(Minghui.org) Salam kepada Shifu! Salam kepada rekan praktisi!

Saya mendapatkan Fa saat Festival Lampion di Hsinzhu pada 2013. Saya mendengar suara musik yang menggetarkan jiwa dari Tian Guo Marching Band dan melihat para praktisi yang berusia lanjut dengan tegar dan semangat tanpa lelah membawa terompet dan drum yang begitu besar. Waktu itu saya berpikir, “Kelompok apa ini, mengapa di usia begitu lanjut masih memiliki semangat sehebat ini!?” Dengan penasaran, ditambah kondisi fisik yang lemah saat itu, saya pun masuk ke dalam lingkungan Dafa. Sampai sekarang sudah tiga tahun lamanya.

Sesungguhnya, menulis pengalaman adalah proses melenyapkan keterikatan hati. Sebab harus mengungkap segala kekurangan diri dalam proses kultivasi sejak mendapatkan Fa sampai sekarang. Yang pertama adalah harus berkultivasi sejati dan membuang rasa takut serta sifat gengsi.

Sejak kecil saya rutin harus mengonsumsi obat-obatan, dua tiga hari sekali harus ke klinik menebus obat, dalam setahun lebih dari seratus hari di antaranya saya harus mengonsumsi obat. Tiga bulan setelah Xiulian (berkultivasi dan berlatih), Shifu mungkin melihat saya memiliki niat hati Xiulian, dalam setengah tahun membuat saya berkali-kali melenyapkan karma, setiap selang beberapa waktu saya mengalami pemurnian demam tinggi dan flu, hati saya juga diuji. Saat pertama kali demam, sebab khawatir dan takut, saya pun minum obat penurun panas, tapi setelahnya sangat menyesal! Saya berkata di dalam hati harus menjaga Xinxing (kualitas moral), lalu kedua kali kondisi yang sama timbul lagi, istri buru-buru menyodorkan obat dan meminta agar saya meminumnya karena ia sangat khawatir akan kondisi saya, waktu itu saya langsung ambil obat itu dan buang ke tong sampah, dan berkata pada istri: Shifu akan selalu melindungi saya, dijamin tidak akan terjadi apa pun, dua hari kemudian pasti akan sembuh, dan ternyata benar dua hari kemudian saya pun sembuh.

Tahun pertama mendapatkan Fa, pada dasarnya saya dalam kondisi berkultivasi seorang diri. Masih segar dalam ingatan, pertama kali berlatih Gong di tempat latihan, pembimbing meminta saya bersila tunggal dan kaki tidak boleh diturunkan. Waktu itu baru sebulan berlatih, bagi saya ini adalah sebuah ujian sangat besar. Tapi melihat rekan praktisi yang telah latihan bertahun-tahun duduk bersila tunggal dan boleh diturunkan, bahkan ada yang bersila sesukanya, waktu itu hati saya sungguh bergejolak, sangat tidak memahami tuntutan pembimbing, dalam hati saya berpikir: “Mengapa menuntut saya begitu ketat!?” Saat saya berniat menurunkan kaki, tiba-tiba kata-kata Shifu mengiang ke dalam pikiran: “Ketika sulit bersabar anda mampu bersabar. Ketika sulit dilakukan anda harus mampu melakukan.” (Zhuan Falun) Saya kembali berusaha menahannya, di luar dugaan saya bisa bersila sampai 45 menit. Dalam latihan selanjutnya saya teguh berpedoman pada Fa ini. Tiga bulan kemudian, saya sudah mulai bersila ganda. Proses itu meskipun sering kali harus membuat saya meneteskan air mata karena sakit, tapi saya sama sekali tidak merasa menderita, karena waktu itu saya sudah memahami jika saya menurunkan kaki, karma itu tidak akan berhasil dilenyapkan dan lain kali tetap harus mengulanginya lagi.

Kondisi saya yang xiulian sendiri baru mulai berubah sekitar sebulan sebelum Tahun Baru tahun berikutnya. Suatu hari, istri tiba-tiba berkata, “Kamu hanya berlatih Gong dan belajar Fa seorang diri, bagaimana kamu tahu gerakanmu sudah benar dan kondisi Xiulian-mu benar-benar baik?” Saya baru menyadari sudah saatnya melangkah ke luar. Saat bergabung ke tempat belajar Fa dan tempat berlatih Gong, saya benar-benar memahami harus melakukan pemancaran pikiran lurus, harus melakukan klarifikasi fakta, dan harus membuktikan keindahan dan kebaikan Dafa.

Kemudian saya pun mulai menerjang maju tanpa menghiraukan apa pun, namun selalu mengalami berbagai rintangan, begitu saya akan pergi ke tempat belajar Fa bersama atau hendak pergi ke luar untuk klarifikasi fakta, ibu mulai membuat ulah dengan mengatakan ingin bunuh diri. Kakak-kakak saya mulai mengatakan akan putus hubungan dengan saya. Sering kali di dalam hati saya merasa sangat risau dan sedih, setiap kali pulang dari tempat belajar Fa atau latihan Gong, pintu rumah dikunci rapat-rapat oleh keluarga. Melihat kondisi ini, sering kali pada malam hari saya diam-diam menangis dan berpikir: kapan rintangan seperti ini akan terlewati! Setiap kali saya selalu bertanya pada diri sendiri apa salah saya? Mengapa Xiulian begitu menderita, kemudian suatu hari seluruh keluarga tiba-tiba berkumpul di depan saya dan mengatakan bahwa saya harus memilih antara keluarga atau Falun Dafa, saya dengan tegas mengatakan, saya memilih Dafa. Mungkin Shifu melihat hati saya yang teguh, kemudian ketika saya melakukan pekerjaan Dafa apa pun, tidak ada lagi keluarga saya yang berusaha mencegah.

Saya melakukan klarifikasi fakta di tempat wisata Danau Cihu sudah setahun lebih, dan di tempat ini saya mulai belajar mencari ke dalam, dan beberapa kali mengalami pemahaman Fa yang lebih mendalam. Suatu kali setelah melakukan klarifikasi sekitar setengah tahun, saat itu saya dikelilingi oleh belasan turis Tiongkok, waktu itu saya berpikir sepanjang pikiran lurus saya kuat, tidak perlu takut apa pun, dan harus membersihkan pikiran jahat pada diri mereka, sambil membawa hati gembira yang berlebihan, hati pamer dan suka bertikai. Waktu itu saya mencemooh mereka, dan mereka mengatakan saya terlalu arogan dan sombong, merasa diri sudah benar dan tidak memaafkan orang lain! Dan mereka memberi tahu saya sikap saya terlalu sombong, dan telah mendorong mereka tersingkir. Waktu itu ada rekan praktisi lain di dekat kami, tak seorang pun rekan praktisi datang menolong. Dalam hati saya mulai menyalahkan rekan praktisi, ditambah rasa takut, takut para turis Tiongkok akan melakukan hal yang tidak baik pada saya. Saat melihat tawa ejekan dan caci maki mereka, dalam hati saya merasa sangat sedih dan menyesal, karena tidak Xiulian dengan baik, menyebabkan para makhluk hidup berpikiran negatif pada Dafa, dalam hati saya bertekad akan mencari ke dalam, dan berkultivasi menyingkirkan hati yang tidak baik itu.

Suami istri menjadi rekan praktisi juga merupakan suatu ujian yang sangat besar. Istri saya mendapatkan Fa sebelum Konferensi Fa di Jiantan tahun lalu, waktu itu saya sangat gembira, dan berpikir di kemudian hari jika saya pergi klarifikasi fakta, istri pasti mendukung saya. Tak disangka istri saat mulai ke luar untuk klarifikasi fakta berkali-kali konflik dengan saya. Kadang ia tiba-tiba berkata tidak mau klarifikasi, waktu itu saya selalu memaksakan pemahaman Fa saya padanya, selalu berpendapat waktu sangat mendesak, tidak melangkah ke luar untuk klarifikasi fakta berarti tidak menghormati Shifu dan Dafa. Kemudian saya baru menyadari harus banyak memahami dan memaklumi kondisinya. Sebagai praktisi baru, bisa melangkah ke luar untuk klarifikasi fakta sudah cukup baik, dan harus lebih sering memotivasinya. Kemudian di tempat wisata, istri yang awalnya tidak berani membagikan brosur sekarang sudah berani berbicara secara langsung pada turis Tiongkok dan membantu rekan-rekan melakukan klarifikasi.

Di tempat wisata, istri sering menyalahkan saya, berkata rekan lain boleh mengungkap kekurangan saya, tapi istri tidak boleh mengungkap kekurangan saya. Sampai beberapa waktu lalu saya baru menyadari, gengsi saya terlalu besar! Hari itu juga saya meminta maaf padanya, istri pun segera merasa lega.

Awal tahun ini sebelum mengucapkan Tahun Baru pada Shifu, turun hujan deras di Danau Cihu, suhu udara hanya sekitar 5o C, tangan dan kaki begitu dingin. Tapi waktu itu banyak turis Tiongkok tengah diatur Shifu untuk melihat papan klarifikasi kami, untuk pertama kalinya waktu itu koran edisi khusus berita Tiongkok sampai kehabisan. Saat akan pulang, kami semua praktisi cilik maupun dewasa naik ke mobil, istri dan saya juga anak-anak walaupun basah kuyup, tapi kami merasa tubuh hangat, kaki dan tangan pun tidak dingin lagi. Waktu itu tanpa terasa air mata menetes, karena kami menyadari Shifu telah memotivasi kami.

Di tempat wisata, saya berkali-kali mendapat kesempatan untuk klarifikasi pada kaum muda. Saya menyadari, para kawula muda ini karena disusupi racun ateis terlalu dalam, biasanya tidak langsung mau melakukan tiga pemunduran, harus lebih dulu memperlakukan mereka dengan ramah, dan menjadikan mereka ibarat teman sendiri, kemudian dengan prinsip “Zhen-Shan-Ren”(Sejati-Baik-Sabar) meluruskan kembali pemikiran mereka. Saya beri tahu mereka, hubungan antarmanusia yang paling penting adalah tulus ikhlas, berkata benar, dan memperlakukan satu sama lain dengan kejujuran, tidak bergosip antar sesama, dengan begitu baru bisa berteman dengan rukun tanpa ada jurang pemisah. Jika setiap orang memperlakukan orang-orang di sekitarnya dengan baik, tidak mencelakakan orang lain, selalu mempertimbangkan orang lain sebelum melakukan sesuatu, maka dunia ini tidak akan terjadi begitu banyak kasus makanan beracun, masyarakat ini tidak akan begitu kacau seperti sekarang. Jika setiap anggota masyarakat tidak bertikai, bisa saling memahami dan memaafkan, saling mengalah, maka tidak akan ada tindakan anarkis atau kekerasan berdarah. Lalu saya akan bertanya pada anak muda itu, apa pendapatnya akan “Sejati – Baik – Sabar” ini apakah baik? Juga memberi tahunya bahwa praktisi Falun Gong selalu mematut diri dengan kriteria ini, kemudian saya menjelaskan padanya bahwa kelompok orang baik ini tengah mengalami penganiayaan di Tiongkok. Di saat yang sama saya juga jelaskan tentang peristiwa Tiananmen, tentang kasus rekayasa bakar diri di Tiananmen, dan perampasan organ tubuh praktisi Falun Gong.

Meskipun saya tidak seperti rekan praktisi lainnya yang setiap hari rutin pergi ke tempat wisata untuk klarifikasi fakta, tapi saya mematut diri saya sendiri untuk selalu berada di tempat wisata berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan, dan hampir tidak pernah absen, karena saya tahu menyelamatkan manusia adalah misi saya.

Demikian sedikit pemahaman saya saat klarifikasi di tempat wisata, mohon koreksi dari rekan praktisi terhadap kekurangan saya.

Terima kasih Shifu!
Terima kasih rekan praktisi!

(Artikel Konferensi Berbagi Pengalaman Kultivasi Falun Dafa se-Asia 2016 di Denpasar)