(Minghui.org) Praktisi Falun Gong berpartisipasi dalam perayaan Hari Waitangi pada tanggal 6 Februari, hari libur yang memperingati hari penandatanganan Perjanjian Waitangi, dokumen pendirian Negara Selandia Baru pada tahun 1840.

Sekitar seratus ribu orang menghadiri perayaan Waitangi setiap tahun. Praktisi mengambil kesempatan ini untuk memberi tahu publik tentang penganiayaan Falun Gong di Tiongkok.

Setiap orang yang berbicara dengan praktisi menandatangani petisi mereka untuk mengecam kekejaman pengambilan paksa organ tubuh terhadap Praktisi Falun Gong di Tiongkok. Beberapa orang malah mengambil beberapa formulir petisi untuk teman-teman mereka. Mereka berjanji akan mengirim kembali formulir yang sudah ditandatangani kepada praktisi.

Banyak orang juga tertarik untuk belajar latihan.

Robin York, seorang wanita Maori mengatakan almarhum suaminya adalah setengah orang Tionghoa, dan ia suka kebudayaan Tiongkok. Ia mengatakan penganiayaan tidak bisa diterima, dan ia akan memberi tahu teman-temannya tentang ini.

Tiga pelaut menandatangani petisi. “Ini tidak berperikemanusiaan,” kata salah satu pelaut.

Hineari berusia tujuh tahun, duduk bermeditasi dengan praktisi.

Hineari berumur tujuh tahun datang ke perayaan dengan keluarganya. Ia bergabung dengan praktisi, duduk bermeditasi dua hari berturut-turut. Ia segera bisa melipat kedua kakinya, duduk bersila ganda, dan bermeditasi selama satu jam.

Setelah meditasi, Hineari mengatakan ia melihat banyak pemandangan amat bagus di dimensi lain ketika bermeditasi.

Pada hari kedua, kakeknya datang bersamanya dan senang melihat Hineari tertarik dalam latihan. Ia mengatakan akan membantu Hineari mencari lokasi latihan dekat rumah mereka, yang jaraknya dari Waitangi 8 jam dengan mobil.