(Minghui.org) Baru-baru ini, rekan praktisi dan saya berdiskusi tentang masalah sifat iri hati di dalam kelompok belajar kami selama lebih dari dua hari. Saya telah menuliskan diskusi tentang sifat iri hati sebagai berikut, dengan harapan dapat membantu kita semua memperoleh peningkatan.

Agar dapat mengenali sifat iri hati, seseorang harus tahu bentuk dari sifat iri hati. Kita semua tahu Guru Li mengajarkan bahwa orang-orang yang memiliki sifat iri, hatinya selalu tidak seimbang dan penuh dengan kemarahan, selalu memandang rendah orang lain, dan tidak suka jika melihat ada orang yang lebih baik daripada mereka dalam hal tertentu.

Sebagian rekan praktisi di daratan Tiongkok terpengaruh oleh ajaran Konfusius, yang membuat mereka rentan terhadap sifat iri hati. Dalam kebudayaan Partai Komunis Tiongkok, sifat iri hati berkembang menjadi lebih kuat dan lebih rumit. Karena sifat iri hati sudah eksis dalam waktu yang sangat lama, maka kita harus menaruh perhatian ekstra kepadanya.

Guru mengajarkan:

“Sifat iri hati harus disingkirkan. Oleh karena itu kami mengangkatnya untuk diperbincangkan secara tunggal.” (Zhuan Falun)

Saya menyadari bahwa sifat iri hati telah mengakibatkan kerugian besar. Oleh karena itu Guru memberitahukan agar masing-masing praktisi harus menyingkirkan keterikatan ini.

Banyak rekan praktisi berpikir bahwa diri mereka hanya memiliki sedikit sifat iri hati atau bahkan tidak sama sekali. Menurut pendapat saya, dengan pikiran semacam ini mereka belum menyadari bentuk keberadaan dari sifat iri hati, apalagi menyingkirkannya. Saya juga mengalaminya demikian .

Seorang praktisi bertanya pada saya, “Kamu punya sifat iri hati?”

“Tidak!” jawab saya singkat.

“Kamu langsung menjawab tanpa berpikir. Kelihatannya memang ada masalah di sana,” kata mereka.

Melalui diskusi dengan para praktisi, saya menemukan bahwa sifat iri hati tersembunyi di setiap praktisi, tidak hanya kuat tapi juga sulit dideteksi. Saya ingin memberikan beberapa contoh sebagai berikut:

Iri Hati Terhadap Ibu Mertua

Ibu mertua sangat baik merawat suami saya, tapi tidak memperlakukan saya dengan cara yang sama. Saya merasa tidak nyaman ketika melihat mereka berdua akrab sekali, saya merasa diabaikan. Sebuah pikiran muncul:”Bukankah saya begitu baik padanya? Saya tidak berbuat jahat terhadapnya!” Sifat iri hati telah menciptakan pikiran semacam ini.

Iri Hati Sang Ibu Terhadap Anaknya

Seorang praktisi lokal berkata bahwa suaminya sangat mencintai dirinya. Apa pun makanan yang suaminya beli, suaminya akan membiarkan dirinya mencicipi terlebih dahulu. Namun ketika anak mereka sudah berusia dua tahun, suaminya mendahulukan anaknya untuk mencicipi makanannya. Dia merasa tidak nyaman dan iri hati, perasaan iri hati terhadap anaknya. Dia memancarkan pikiran lurus untuk menyingkirkannya.

Dia berkata kepada saya bagaimana dirinya mencari ke dalam untuk mendeteksi hal-hal sepele saat kejadian semacam ini terjadi. Saya tiba-tiba menyadari bahwa saya juga memiliki sifat iri hati terhadap putra saya.

Putra saya akan berpihak pada ayahnya saat terjadi perdebatan di dalam keluarga kami. Hati saya jadi tidak seimbang: “Saya telah mencurahkan begitu banyak upaya untuk membesarkan kamu, namun yang ada di hati kamu adalah ayahmu. Padahal, dia tidak mencurahkan upaya sebanyak yang saya lakukan.”

Tentu saja, sifat iri hati ini berlangsung dengan sangat cepat dan lemah, bagaimanapun juga kami adalah keluarga. Karena tidak begitu kuat, sifat iri hati ini sering terabaikan.

Sifat Iri Hati Di Antara Rekan Praktisi

Kasus 1:

Saya berteman baik dengan seorang rekan praktisi. Setelah dia mengenal praktisi lain, hubungan mereka jadi lebih akrab. Mereka sering bertemu dan asyik berbincang satu sama lain. Mereka membuat saya tidak nyaman. Kemudian, saya menyadari bahwa ini adalah sifat iri hati, yang tumbuh dari keegoisan dan emosi. Saya memancarkan pikiran lurus untuk memberantasnya.

Kasus 2:

Dua praktisi membentuk sebuah tim untuk berbicara dengan orang-orang yang berada di daratan Tiongkok, mencoba membujuk mereka untuk mundur dari keanggotaan Partai Komunis Tiongkok (PKT).

Praktisi pertama sangat baik dalam berbicara dan membantu banyak orang mundur dari PKT. Praktisi kedua tidak berani membuka mulut untuk berbicara, jadi dia hanya berdiri di samping sambil memancarkan pikiran lurus. Namun saat dia melihat praktisi pertama berbicara begitu lancar, sifat iri hatinya muncul. Dari dalam benaknya muncul pikiran: “Jangan mundur! Jangan mundur!”

Praktisi pertama kesal dengan sifat iri hati yang dimiliki praktisi kedua, jadi dia memutuskan untuk pergi sendirian menemui orang-orang di luar. Sifat iri hati telah menaklukkan praktisi Dafa di dalam kelompok dan menghalangi mereka membentuk satu tubuh.

Kasus 3:

Praktisi Wang dan Li sering berbagi pengalaman kultivasi satu sama lain. Kemudian Li berteman dengan Zhang. Mereka sering berbicara mengenai latihan Falun Dafa. Melalui berbagi pengalaman mereka, kemajuan Li meningkat pesat.

Ketika Wang dan Li berbicara lagi. Wang berkata, “Dulu kamu tidak sebaik saya, tapi sekarang kamu lebih baik dari saya,” Itu adalah ciri khas yang keluar dari sifat iri hati.

Kasus 4:

Seorang praktisi berkata, “Saya tidak tahu alasannya, tapi saya tidak merasa gembira saat orang lain mengabarkan berita baik.”

“Begitu pula saya,” ujar praktisi lain. Ini merupakan sifat iri hati yang tampil di permukaan.

Kasus 5:

Praktisi Du dan Liu keduanya adalah praktisi muda wanita.

Liu berkultivasi dengan rajin dan melakukan tiga hal dengan baik. Dia sangat bagus dalam membujuk orang-orang untuk mundur dari PKT. Sebaliknya, Du tidak berani berbicara tentang Falun Dafa secara langung dengan orang-orang. Dia hanya membantu sedikit orang untuk mundur dari PKT. Du mulai mengembangkan sifat iri hati terhadap Liu. Dia akan menggunakan topik lain untuk mengkritik Liu.

Seiring berjalannya waktu, Du menyebabkan kesengsaraan besar terhadap keluarganya, dan tubuhnya mengalami masalah kesehatan yang serius. Namun Du tidak menyadari bahwa dia memiliki sifat iri terhadap Liu. Dia bangga bisa menunjuk langsung kekurangan Liu dan berpikir bahwa hal ini adalah demi kebaikan dia.

Memang tidak masalah bila kita menunjukkan kekurangan rekan praktisi lain dengan motif yang baik. Jika motif itu buruk, maka hal ini akan berdampak negatif terhadap keseluruhan tubuh pengikut Dafa.

Guru mengajarkan:

“Saat saya mengajar Fa sering membicarakan masalah sifat iri hati. Mengapa demikian? Karena di Tiongkok sifat iri hati terekspresi secara ekstrem kuat, demikian kuatnya sehingga sudah menjadi hal yang wajar, diri sendiri pun tidak sadar.” (Zhuan Falun)

Kasus 6:

Saya berbincang dengan seorang rekan praktisi asal Kota Beijing. Dia berkata dia dapat mempertahankan pikirannya agar tetap kosong dan mengaku bahwa dia berada dalam kondisi semi-terbuka kesadaran. Saya memberitahunya bahwa ada seorang praktisi yang dapat membujuk puluhan orang untuk mundur dari PKT dalam satu hari; saya menambahkan, dalam beberapa tahun, orang ini telah membantu ratusan ribu orang untuk mundur dari keanggotaan PKT.

Praktisi Beijing ini berbicara dengan nada bersaing: ”Apakah dia berani melakukannya di Beijing?” Yang dia maksud adalah praktisi ini hanya mampu membujuk banyak orang untuk mundur dari PKT di tempat yang tidak dikendalikan seketat Beijing. Di Beijing, penganiayaan berat terjadi, dia sendiri tidak bisa mencapai hasil yang memuaskan, kata-kata praktisi ini menyiratkannya.

Saya kemudian menyadari bahwa rasa kagum saya terhadap praktisi yang mampu membantu banyak orang untuk mundur dari PKT, itu merupakan jelmaan sifat iri hati. Praktisi Beijing ini juga merasa iri terhadap praktisi yang mampu berkultivasi lebih baik daripadanya dalam hal-hal tertentu.

Kasus 7:

Contoh terakhir yang ingin saya sebutkan di sini adalah seorang praktisi yang dilepaskan dari tahanan polisi karena pikiran dan perbuatannya yang lurus. Praktisi lain gagal melakukan hal yang sama. Oleh karena itu dia merasa iri terhadap praktisi yang keluar dari penjara, dan dia mencurigainya. “Apakah dia benar-benar keluar dari penjara dengan pikiran lurus?” Dia bertanya. “Apakah kita yakin dia tidak melakukan sesuatu yang buruk, seperti menjadi mata-mata?”

Jika kita selalu menaruh perhatian terhadap pikiran kita sendiri, kita akan menemukan sifat iri hati sering muncul di permukaan. Orang Tionghoa memiliki sifat iri hati yang sangat-sangat dalam, sehingga situasinya menjadi sangat rumit. Namun jika yang pertama-tama kita singkirkan adalah sifat iri hati, maka kita dapat berkultivasi dengan lebih gigih.

Meski saya telah menyebutkan banyak kasus tentang sifat iri hati, saya tidak bermaksud mengkritik orang lain. Tujuan saya adalah untuk menunjukan dampak merugikan dari sifat iri hati agar kita dapat menjadi lebih rajin berkultivasi dan meningkat bersama. Mohon tunjukkan jika ada yang tidak sesuai.