(Minghui.org) Pada tanggal 1-3 Desember 2017, praktisi Falun Dafa asal Jakarta berkumpul di daerah pegunungan Cipanas untuk belajar Fa dan sharing bersama selama tiga hari.

Selama dua hari pertama, praktisi membaca buku Zhuan Falun hingga selesai, diseling dengan berbagi pengalaman dan pemahaman dari masing-masing peserta. Hari pertama, setelah membaca empat Ceramah, pada malam harinya para praktisi menonton bersama Video Instruksi Latihan yang dibawakan oleh Guru Li Hongzhi, setelah itu dilakukan sesi “saling koreksi” gerakan masing-masing peserta.

Seorang praktisi berkata memasuki hari kedua meskipun waktu yang dibutuhkan untuk membaca selesai satu Ceramah tetap sekitar 1,5 jam, namun waktu terasa cepat berlalu dan tidak lagi terasa berat. Praktisi lain mengatakan jadwal belajar yang ketat ini baik, dia merasa selama ini kurang fokus saat belajar.

Beberapa praktisi menceritakan pengalaman bagaimana mereka setiap hari mencoba bangun jam 2.50 untuk berlatih Gong selama dua jam, sebelum melakukan aktivitas sehari-hari maupun pekerjaan mereka. Kadang mereka tidak dapat bangun pagi-pagi sekali, namun mereka mencoba membentuk “tim kecil” untuk saling membangunkan satu sama lain. Seorang di antaranya merasa mendapat tambahan waktu untuk belajar Fa maupun mengerjakan hal lainnya, konsep semulanya yang berpikir dirinya akan lelah pada siang harinya, ternyata tidaklah benar.

Seorang praktisi berbagi pengalaman bagaimana melalui peningkatan Xinxing, suasana di kantornya juga mengalami perubahan. Hubungan antar team marketing cenderung bertegangan tinggi dan penuh persaingan. Awalnya banyak anggota team termasuk dirinya menyalahkan seorang anggota lain sebagai penyebab kegaduhan, namun sejalan ia menata hatinya sendiri, lingkungan kantor secara keseluruhan juga berubah menjadi lebih teduh dan order dari pelanggan kembali berdatangan.

Praktisi lainnya menceritakan pengalamannya melintasi kecelakaan motor berat tanpa bantuan perawatan medis. Saat kejadian ia merasa tidak takut, dan merasa akan baik-baik saja, namun istrinya yang juga praktisi, mengatakan saat pertama kali melihat kondisi suaminya, sempat merasa lemas dan cemas besar, namun suaminya masih mengatakan, “Tidak apa-apa.” Pada hari ketiga, sang suami sudah kembali dapat berlatih Gong meskipun masih memerlukan topangan untuk mengangkat lengannya yang cedera. Sekitar sebulan kemudian, ia sudah dapat kembali mengendarai sepeda motor dan beraktivitas seperti sedia kala.

Praktisi lain yang baru mengikuti Konferensi Fa di Taiwan berbagi pengalaman: Saat kegiatan konfigurasi huruf dengan lebih dari 6.000 peserta -- turun hujan lebat di lokasi, hal tersebut sangat menguji keteguhan hatinya maupun praktisi lainnya. Ia melihat bagaimana koordinator kegiatan dengan sangat sabar mengingatkan masing-masing peserta agar lebih tertib. Ia juga merasakan kesenjangan dirinya ketika melihat rekan satu blok dengannya tersesat di keramaian namun ia tidak melakukan apa-apa karena ia khawatir kehilangan tempat yang telah didudukinya, sementara rekan di sebelahnya tanpa keraguan berlari keluar barisan, untuk menjemput rekan yang tersesat tersebut.

Pada hari ketiga, sebelum kembali ke Jakarta, praktisi belajar Petunjuk Penting untuk Gigih Maju dan berfoto bersama. Seorang praktisi mengusulkan agar secara berkala dilakukan kegiatan serupa.

Selama latihan Gong di pagi hari, para praktisi mendapat kesempatan memperkenalkan Falun Dafa kepada tamu-tamu hotel lainnya, kebanyakan dari mereka adalah grup outing dari berbagai perusahaan besar di Jakarta. Praktisi juga mendapat beberapa tanda tangan dukungan bagi petisi untuk menghentikan penganiayaan terhadap Falun Dafa di Tiongkok.