(Minghui.org) Saya seorang praktisi Falun Dafa tetapi belum berkultivasi dengan baik sesuai dengan prinsip-prinsip Sejati-Baik-Sabar. Saya selalu menyibukkan diri dengan pekerjaan Dafa dan sekarang saya menyadari bahwa saya telah sedikit mengabaikan putri saya.

Putri saya berumur 17 tahun dan baru-baru ini mulai menjadi mudah marah. Ia berkata kepada saya, “Ibu kamu tidak benar-benar mencintai saya. Saya tidak punya siapa pun. Orang lain memiliki ibu dan ayah, saya tidak punya siapa pun.”

Suami saya juga praktisi Falun Dafa, meninggal dunia karena penganiayaan.

Saya bertanya kepada putri, “Bagaimana kamu ingin ibu mencintai kamu?”

“Jika ibu tidak tahu bagaimana mencintai saya, bagaimana saya bisa memberi tahu ibu?” dia menjawab.

Dengan naif saya mengatakan kepadanya, “Tapi ibu membayar semua yang kamu mau.”

“Ibu memang membelikan semua yang saya mau,” dia membalas. “Tapi bukan itu yang saya pedulikan. Saya butuh cinta. Apakah ibu sungguh-sungguh mencintai saya? Setiap kali kita bertengkar, ibu selalu berpikir ibu benar. Pernahkah ibu mengaku salah, sekali saja? Saya selalu meminta maaf kepada ibu jika saya salah! Apakah ibu pikir sudah melakukan apa yang kultivasi ibu minta lakukan? Saya akan katakan belum.”

Walaupun saya percaya bahwa saya tidak melakukan kesalahan padanya, saya tidak membantah. Sebagai praktisi saya harus menjadi belas kasih. Untuk berkultivasi belas kasih, pertama saya harus melepaskan keluhan dan kebutuhan untuk mencari kesalahan. Saya pikir saya memarahinya adalah untuk kebaikan dirinya karena saya sedang mendisiplinkan dia, untuk mengajari dia tentang apa yang baik dan apa yang salah.

Namun, putri saya berkata, “Ibu, bagaimana tentang sabar? Jika kamu memarahi orang ketika orang itu bersalah artinya ibu tidak sabar. Kesabaran sejati adalah ibu tidak marah ketika orang lain bersalah”

Kata-katanya adalah peringatan yang sangat baik untuk saya. Apa pun yang saya lakukan, saya harus mempertimbangkan orang lain terlebih dulu.

Saya sering mengeluh dan mencari alasan ketika saya melihat keluar pada orang lain, tetapi ketika saya mulai melihat ke dalam saya melihat kesalahan saya dan di mana yang harus saya tingkatkan, saya tidak lagi mengeluh tentang orang lain.