk membaca buku Zhuan Falun. Saya menerima buku tersebut, namun hanya menyimpannya di kamar selama bertahun-tahun.

Tahun 2003, saudari perempuan saya mengikuti jejak ibu dan mulai berlatih Dafa. Semenjak berlatih, kebiasaan-kebiasaan buruknya berangsur-angsur hilang dan ia menjadi lebih menghargai hidup. Meski telah menyaksikan sendiri perubahan yang terjadi pada mereka berdua, namun saya masih enggan untuk berlatih, hingga Agustus 2008, sebuah musibah menimpa saya.

Sebuah Pukulan Telak

Di awal usia dua puluhan, saya baru saja lulus dari perguruan tinggi. Penuh ambisi saya merintis karir dan bekerja keras mengejar cita-cita. Di tempat kerja, konflik kepentingan dan materi seringkali terjadi di antara sesama rekan kerja. Mengetahui bagaimana persaingan dan menantangnya dunia kerja, saya berpikir bahwa menjadi orang jujur dan baik hanya akan membuat saya dipandang rendah.

Saya sangat terikat pada nama dan kepentingan. Tidak jarang saya mengalami insomnia, khawatir terhadap hal-hal kecil yang bisa memengaruhi kepentingan pribadi saya. Setelah bertahun-tahun bergelut dalam lingkungan yang tidak sehat di tempat kerja, saya menderita migrain yang cukup parah. Kondisi ini berlangsung lama dan setiap kali kambuh saya hanya bisa mengatasinya dengan minum obat.

Pada tahun 2008, saya mengidap gejala kanker payudara. Saya merasakan nyeri di kedua sisi payudara kanan dan kiri. Setelah 4 bulan, nyeri sakitnya bertambah parah. Kulit di sekitar area yang nyeri menjadi berkerut dan berubah hitam seperti daging busuk. Mendadak saya merasakan keputusasaan yang mendalam.

Saat itu, saya tinggal sendiri di luar kota, jauh dari orang tua dan tidak tahu kepada siapa harus berbagi. Untungnya, saudara perempuan saya baru saja kembali dari luar negeri dan tinggal di tempat saya selama beberapa bulan. Selama tinggal, ia mendorong saya untuk belajar Dafa dan berlatih gerakan setiap hari. Dia juga menceritakan pengalamannya sembuh dari malaria stadium 4.

Melalui membaca buku Zhuan Falun, saya menyadari tujuan hidup, mengapa saya datang ke dunia dan mengapa manusia harus menderita. Seiring saya memperoleh pemahaman baru, saya memohon maaf kepada Guru dan bertekad untuk Xiulian.

Awalnya tidak mudah karena saya harus menahan rasa nyeri yang hebat. Namun saya sadar tidak boleh terikat pada kesembuhan, saya harus mengubah pandangan saya terhadap dunia. Saya bekerja keras mencari ke dalam, menemukan kekurangan-kekurangan diri dan memperbaikinya.

Saya mulai merasa lebih baik setelah seminggu berlatih. Perasaan nyeri tidak lagi sering muncul, tapi bentuk dan warna kulit yang membusuk belum menunjukkan perbaikan yang berarti.

Suatu pagi memasuki minggu ketiga. Saya masih ingat dengan sangat jelas. Saya bangun dan langsung berlatih gerakan seperti biasa. Tetapi hari itu saya merasakan sesuatu yang berbeda. Saya merasa sangat bertenaga dan bersemangat. Betapa takjub ketika saya menemukan semuanya sudah kembali normal. Bentuk dan warna kulit saya kembali seperti awal dan perasaan nyeri tidak muncul lagi. Perubahan ini terjadi dalam waktu satu malam. Migrain yang biasa saya alami juga tidak pernah kembali lagi. Saya menjadi sehat dan tidak pernah menyentuh obat sejak saat itu.

Membuktikan Kebenaran Fa di Lingkungan Kerja

Guru selalu mengingatkan kita untuk menyingkirkan nama, kepentingan dan perasaan:

“Singkirkan nama, qing dan kepentingan
Kesulitan apa yang dapat menghalangi orang suci.”
(Melangkah di Tengah Tao – Hong Yin 2)

“Xiulian itu sendiri tidaklah menderita, kuncinya adalah tidak sanggup melepas keterikatan manusia biasa. Ketika nama, kepentingan dan perasaan kalian harus dilepas barulah terasa menderita.”

(Sejati Berkultivasi – Petunjuk Penting untuk Gigih Maju 1)

Selama sekian tahun kultivasi, saya menemukan banyak sekali keterikatan. Saya memahami bahwa setiap keterikatan saya berasal dari tiga hal: nama, kepentingan dan perasaan. Saya menyadari adalah penting bagi saya untuk mengidentifikasi setiap keterikatan dan menyingkirkannya, karena keterikatan manusia ibarat lapisan batang pohon, selapis disingkirkan, masih ada sangat banyak lapis lainnya yang harus disingkirkan.

Guru telah mengingatkan kita :

“Menjadi sangat terikat terhadap kepentingan materi dan uang, apakah itu xiulian? Saya beritahu anda sekalian, uang adalah halangan terbesar bagi seorang xiulian.” (Ceramah Fa di New York 1997)

Saya masih ingat, tahun kedua setelah berkultivasi, saya membantu seorang pelanggan melunasi hutang. Berdasarkan data pembayaran, pelanggan ini memang punya catatan yang buruk. Alhasil, ia kesulitan membayar hutang-hutangnya. Meski saat itu, gaji yang saya terima besarnya hanya setengah dari jumlah hutang, saya tetap melunasi seluruhnya. Pada akhirnya, pimpinan mengetahui bahwa sayalah yang membayar hutang pelanggan, dan ia memutuskan untuk mengembalikan setengah pembayaran. Peristiwa ini terjadi sebulan sebelum saya berhenti bekerja.

Saya lalu pindah ke perusahaan lain, di mana pimpinan baru saat ini adalah teman dari mantan pimpinan sebelumnya. Selama percakapan dalam wawancara, saya menemukan bahwa ternyata mantan pimpinan sayalah yang telah merekomendasikan saya, ia mengatakan bahwa saya jujur dan bisa dipercaya. Besar gaji yang ditawarkan tepat sejumlah gaji saya di perusahaan sebelumnya dan jumlah hutang pelanggan yang saya bayar.

Perusahaan baru ini terletak di luar kota. Pimpinan mengatakan bahwa saya diizinkan tinggal di rumahnya bersama dengan seorang kerabatnya yang telah lebih dulu bekerja di sana. Kami diberi fasilitas yang sama termasuk makanan gratis dan transportasi.

Tinggal di sebuah rumah yang mewah, dengan segala sesuatunya tersedia, semuanya sungguh di luar perkiraan saya. Saya kemudian berpikir, apakah seorang praktisi mendambakan kehidupan yang nyaman? Tidak seharusnya biaya hidup saya menjadi beban bagi pimpinan. Sebagai seorang kultivator, saya harus memikirkan orang lain dan tidak mengambil keuntungan atas manfaat apa pun. Akhirnya saya putuskan untuk pindah dan mencari tempat tinggal baru. Kini saya bisa menanggung semua pengeluaran sendiri.

Di sana saya bekerja sebagai manajer akuntansi. Kerabat dari pimpinan adalah seorang wanita, ia membantu saya di bidang keuangan. Karakternya tegas dan dominan didukung nada bicara yang keras sehingga terkesan kasar dan arogan. Semua orang di kantor berusaha menjaga jarak dengannya.

Meski apa yang saya dengar dari berbagai pihak terdengar kurang berkenan, namun saya mencoba untuk tetap tenang dan bersikap baik padanya. Saya pikir bukan kebetulan saya ditempatkan untuk bekerja dan berada dalam satu ruangan dengannya.

Suatu saat, ia menerima kiriman paket dari kantor pusat, yang di dalamnya terdapat titipan untuk saya. Tanpa berkata-kata, ia melemparkan paket itu ke meja saya dan menimbulkan bunyi yang keras. Paket itu mendarat tepat di hadapan saya.

Kaget bercampur kesal, saya menoleh ke arahnya. Tapi dia tak sekalipun melihat saya. Tanpa rasa bersalah, dia berkata dengan santai: "Itu punyamu kan.”

Saya menahan emosi dan mengingatkan diri bahwa saya bukanlah manusia biasa, saya harus menunjukkan toleransi dan berbelas kasih. Dengan niat ini, saya tersenyum dan berterima kasih padanya.

Pada kesempatan lain, ia sedang berbincang di telepon dengan seorang rekan dari kantor pusat. Mereka tengah membahas tentang sebuah pekerjaan tambahan yang harus segera dilakukan. Ketika menyinggung siapa yang akan melakukan tugas tersebut, dengan suara lantang, dia berujar: "Suruh dia tuh yang nganggur (sambil menunjuk ke arah saya).”

Sebagai atasannya, saya merasa kecewa, marah dan direndahkan.

Tiba-tiba saya teringat perkataan Guru,

“Saya beri tahu kalian, sebagai orang Xiulian anda juga berada di tengah manusia biasa, anda harus mendengar hal-hal yang tidak enak didengar itu, anda harus dapat mendengar hal-hal yang tidak enak didengar itu, jika tidak demikian, masalah Xiulian yang paling dasar ini anda belum mengatasinya, anda masih mengatakan diri anda adalah pengikut Dafa.”

“Di tengah konflik ada banyak faktor disebabkan berperannya hal ini, siapa saja begitu tersentuh oleh hal ini langsung jadi emosional. Hatinya pun tersentak, pada saat demikian tak terpikirkan lagi untuk bertanggung jawab demi Fa, melainkan diri sendiri tak mau mengalah.” (Ceramah Fa pada konferensi Fa Chicago 2004)

Saya menyadari bahwa saya tidak pernah memperlakukannya sebagai makhluk hidup untuk diselamatkan. Belas kasih saya adalah palsu. Saya memandang rendah padanya dan tidak pernah menghormatinya. Saya berpikir bahwa perilakunya buruk dan memalukan.

Perkataan dia persis menunjukkan keterikatan saya terhadap nama dan kepentingan. Saya seharusnya bersyukur dan berterima kasih karena dia telah membantu saya menemukan kekurangan saya.

Hari-hari berikutnya, dia tidak pernah lagi membicarakan masalah itu. Saya akhirnya mengetahui bahwa ia telah mengerjakan pekerjaan tambahan itu sendiri.

Memberi Tahu Teman Kerja 9 Kata Ampuh

Semua rekan di tempat kerja saya tahu saya berlatih Falun Gong. Saya selalu menggunakan prinsip-prinsip Fa sebagi bimbingan dalam kehidupan sehari-hari.

Seorang staf baru adalah seorang karyawan kontrak. Dia membantu saya di bagian administrasi. Suatu pagi, saya melihatnya naik tangga sambil memegangi punggungnya. Dia cerita bahwa sudah 3 hari ini dia merasakan sakit punggung. Awalnya, dia mengira bahwa rasa sakitnya bakal hilang dalam beberapa hari. namun rasa sakit itu malah semakin parah sampai-sampai dia tidak bisa membungkuk dan kesulitan menaiki tangga. Dia bertanya pada saya apakah dia bisa dapat penggantian biaya pengobatan dari perusahaan.

Saya katakan padanya, “Setahu saya tidak ada fasilitas asuransi bagi karyawan kontrak. Saya juga tidak pasti apa perusahaan akan mengganti biaya pengobatanmu. Supaya lebih jelas coba tanya saja ke personalia.”

Saya lanjut berbicara, “Kamu tahu kan saya berlatih Falun Dafa. Saya juga pernah memberi tahu kamu tentang latihan ini. Nanti setelah kamu pulang ke rumah, cobalah sebut Falun Dafa baik, Sejati Baik Sabar baik. Ucapkan sesering mungkin seingat kamu, tapi harus tulus dari hati ya.”

Dia mengangguk dan tersenyum.

Saya kembali ke ruangan saya dan memikirkan kata-kata yang baru saja saya ucapkan. Saya sudah membaca banyak sekali artikel pengalaman di situs web Minghui tentang bagaimana para praktisi di Tiongkok memberi tahu orang-orang untuk mengucapkan kalimat itu, dan hasilnya benar-benar nyata. Ini pertama kalinya saya memberi tahu orang biasa untuk mengucapkannya, aduh, apakah hal ini berlaku ya.

Saya mendadak bingung. Saya mencari Ceramah guru. Guru berkata,

“Tetapi jika ucapan Dafa baik itu muncul dari lubuk hati, itu juga akan memerankan efek. Maka bagaimana hasilnya, tergantung kondisi kesungguhan hati dan lingkungan. Lingkungan sangat baik, sangat longgar, tidak ada tekanan, juga harus lihat kondisinya. Ini adalah penampilan hati seseorang.” - Ceramah Fa pada Konferensi Fa New York Tahun 2010

Seketika saya sadar, saya tidak boleh meragukan Guru dan Dafa.

Esok harinya, dia masuk ke ruangan saya untuk memberikan laporan. Dengan riang, dia berkata, “Iya mendingan mbak, sudah tidak terlalu sakit lagi, tadi pagi saya sudah bisa bungkuk.” Saya tanya padanya, “Apa kamu ada sebut kata-kata yang saya bilang kemarin?”. Dia menjawab “Iya mbak, saya sebut beberapa kali, makasih banyak ya mbak.”

Saya merasa lega sekaligus senang untuknya. Saya sungguh merasakan belas kasih Guru yang mulia. Saya tidak boleh ragu lagi lain waktu jika memberi tahu orang tentang kata-kata ajaib ini.

Kultivasi, Koordinasi dan Kerja Sama Adalah Berhubungan

Meski pernah terlibat dalam banyak proyek, namun tidak pernah terpikir oleh saya untuk mengambil peran utama. Perasaan iri hati, cemburu, takut dikritik, serta kurangnya rasa percaya di antara sesama rekan praktisi, menyebabkan halangan bagi saya untuk melangkah maju.

Guru berkata, “Kalian gembira merasa puas diri dengan sekelumit prestasi yang dicapai diri sendiri, apakah anda telah berlaku sebagai pemeran utama? Anda bahkan peran pendamping juga belum diwujudkan, ada yang sedang berperan sebagai badut! Apakah ini yang sepatutnya dilakukan oleh pengikut Dafa?” - Ceramah Fa pada konferensi Fa New York 2013

Saya semakin paham mengapa Guru selalu menekankan pentingnya bekerjasama dan satu tubuh.

Tahun lalu, kami bekerja sama dengan dua universitas terkemuka di Jakarta menyelenggarakan pameran foto “The Journey of Falun Dafa” serta pemutaran film “Tears and Blood Behind Made in China”. Ide ini berawal dari pemahaman beberapa teman praktisi agar semakin banyak kalangan akademis yang memahami fakta kebenaran serta membuka mata masyarakat agar tidak secara langsung terlibat dalam kejahatan kemanusiaan. Kali ini saya memutuskan untuk mengambil peran sebagai koordinator.

Lebih dari 100 orang mahasiswa dan dosen menghadiri pemutaran film pada event pertama, dan 300 orang pada event berikutnya. Kami bekerja sama dengan baik dan melakukan segala sesuatunya sesuai rencana. Kami juga menerima sebanyak 300 lebih tandatangan pelaporan kejahatan Jiang.

Langkah yang kami ambil tampaknya cukup signifikan. Saya menyadari banyak hal selama proses. Guru membiarkan saya melihat kelebihan teman-teman praktisi dengan rasa hormat yang mendalam. Insiden ini mengingatkan saya kembali bahwa peningkatan kita sebagai satu tubuh lebih penting daripada peningkatan secara individu. Sesuatu hal dilakukan secara bersama akan mewujudkan keberhasilan yang nyata.

Saya menyadari bahwa selain bekerja sama, saya perlu mempertahankan pikiran lurus karena jalan di depan masih amat panjang. Kesulitan mulai terasa di awal membentuk tim. Hanya beberapa yang menawarkan bantuan, yang lain memilih diam, ada juga yang tak segan menolak. Minimnya pengalaman dan mendesaknya waktu persiapan membuat pekerjaan menjadi kian menantang. Beberapa kali saya merasa buntu, tidak tahu harus berbuat apa.

Waktu tinggal 5 hari, kami masih kekurangan relawan. Saya berusaha tetap tenang dan memancarkan pikiran lurus. Saya percaya apabila kita meletakkan hati sepenuhnya demi pembuktian kebenaran Fa dan penyelamatan mahkluk hidup tanpa membawa kepentingan pribadi, para dewa akan mengulurkan tangan untuk membantu. Saya perbanyak belajar Fa, mencari ke dalam, dan memancarkan pikiran lurus. Tiga hari menjelang acara, saya kembali membuka pembicaraan di grup. Kali ini situasinya berbeda. Satu per satu orang mulai menawarkan bantuan, dan percakapan seketika menjadi sangat responsif. Beberapa teman yang tadinya pasif berubah aktif. Seorang rekan yang sebelumnya menolak akhirnya memberi kepastian untuk mendukung. Teman-teman kini mampu melihat situasi dengan lebih jelas.

Satu hari sebelum acara, sesuai rencana rekan-rekan praktisi datang pada waktunya. Semua orang mengerjakan bagiannya masing-masing. Kami bekerja cukup kompak. Menjelang pukul 9 malam, teman-teman sudah selesai dengan tugasnya dan bersiap pulang. Lampu sorot yang kami pesan baru datang sehingga saya bersama 2 orang rekan harus tinggal dan bekerja hinggal pukul 03:00 (pagi).

Saat sedang menyetting panggung, seorang pria menghampiri saya dan bertanya apa yang sedang saya kerjakan. Kami pun berbincang sekitar ½ jam. Beliau adalah dosen universitas. Beliau menjadi tertarik setelah saya jelaskan manfaat dari Falun Dafa dan bahwa latihan ini telah tersebar di 114 negara. Sebelum pergi, ia memberikan dua jempol dan berkata, “Ok, terus lanjutkan.” Lagi-lagi Shifu menyemangati kami.

Tibalah hari acara, acara dibuka oleh dekan fakultas Ilmu sosial & politik. Ia menyampaikan dukungannya kepada kami dan mengajak para mahasiswa untuk mengenali dengan jelas penindasan kejam oleh Partai Komunis Tiongkok terhadap praktisi Falun Gong. Seremoni pembukaan dilanjutkan dengan parade barisan Genderang Pinggang berkeliling kampus dan pameran foto.

Pada sore hari, dekan fakultas memanggil dan memberi tahu kami bahwa seseorang meletakkan sepucuk surat kaleng di atas mejanya yang berisikan info negatif tentang Falun Dafa. Ia juga menyampaikan rasa herannya karena berdasarkan pengalaman sebelumnya, universitas juga pernah mendatangkan beberapa pakar dari gerakan garis keras keagamaan, namun tidak pernah ada kejadian seperti ini.

Masalah ini kemudian kami sharingkan dengan beberapa teman dari tim. Kami akhirnya sepakat untuk tidak menyebarluaskan informasi ini kepada yang lain dan mengajak seluruh rekan praktisi untuk terus memancarkan pikiran lurus. Kami yakin sepenuhnya pada Shifu bahwa kekuatan belas kasih dan pikiran lurus dari semua praktisi akan mampu mencerai-beraikan kejahatan di ruang dimensi lain.

Satu hari kami lewati dengan baik. Kami tahu perjuangan kami belum berhenti di sini. Hari berikutnya adalah pemutaran film. Sebanyak ratusan orang mahasiswa dan dosen menghadiri acara ini. Moderator acara dipandu oleh dekan fakultas sendiri dan didampingi dua orang narasumber eksternal.

Kejahatan kembali mengganggu di awal acara. Seorang wakil rektor yang mewakili pihak universitas memberikan pidato sambutan yang cenderung negatif. Anehnya, suaranya tidak terdengar bahkan setelah saya maju mendekat. Rekan praktisi yang duduk di dekatnya memberi tahu kami bahwa ternyata, apa yang dikatakannya adalah semua informasi yang ada pada surat kaleng itu. Sekali lagi kami merasakan bahwa kekuatan Dafa dan pikiran lurus rekan-rekan.

Pemutaran film berlangsung tenang. Selama pemutaran, banyak mahasiswa bereaksi, terutama saat menyaksikan adegan praktisi Falun Gong yang disiksa dalam kamp kerja paksa. Acara dilanjutkan dengan tanggapan dari kedua narasumber menyusul sesi tanya jawab. Acara keseluruhan berlangsung lancar. Di akhir acara, dekan fakultas memberikan kata penutup. Ia kembali menyampaikan dukungannya kepada kami dan menghimbau kepada mahasiswa agar seyogyanya berwawasan luas dan dengan adanya keterbukaan informasi memberikan peluang bagi insan akademis untuk membandingkan informasi antara satu sumber dengan sumber lainnya. Kedua narasumber juga turut menyampaikan simpatinya kepada kami dan menyarankan kami untuk menyosialisasikan fakta kebenaran ini ke masyarakat agar semakin banyak orang yang tahu. Acara ditutup dengan berfoto bersama para dosen dan mahasiswa.

Melalui kejadian ini, saya menyadari bahwa saya harus melihat segala sesuatunya dari sudut pandang kultivasi pelurusan Fa untuk sepenuhnya menyangkal pengaturan kekuatan lama. Tidak terpusat pada kekurangan dari rekan-rekan praktisi, mencari ke dalam, dan berbelas kasih kepada teman praktisi, semua itu akan memperkuat tubuh kesatuan, dengan demikian barulah kita bisa menyangkal kekuatan lama. Tidak ada hal yang kebetulan. Kita tahu bahwa kesempatan kali ini hanya ada sekali. Di masa berikutnya setelah mencapai kesempurnaan, kita ingin saling bertemu sungguh terlampau sulit. Marilah kita menyayangi takdir kesempatan ini, menyayangi teman-teman praktisi dan menyayangi semua yang diatur Guru untuk kita. Menyayangi lingkungan kultivasi ini sama juga menyayangi diri sendiri dan menyayangi belas kasih Guru yang mulia.

Saya menyadari bahwa jika seorang praktisi gagal berkultivasi dengan baik, dia akan menimbulkan kerugian terhadap penyelamatan semua makhluk, jika seorang praktisi melalukan segalanya dengan lurus, dia akan mengekang, bahkan memusnahkan faktor-faktor yang tidak lurus di sekelilingnya dan melakukan dengan baik dalam penyelamatan semua mahkluk. Karena itu kita harus gigih berkultivasi.

Mohon ditunjukkan dengan tulus jika ada yang tidak sesuai Fa.

Terima kasih Guru, terima kasih rekan-rekan praktisi.