(Minghui.org) Banyak praktisi setempat baru-baru ini menderita karma penyakit yang serius. Ada yang meninggal dunia, dan beberapa masih berjuang. Saya ingin berbagi pengalaman bagaimana saya pernah mengatasi karma penyakit, berharap ini akan membantu praktisi dalam situasi yang sama.

Pada musim panas, saya menabrak setumpuk batu bata dengan skuter saya. Jempol kaki saya terluka parah dan mengucurkan darah dengan deras. Seorang praktisi menyarankan saya agar dijahit, namun tidak disuntik tetanus. Di rumah sakit, dokter menyarankan saya diberi vaksin tetanus, namun saya menolaknya dengan tegas.

Saya pulang ke rumah, belajar Fa dan memancarkan pikiran lurus. Untuk menghindari infeksi, saya menjauhi makanan tertentu dan menjaganya tetap kering. Saya yakin bahwa melakukan itu akan cepat sembuh.

Saya kembali ke rumah sakit beberapa hari kemudian dan menemukan bahwa luka itu membusuk serta berbau sangat busuk. Dokter mengatakan bahwa ini disebabkan saya menolak untuk divaksin dan mungkin saya akan kehilangan anggota badan sebagai akibatnya. Dia menulis resep antibiotik untuk saya.

Ini seperti pukulan keras ke kepala saya. Saya mencari ke dalam dan teringat apa yang Guru katakan,

“Jika kalian tidak ingin mengubah kondisi manusiawi, secara rasional juga membubung mencapai pemahaman yang sejati terhadap Dafa, kalian bakal kehilangan kesempatan. Bila kalian tidak mengubah prinsip manusia yang telah terbentuk mendarah-daging pada manusia biasa selama ribuan tahun, maka kalian tidak dapat terlepas dari lapis tempurung permukaan manusia ini, sehingga tidak dapat mencapai kesempurnaan. Tidak boleh selalu saya yang melenyapkan karma kalian, sedangkan kalian tidak sungguh-sungguh meningkatkan diri di dalam Fa, melompat ke luar dari pemahaman dan konsepsi manusia. Cara berpikir, pemahaman dan ungkapan terima kasih kalian dalam menyikapi saya dan Dafa, semua merupakan ekspresi pemikiran manusia biasa.” (“Teguran,”Petunjuk Penting Untuk Gigih Maju)

Saya akhirnya memahami bahwa makan ketika lapar, tidur ketika mengantuk, dan minum obat ketika sakit adalah konsep manusia.

Walaupun tidak minum obat, saya berusaha mencapai apa yang dapat dilakukan oleh obat, dimana menjaga luka tetap kering untuk menghindari infeksi. Saya teringat seorang praktisi pernah menggunakan terapi makanan untuk mengganti obat ketika memerangi karma penyakit. Seperti saya, dia percaya itu adalah sebuah penyakit.

Saya mengesampingkan keraguan dan tidak menggunakan kain kasa lalu mandi tanpa melindungi luka tersebut.

Kemudian, saya mencari ke dalam dan menemukan bahwa keterikatan pada keinginan dan nafsu timbul setelah terjadi kecelakaan. Saya teringat pernah menyerah pada keinginan dan nafsu. Oleh karena itu, saya mengakuinya kepada praktisi lain. Perlahan-lahan daging busuk terlepas dan luka mulai sembuh.

Saya harus menghadapi kesengsaraan dengan pikiran lurus dimana Dafa memberikan kepada saya, bukan dengan konsep manusia. Adalah satu pikiran yang membuat perbedaan antara manusia dan dewa.

Guru berkata,

“Renungkan dengan tenang berapa banyak hal-hal keterikatan

Lenyapkan sifat hati manusia, kejahatan dengan sendirinya pasti kalah”

(“Jangan Bersedih,”Hong Yin II)