(Minghui.org) Cui Yingshu, 56, kepala Sekolah Dasar Nasional Korea Gimhae No.2, cukup mengagumkan di mata banyak orang. Suaminya, seorang guru, sering membantunya melakukan pekerjaan rumah tangga. Ibu mertuanya memasak makanan yang lezat untuk mereka. Selain itu, ia memiliki dua anak yang berprestasi, seorang putra dan seorang putri. Sebagai seorang istri, ibu, dan ibu mertua, dia memimpin kehidupan yang sangat damai dan bahagia. Senyuman selalu menemaninya.

Cui Yingshu, kepala Sekolah Dasar Nasional Korea Gimhae No. 2

Hidup Penuh dengan Penyakit

Tidak ada yang tahu bahwa 14 tahun yang lalu Cui lemah dan menderita banyak penyakit. Dia membawa obat ke mana pun dia pergi, karena dia kesakitan dari ujung kepala sampai ujung kaki. Putrinya juga menderita anemia aplastik dan bergantung pada terapi transfusi darah.

“Pada saat itu, sepertinya saya telah disambar petir pada hari yang tidak berawan,” kata Cui sambil mengingat masa lalu. Saya mencari pengobatan untuk putri saya di mana-mana, tanpa hasil yang positif. Sebagai seorang ibu, saya tidak pernah menyerah dan selalu berharap bahwa suatu hari keajaiban akan terjadi.

Memulai Kehidupan Baru

“Pada tahun 2004, keberuntungan tersenyum pada saya. Saya memulai kehidupan yang benar-benar baru,” kata Cui.

Kepala apotek yang Cui dan putrinya sering kunjungi memperkenalkan kepadanya Falun Gong dan mengatakan latihan itu baik untuk kesehatan seseorang.

“Saya berjalan di jalur latihan kultivasi meskipun pada saat itu saya masih ragu tentang hal itu. Sesuatu yang tidak saya bayangkan akhirnya menjadi bagian dalam hidup saya,” kata Cui.

Cui ingat bagaimana kesehatannya meningkat secara dramatis setelah dia mulai berlatih Falun Gong: “Sebelum saya berkultivasi, saya harus mengonsumsi suplemen gizi ketika musim berubah. Seorang dokter Tiongkok yang secara teratur memeriksa denyut nadi saya mengatakan semua organ internal saya sangat lemah dan saya akan menjadi lebih buruk pada usia 40 tahun. Sekarang, 14 tahun telah berlalu. Sejak itu, saya tidak pernah mengonsumsi suplemen apa pun, saya juga tidak mengunjungi dokter.”

Cui melakukan perubahan besar setelah dia berlatih Falun Gong. Dari Zhuan Falun, buku yang memandu praktisi dalam kultivasi, membuatnya mengerti akar penyakit manusia dan bagaimana cara membasmi itu. Buku itu juga membantunya untuk berhenti mengkhawatirkan penyakit putrinya.

“Setelah saya berlatih kultivasi, semua jenis perasaan yang buruk, rasa takut, rasa pesimis, dan dan rasa tidak menyukai berkurang dalam waktu yang sangat singkat. Di masa lalu, saya selalu khawatir tentang penyakit putri saya. Setelah berlatih kultivasi, saya secara ajaib melepaskan depresi saya. Saya dipenuhi dengan rasa syukur terhadap Falun Dafa,” kata Cui.

Ketika Cui mendisiplinkan dirinya sendiri dengan mengikuti prinsip-prinsip Falun Gong Sejati, Baik dan Sabar dan berlatih Falun Gong secara teratur, ia tidak hanya memperoleh kesehatan fisik tetapi juga keluarga yang lebih harmonis. Dia mulai akrab dengan semua orang. Di tempat kerja, dia dipromosikan menjadi kepala sekolah.

“Yang terbaik, putri saya juga berlatih kultivasi Falun Gong. Lebih dari sepuluh tahun telah berlalu. Dia sekarang menikmati kehidupan yang sangat sehat dan telah memulai kariernya sendiri,” kata Cui penuh rasa syukur. “Rasa terima kasih saya kepada Guru Li Hongzhi melampaui kata-kata.”

Saya berharap orang-orang di Tiongkok dapat dengan bebas berlatih Falun Gong’

Sebagai seorang pendidik, Cui percaya bahwa Falun Gong dapat membantu orang membangkitkan kembali rasa kemanusiaan mereka yang hilang di dunia material ini. Namun, latihan spiritual tersebut dianiaya oleh rezim komunis di Tiongkok. Cui sedih ketika dia membicarakannya.

Dia berkata, “Di Tiongkok, masih tidak diizinkan untuk berbicara di depan umum tentang prinsip-prinsip universal dari Falun Gong yaitu 'Sejati, Baik, dan Sabar' baik. Guru dan siswa di Tiongkok sedang dicuci otaknya. Ketika mereka melihat tiga karakter, 'Sejati-Baik-Sabar,' mereka menggigil dan menghindarinya.” Katanya.

“Saya berharap bahwa penganiayaan Falun Gong berakhir sesegera mungkin sehingga para guru dan siswa di Tiongkok dapat berlatih kultivasi dengan bebas dan mengikuti prinsip-prinsip Sejati, Baik, dan Sabar. Bukan hanya mereka mendapatkan kesehatan yang tidak dapat dibeli dengan uang, tetapi mereka juga akan meningkatkan moralitas mereka.”