Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Praktisi Muda Kehilangan Orang-tua karena Penganiayaan Tetap Teguh pada Keyakinannya

27 Jan. 2017 |   Oleh Tongyu, praktisi dari Tiongkok

(Minghui.org) Ketika saya masih sangat muda, saya menderita penyakit yang menyebabkan kulit saya membusuk. Sembuh setelah beberapa waktu, tapi kemudian menderita penyakit tiroid, yang menyebabkan leher membengkak.

Ayah, pada saat yang sama, terjangkit hepatitis B dan harus dirawat inap cukup lama di rumah sakit. Dia begitu kurus, dokter sudah menyerah. Saya menderita penyakit itu juga, ketika berusia delapan tahun.

Untuk menyembuhkan hepatitis B, ibu memaksa saya minum obat yang sangat pahit setiap hari. Dengan ayah di ambang kematian dan saya berjuang melawan penyakit yang sama, ibusangat tertekan. Saya tidak melihat senyumnya untuk waktu yang lama.

Nenek berlatih Falun Gong pada saat itu. Dia mengajarkan kepada ayah dan kesehatannya pulih segera. Ibu juga membuang obat saya dan saya berlatih Falun Gong dengan ayah. Semua penyakit saya sembuh juga.

Ibu tersenyum lagi, dan saya sudah 21 tahun berkultivasi Falun Gong sejak itu.

Masa Kecil yang Bahagia

Nilai saya meningkat secara dramatis setelah saya mulai berlatih Falun Gong. Meskipun saya dianggap lambat belajar di Sekolah Dasar, saya mendapat peringkat siswa terbaik di SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Ibu saya bangga atas peningkatan saya.

Ayah mengatakan bahwa itu adalah Guru Li Hongzhi, pencipta Falun Gong, yang telah memberikan saya kebijaksanaan sehingga menjadi murid yang baik, karena itu saya harus selalu tetap sederhana.

Saya tahu ayah benar, jadi saya menerapkan prinsip-prinsip Falun Gong Sejati-Baik-Sabar untuk mengultivasi diri sendiri dan memperlakukan orang lain dengan penuh kebaikan. Jika ada konflik atau kesengsaraan muncul di sekolah, saya akan mencari ke dalam untuk mencari akar penyebabnya. Jika saya disalahkan atau dirugikan, saya hanya tersenyum dan membiarkannya berlalu.

Ayah membawa saya ke taman setiap akhir pekan untuk berpartisipasi dalam latihan kelompok dan belajar Fa. Kadang-kadang, kami mengajarkan praktisi baru latihan. Sebuah sekolah menengah yang baik telah menerima saya berdasarkan nilai ujian saya. Itu adalah waktu yang bahagia, dan saya tahu bahwa Falun Gong yang membimbing saya menjadi seperti malaikat kecil.

Remaja Pendiam

Saya memiliki liburan musim panas yang indah berlatih Falun Gong dengan ayah sampai 25 Juli 1999. Ayah pulang tiba-tiba, diikuti oleh banyak polisi yang memaksa masuk ke rumah kami dan menggeledah, mencari buku-buku Falun Gong. Polisi menyita semua buku Falun Gong kami. Kebahagiaan saya pupus tiba-tiba.

Meskipun ayah tidak memiliki ekspresi takut di wajahnya, saya bisa melihat dia merasa sedih karena kehilangan buku-buku itu. Dia mengatakan bahwa pemerintah telah memfitnah Falun Gong, dan ia berencana pergi ke Beijing memohon hak berlatih. Saya ingin pergi bersamanya, tapi orang tua mengatakan bahwa saya terlalu kecil.

Setelah ayah berangkat ke Beijing, ia ditangkap di kereta. Polisi mencoba untuk memaksa dia melepaskan keyakinannya pada Falun Gong, tapi ia menolak. Ia kemudian dipecat dari unit kerja dan dikirim ke kamp kerja paksa selama tiga tahun.

Polisi berulang kali menggeledah rumah kami selama waktu itu dan bertanya kepada ibu dan saya. Kerabat dan teman-teman kami juga percaya kebohongan tentang Falun Gong dan benar-benar menjauhi kami.

Kemudian ibu saya juga dipecat oleh unit kerjanya. Dia menemukan pekerjaan baru, tapi itu pekerjaan pria dimana dia harus membawa beban berat. Dia hanya dibayar 600 yuan per bulan. Dia meminta saya tidak khawatir dan hanya belajar dengan keras.

Akhirnya saya diterima oleh SMA terkenal dan terdaftar di kelas terkemuka. Saya terus belajar Fa dan melakukan latihan dengan nenek, jadi saya tidak terkontaminasi pengaruh buruk apa pun di sekolah. Saya selalu mengenakan seragam ke sekolah karena situasi keuangan keluarga, tapi saya tidak peduli apa yang orang lain pikirkan tentang penampilan saya.

Suatu hari, salah seorang teman mempermalukan saya di depan banyak siswa dengan mengatakan bahwa saya jelek dan begitu juga dengan seragam saya. Saya tidak membantah dan memberinya senyum. Dia terkejut dan berdiri beberapa saat kemudian berjalan pergi.

Penahanan Ayah

Saya baru saja mulai di SMA ketika ayah dibebaskan. Dia tidak berbicara kejadian di kamp kerja paksa, tapi saya bisa melihat bahwa ia telah kehilangan giginya. Dia mengatakan berkultivasi dengan rajin dan saya harus memberitahu teman-teman saya fakta tentang Falun Gong.

Saya mendengar ketika ia mengatakan kepada keluarga saya tentang penganiayaan yang dideritanya saat dipenjara. Dia menceritakan bagaimana para penjaga telah menyiksa dia dan mengurungnya di sebuah sel kecil. Sel yang sangat dingin di musim dingin, dan ia dipaksa berjalan dalam lingkaran dalam ruang kecil. Saya menangis mendengarkan ayah menceritakan kisahnya.

Dalam beberapa bulan, ayah ditangkap lagi dan dijatuhi tiga tahun kerja paksa karena menolak melepaskan Falun Gong. Ayah ditangkap delapan kali secara terpisah. Dia juga dipenjara pada saat saya mengikuti ujian masuk perguruan tinggi.

Selama tahun terakhir saya di SMA, saya berketerikatan pada nilai ujian. Keterikatan bersaing dan iri hati muncul dalam pikiran, dan saya belajar Fa menjadi semakin sedikit. Pelajaran di sekolah semakin melelahkan, namun saya tidak bisa tidur nyenyak di malam hari.

Saya terjebak di situasi yang menyakitkan sampai tidak bisa melepaskan diri, ketika tiba-tiba keinginan yang kuat untuk belajar Falun Gong muncul lagi dalam hati. Saya mulai rajin belajar Fa setiap hari; kemudian membuat pekerjaan rumah dan belajar untuk ujian masuk perguruan tinggi setelah itu. Dengan belajar Fa sebagai prioritas nomor satu, saya santai tanpa terikat pada hasil ujian. Saya lulus ujian dan diterima di sebuah universitas ternama.

Kematian Ibu

Meskipun ayah menjadi sasaran penganiayaan, ibu mulai berlatih Falun Gong pada tahun 2007. Dia dianiaya sampai meninggal pada 2014 ketika menolak untuk melepaskan keyakinannya pada Falun Gong dan Guru Li Hongzhi.

Setelah kematian ibu, saya sangat tertekan selama lebih dari satu tahun. Ayah dan saya saling mendukung dan melanjutkan kultivasi kami, belajar Fa dan melakukan latihan. Lalu ayah ditangkap lagi dan dikirim ke kamp kerja paksa lain. Dia masih dipenjara ketika saya menulis ini.

Saya pulang dari sekolah mendapati rumah kosong. Saya melewati situasi ini dengan depresi berat dan sering duduk di lantai sambil menangis. Saya menyadari bahwa saya memiliki dua pilihan untuk dipilih: depresi atau mengultivasi diri sendiri dan berlatih Falun Gong. Tentu saja, saya memilih yang terakhir.

Perlindungan Guru

Kadang-kadang, saya melihat sebuah pemandangan indah di dimensi lain. Saya juga mendengar beberapa panggilan sangat dekat terkait dengan keselamatan saya.

Suatu kali, saat saya mendorong sepeda di sebuah persimpangan selama istirahat makan siang, mobil menerobos lampu merah dan menabrak saya. Saya terlempar dari sepeda dan melayang ke udara. Saya mendarat di tanah yang cukup jauh dari sepeda. Pikiran pertama saya adalah berapa banyak uang yang mungkin diperlukan untuk biaya jika sepeda itu rusak. Saya tidak berpikir tentang tubuh saya sama sekali.

Setelah memeriksa sepeda, saya menemukan bahwa roda adalah satu-satunya yang mengalami kerusakan kecil. Saya merasa lega dan siap untuk pulang.

Saat itulah saya melihat sekeliling dan saya dikelilingi oleh polisi lalu lintas dan orang-orang yang menyaksikan kecelakaan itu. Mereka mengatakan bahwa saya harus menelepon keluarga dan meminta sopir untuk membayar ganti rugi. Mereka berpikir bahwa saya harus pergi ke rumah sakit dan mendapatkan pemeriksaan medis.

Saya tahu bahwa Guru telah melindungi saya dan akan baik-baik saja. Saya mengatakan kepada penonton bahwa tidak ada masalah dan saya baik-baik saja. Hanya ada beberapa goresan di wajah, lengan, dan lutut - itu saja.

Tetapi beberapa orang yang telah menyaksikan kecelakaan itu mengatakan, "Anda terlempar begitu jauh ke udara. Bagaimana anda bisa baik-baik saja?"

Pengemudi mobil menawarkan membawa saya ke rumah sakit untuk diperiksa. Saya hanya tersenyum dan mengatakan kepada mereka bahwa saya baik-baik saja dan siap pergi. Polisi lalu lintas memaksa saya untuk menuliskan nama dan nomor lisensi pengemudi; kemudian mereka membiarkan saya pergi.

Saya makan siang di rumah dan naik sepeda kembali ke sekolah pada sore hari.

Saya akan tetap teguh dalam keyakinan saya pada Falun Gong.