Falun Dafa Minghui.org www.minghui.org CETAK

Kenangan Suka Duka: Ibu Mertua dan Saya Berbagi Kebahagiaan dalam Berkultivasi Dafa

17 Juli 2017 |   Oleh Yang, pengikut Falun Dafa di Tiongkok

(Minghui.org) Berkultivasi Dafa mengubah hati egois saya menjadi penuh berbelas kasih. Apakah di dalam keluarga, tempat kerja atau dalam masyarakat, saya berusaha sebaik mungkin untuk menerapkan prinsip Dafa “Sejati-Baik-Sabar.” Menghadapi tantangan besar dan kerugian, jalur ini memberikan suka cita yang tak terlukiskan.

Mulai Berkultivasi

Sebelum berlatih Falun Dafa, saya menghabiskan banyak waktu dengan main kartu dan pergi menari bersama dengan teman-teman.

Pada tahun 1997, seorang tetangga mengatakan bahwa saya membuang-buang waktu dan seharusnya mempertimbangkan untuk belajar Falun Dafa. Saya tidak mengenal Dafa jadi saya menanyakannya tentang hal itu. Ia memberitahu saya bahwa itu adalah latihan kultivasi untuk memperoleh ke-Buddha-an.

“Bagaimana bisa seseorang menjadi Buddha? Apakah kamu bermimpi?!” tanya saya.

Ia menjawab, ”Bukankah Buddha adalah seseorang yang telah menyelesaikan kultivasi? Kamu akan memahaminya jika kamu membaca buku Zhuan Falun.”

Saya membaca Zhuan Falun dan terpesona dengan arti mendalam Dafa. Saya menemukan jawaban-jawaban atas begitu banyak pertanyaan tentang kehidupan, dan menjadi paham bahwa kehidupan kita bukan untuk menderita dari generasi ke generasi.

Saya memahami bahwa kebanyakan orang di zaman Tiongkok modern kurang bermoral dan terobsesi oleh uang. Mereka semua adalah korban. Saya memahami bahwa seseorang bisa kembali ke jati diri yang asli melalui kultivasi, sehingga meningkatkan moralitas dan alam pikiran seseorang.

Saya memutuskan untuk berkultivasi. Saya beruntung memperoleh Fa dan merasa bahagia. Saya berusaha mengikuti prinsip Fa untuk berperilaku, menjadi orang baik dan mempertimbangkan orang lain.

Menerima Ibu Mertua Meski Sedang Kesulitan Keuangan

Tidak terduga suami saya meninggal dunia ketika saya baru berumur 40 tahun (Februari 1999). Saya baru saja keluar dari pekerjaan dan harus membayar mantan majikan saya supaya tetap memenuhi syarat untuk mendapatkan pensiun. Putra saya masih duduk di SMA. Tanggung jawab keuangan saya tinggi. Selama pertemuan, teman-teman dan kerabat menyarankan saya untuk menikah lagi. Ibu mertua berkata, ”Saya akan baik-baik saja dan bisa tinggal sendirian.” Setelah semuanya pergi, ibu mertua mendatangi dengan sambil menangis.

Ibu berkata, ”Saya ingin tinggal bersama kamu. Kedua putra saya tinggal di luar kota dan saya tidak mau menjadi beban bagi mereka. Kamu berlatih Falun Dafa dan selalu baik kepada saya, meski saya berteriak kepada kamu, kamu tidak pernah marah. Bisakah kita tetap tinggal bersama, seperti seorang ibu dan putri?” Segera setelah saya memberitahunya bahwa saya tidak akan menikah lagi dan kami bisa tinggal bersama.

Ibu mertua dan saya membaca Zhuan Falun dan melakukan latihan setiap hari. Kami menyanyikan lagu-lagu Dafa dan meniru gerakan anggun penari Shen Yun. Dafa memberi kehidupan damai dan bahagia kepada kami.

Suatu hari, putra bungsunya datang berkunjung. Ia sangat sibuk mencari uang dan kelelahan. Ia merasa bersalah dan sedih karena tidak bisa mengurus ibunya.

Saya memberitahu ibu mertua, ”Beritahu putramu agar tidak mencemaskan ibu. Ia bisa fokus pada karirnya. Kita berdua berlatih Falun Dafa dan mengikuti Sejati-Baik-Sabar. Kehidupan kita baik.”

Menerapkan Prinsip Dafa di dalam Bisnis

Setelah keluar dari pabrik tekstil, saya membeli dua mesin rajut dan membuka toko baju rajutan. Saya punya sertifikat keahlian dan keahlian itu digunakan untuk merajut baju saya sendiri. Saya bersikap sebagai seorang praktisi dan memperlakukan semua langganan saya dengan adil dan ramah.

Seorang pemuda dan ibunya datang ke toko saya. Sang ibu mengatakan bahwa telah membeli dua pon benang selama bertahun-tahun dan sekarang ingin membuat baju hangat. Saya mengukur badannya dan kemudian mereka pergi. Saya menimbang benang itu, beratnya 3,5 pon. Ketika ia kembali seminggu kemudian untuk mengambil baju, saya mengatakan ia memberikan terlalu banyak benang dan saya mengembalikan sisanya.

Ia berterima kasih kepada saya dan berkata: ”Kamu jujur dan baik. Saya suka baju ini dan sangat pas pula. Adalah tetangga yang merekomendasikan kamu kepada saya. Ia mengatakan kamu berlatih Falun Dafa, menghasilkan produk berkualitas tinggi dan selalu memperlakukan pelanggan dengan baik.”

“Ia juga memberitahu saya setelah suamimu meninggal, kamu tetap tinggal bersama ibu mertua kamu dan selalu memperlakukan ia seperti ibumu sendiri. Itulah mengapa saya meminta putra saya mengantar saya ke sini. Kamu sungguh orang yang baik. Terima kasih!”

Saya berkata, ”Shifu Li Hongzhi mengajarkan orang untuk bersikap jujur dan baik, tidak mengambil keuntungan atas orang lain, mempertimbangkan orang lain, menjadi orang baik di dalam segala lingkungan dan tidak membalas ketika diperlakukan sewenang-wenang.”

“Falun Dafa Hao (baik)!” kata pelanggan saya.

Dafa Membawakan Suka Cita dan Kesehatan, Penganiayaan Membawakan Tragedi

Sebelum berlatih Dafa, saya menderita sakit pinggang, menstruasi tidak teratur, sakit kepala, pusing, mata merah, sakit kulit, masalah kewanitaan dan tidak ada nafsu makan. Saya selalu merasa tidak nyaman. Setelah berkultivasi, saya terbebaskan dari penyakit.

Melalui kultivasi, semua penyakit lenyap, saya tidak merasa tidak nyaman lagi dan memiliki tenaga. Saya akan merajut sepanjang siang hari dan menjahit hingga tengah malam. Saya tidur sebentar dan bangun lagi untuk melakukan latihan serta membaca Fa. Ini adalah rutinitas setiap hari, saya tidak pernah merasa lelah.

Ibu mertua juga mendapatkan manfaat kesehatan yang luar biasa. Sebelum berkultivasi, beliau perlu dirawat di rumah sakit paling tidak sekali setahun. Ia minum obat dan tonik setiap hari. Setelah berkultivasi, ia tidak membutuhkan perawatan medis atau obat-obatan.

Kami berkultivasi dan terus menerus meningkatkan diri kami. Akan tetapi, penganiayaan terhadap Falun Dafa oleh Partai Komunis Tiongkok terjadi sejak Juli 1999. Sekelompok polisi mendobrak rumah saya pada September 2011. Mereka menggeledah dan membawa saya ke kantor polisi. Saya divonis tiga tahun penjara karena keyakinan saya.

Setelah kejadian ini, ibu mertua jatuh sakit dengan serius. Saat saya masih di penjara, beliau meninggal dunia. Putra saya mengetahui bahwa hal itu akan menjadi pukulan keras bagi saya sehingga ia tidak memberitahu saya sampai saya dibebaskan dari penjara. Dengan sedih, saya kembali ke rumah kosong berdebu.