(Minghui.org) Saya tinggal di sebuah desa kecil miskin di pegunungan Liaoning Timur. Lokasinya 10 km dari kota terdekat.

Pada 25 April 1985, saya melahirkan seorang putra di rumah sakit kecamatan. Dia adalah putra pertama kami. Karena kesulitan keuangan, suami harus mendorong gerobak untuk membawa saya pulang selama dua jam. Ia tidak menyiapkan selimut supaya saya bisa tetap hangat atau tempat bernaung dari terpaan angin.

Sampai di rumah, saya tidak bisa turun dari gerobak maupun bergerak. Saya merasakan sakit yang menyiksa. Beberapa orang membawa saya masuk ke dalam rumah. Kemudian saya perhatikan kaki saya bengkak dan mati rasa.

Kemudian, saya diberitahu menderita penyakit mengerikan: rematik pasca persalinan. Saya baru berusia 29 tahun pada waktu itu.

Kehidupan yang Lebih Buruk dari Kematian

Karena penyakit, saya lumpuh dan tidak dapat mengurus diri sendiri. Suami harus mengurus rumah tangga dan bertani. Sementara itu, ia harus mengurus saya dan bayi kami.

Ia telah membawa saya ke rumah sakit kecamatan dan Rumah Sakit Universitas Kedokteran Shenyang untuk perawatan, namun dokter tidak bisa menyembuhkan penyakit saya. Saya mencoba banyak resep khusus, tetapi tidak menolong.

Saya begitu putus asa dan lemah. Tidak ada pilihan selain tetap mendekam di kang (penghangat yang digunakan untuk tidur dan duduk di rumah-rumah di Tiongkok Timur Laut) sepanjang waktu. Saya takut dingin dan angin. Bahkan dua jaket katun tidak bisa membuat saya hangat.

Biaya pengobatan segera membuat kami berutang. Kami tidak memiliki rumah, jadi harus menyewa dan sering berpindah rumah. Bisa dibayangkan betapa sulitnya kehidupan kami saat itu.

Kerabat dan teman-teman juga mencemaskan saya, jadi mereka mencari cara untuk menolong saya. Ada yang membawakan obat untuk saya. Ada yang mengenalkan berbagai latihan qigong dan membeli buku-buku untuk dibaca. Tetapi, meski mencoba berbagai perawatan yang ada, penyakit ini tetap menyiksa saya. Saya makin putus asa.

Suatu hari seperti setahun lamanya dan saya menjalani sepuluh tahun dengan cara ini. Saya pernah ingin minum racun tikus dan bunuh diri, tetapi tidak jadi mengingat keluarga. Saya tidak mau melukai mereka lagi.

Putra kami yang berumur 10 tahun menangis dan berkata, ”Ibu, jangan mati. Jika ibu mati, saya tidak punya ibu dan teman-teman sekolah akan mengejek saya.”

Saya segera berlinang air mata. Saya berpikir, ”Paling tidak saya harus menahan beberapa tahun lagi demi putra kami.”

Memperoleh Kehidupan Baru

Suatu hari pada tahun 1997, ketika saya berusia 41 tahun, dua wanita lansia dan sepasang suami istri datang mengunjungi saya. Mereka menyarankan saya agar berlatih Falun Gong (juga dikenal Falun Dafa). Ketulusan hati mereka menggugah saya, jadi saya setuju untuk mencobanya.

Awalnya saya mengenal Falun Gong dengan menonton video ceramah Shifu Li Hongzhi di rumah seorang praktisi, dimana saya mendapat penglihatan banyak biksu cilik duduk bermeditasi dan beterbangan. Saya juga melihat banyak Falun.

Hari pertama mendengarkan ceramah Shifu, hidung saya yang tersumbat selama sepuluh tahun mulai lega. Sekejap, saya merasa ringan dan nyaman. Perasaan membawa beban berat di punggung selama bertahun-tahun juga hilang.

Saya menjadi yakin dan mulai menjalani jalur kultivasi Dafa.

Sekitar sebulan kemudian, semua masalah kesehatan yang menyiksa saya selama 12 tahun juga lenyap. Berat badan bertambah dari 32 kg menjadi lebih dari 45 kg. Saya menjadi makin sehat dan bertambah tenaga. Kesehatan saya pulih sepenuhnya. Setelah itu, saya bisa mengerjakan pekerjaan rumah dan juga bertani. Saya memperoleh kembali diri saya yang hilang selama 12 tahun sebelumnya.

Saya membuang semua buku-buku qigong, kaset dan obat-obatan. Sejak itu, saya tidak pernah minum obat satu pil pun.

Saya tidak pernah bermimpi keajaiban seperti itu. Rematik pasca persalinan yang tidak bisa disembuhkan sepenuhnya lenyap setelah saya berlatih Falun Dafa hanya dalam sebulan. Saya terlahirkan kembali. Falun Dafa begitu ajaib dan luar biasa!

Dafa memberi kehidupan baru kepada saya. Tidak ada kata-kata yang bisa mengungkapkan rasa terima kasih saya kepada Shifu!

Sejati-Baik-Sabar” Menyentuh Anggota Keluarga dan Kerabat Saya; Suami Ikut Berlatih Falun Dafa

Saya adalah pengikut Shifu dan praktisi Dafa, jadi saya percaya pada Shifu dan Dafa 100%, berusaha sebaik mungkin melakukan tiga hal yang harus dilakukan oleh seorang praktisi dan mengikut prinsip Sejati-Baik-Sabar.

Suatu hari pada tahun 2014, selama liburan Tahun Baru Imlek, saya mengundang kerabat dan teman-teman untuk pesta. Karena rumah kami kecil, kami mengadakan pesta di rumah kakak ipar saya (kakak tertua suami saya).

Suami saya memiliki seorang abang dan seorang adik. Kedua istri mereka telah meninggal dunia. Ketika adik ipar melihat putra kami, ia berkata, ”Anak ini satu-satunya cucu dalam keluarga kita. Saya harus memberinya 50 yuan untuk Tahun Baru Imlek.”

Saya berkata, ”Tidak perlu. Berikan saja permen kepadanya.”

Anak saya menangis keras ketika saya mengatakan demikian.

Kakak ipar melihat ini dan berpikir saya membuatnya menangis. Ia mulai menyalahkan dan memaki saya. Tiga keponakan saya juga ikut-ikutan dan memaki saya. Suami saya tidak bertanya apa yang terjadi dan mulai memukuli saya dengan kasar. Saya ingin menghindari konflik dengannya, jadi saya pulang ke rumah.

Akan tetapi, ia mengikuti pulang dan mengambil tongkat besar untuk memukuli saya selama dua jam. Saya tidak melawan ataupun memakinya balik. Awalnya, saya berusaha mengelak dari pukulannya, tetapi lengan saya mulai bengkak. Kemudian, saya berhenti lari darinya dan berkata, ”Pukulilah sekuat yang kamu bisa lakukan!”

Ia berhenti ketika mendengarnya, menaruh tongkat dan pergi. Ia tidak pulang sampai tiga hari kemudian.

Pada pagi berikutnya, lengan saya yang bengkak pulih kembali, hanya tersisa sedikit cairan kuning menetes.

Suami saya pulang pada hari keempat. Ia meminta maaf kepada saya.

Saya berkata, ”Jangan khawatir. Saya berlatih ‘Sejati,Baik dan Sabar.’”

Karena kami hidup di desa yang sangat kecil, berita ini menyebar cepat. Ketika ia berbelanja di toko kelontong desa, semua orang menyalahkannya.

Mereka bergantian memarahinya dan berkata, ”Menghancurkan pertemuan keluarga! Kamu begitu berhati dingin dan memukuli istri kamu begitu parah! Di mana hati nurani kamu?”

Kakak ipar juga menyadari kesalahannya dan merasa sangat malu. Ia datang untuk membantu saya mengerjakan pekerjaan tani selama beberapa hari sampai kami menyelesaikan semua pekerjaan di atas tanah seluas 20 hektar.

Ia meminta saya beristirahat dari pekerjaan di ladang.

“Kamu tidak perlu melakukan pekerjaan tani. Kamu cukup membuatkan pangsit seledri untuk saya,” katanya.

Saya mengambil sekeranjang besar seledri di ladang dan membungkus pangsit untuk makan mereka. Kakak ipar sangat tersentuh. Sejak itu ia memperlakukan saya dengan ramah dan percaya Falun Dafa adalah baik dari lubuk hatinya.

Suami saya mulai minum minuman keras dan merokok sejak usia muda. Ia sangat kecanduan minuman keras dan sering makan di luar bersama teman-teman dan kerabatnya.

Saya berkali-kali menyarankan dia agar berhenti minum, tetapi ia tidak bisa melepaskan meski sudah berusaha.

Suatu hari tiba-tiba ia berkata, ”Jika Falun Gong bisa membantu saya berhenti minum dan merokok, saya akan ikut berlatih juga.”

Ketika merokok lagi, ia bertanya, ”Mengapa rasanya begitu aneh?”

Ketika ia minum lagi, tubuhnya menjadi tidak nyaman.

Ia segera berhenti merokok dan minum minuman keras setelah kecanduan selama 50 tahun dan berkultivasi Dafa pada musim gugur lalu.

Saya ingin mengungkapkan rasa terima kasih saya lagi kepada Shifu karena menyelamatkan suami dan keluarga saya. Tidak ada kata-kata yang bisa mengungkapkan rasa terima kasih saya.