(Minghui.org) Para praktisi Falun Gong, bersama dengan Prakash Belawadi, seorang aktor terkenal, direktur juga aktivis, mengorganisasi sebuah pemutaran film pemenang Penghargaan Prestigious Peabody, Human Harvest di Auditorium Suchitra Bengaluru pada tanggal 16 September 2018.

Auditorium bertempat duduk 100 orang hampir terisi penuh, dan film dokumenter ini membuat banyak penonton tumbuh kepedulian dan linangan air mata.

Pemenang penghargaan dokumenter Kanada, Human Harvest diputar di Auditorium Suchitra Bengaluru. (foto Veeresh NTD India)

Disutradarai oleh pembuat film asal Kanada Leon Lee, film dokumenter tahun 2014 ini mengekspos salah satu genosida terburuk dalam sejarah umat manusia. Film ini membongkar keterlibatan rumah sakit-rumah sakit milik pemerintah Tiongkok yang mengambil dan menjual organ tubuh dengan membunuh ribuan tahanan tidak bersalah, yang kebanyakan adalah para praktisi Falun Gong.

Film Human Harvest ini berbasis pada upaya investigatif dari dua nominator Penghargaan Nobel asal Kanada, David Matas, dan David Kilgour. Film ini terkenal karena penceritaan kisah dan dokumentasi dari para tahanan tidak bersalah yang memiliki kepercayaan digunakan sebagai sebuah “bank organ tubuh hidup-hidup.”

Pemutaran film ini diikuti oleh sebuah panel diskusi dengan Dr. Shirdi Prasa Tekur, Sanjive Bhalla, dan Aakar Patel dan dimoderasi oleh Prakash Belawadi. (Sumber Foto: Veeresh NTD India)

Setelah film itu, sebuah panel diskusi diadakan oleh Prakash Belawadi, seorang aktor terkenal dan direktur Aakar Patel, Direktur Eksekutif dari Amnesti Internasional, Sanjiv Bhalla, seorang anggota Himpunan Falun Dafa India, dan Dr. Shirdi Prasad Tekur, seorang dokter anak terkenal.

Belawadi, sang moderator, mulai berkata, “Saya ingin klarifikasi bahwa ini bukanlah sebuah film politik tentang Tiongkok. Ini tepatnya adalah mengenai pelanggaran HAM.”

Aakar Patel berkata, “Saya rasa film ini sangat menarik…Saya rasa bahwa film dokumenter ini memperlihatkan berbagai hal di mana Tiongkok harus menjawab banyak hal. Tetapi, akhirnya sumber kekuatan untuk berubah di masyarakat luas mana pun tetap bersama rakyatnya di dalam hati.”

Sanjiv Bhalla, seorang anggota Himpunan Falun Dafa India, dan Aakar Pater, Direktur Eksekutif dari Amnesti Internasional (Sumber Foto: Veeresh NTD India)

Dr. Shirdi Prasad menyatakan, “Setiap orang di antara kita memiliki sebuah tujuan hidup..Menyatu dengan sebuah tujuan dan tahu bahwa kita semua berada di dalamnya bersama-sama. Saya rasa dalam hal ini akan mengubah pikiran kita sedikit, dengan begitu banyak orang di TIongkok yang masih dianiaya karena keyakinan mereka -- itu sungguh-sungguh melukai perasaan kita semua. Kita mungkin tidak bisa melakukan apa pun dalam waktu dekat, tetapi kita bisa mulai dari kita sendiri.”

Sanjiv Bhalla berkata, “Orang Tiongkok tidak memiliki HAM, tetapi Tiongkok berada di sana menghadiri Komisi HAM PBB… Tidak ada solusi gampang terhadap ini…Semua yang telah kami lakukan dan terus lakukan adalah membangkitkan kesadaran mengenai ini…Tetapi kadang-kadang kebenaran sangat menghebohkan hingga orang-orang tidak percaya.”

Prakash menambahkan lebih jauh bahwa kepercayaan dibangun berdasarkan transparansi, di mana dia tidak akan mempercayai Tiongkok karena ia bukanlah negara yang transparan, dan ekposur serta kesadaran adalah senjata yang sesungguhnya untuk melawan kurangnya transparansi.

Banyak orang menanyakan lebih banyak informasi mengenai penganiayaan dan bagaimana mereka bisa bantu. Berdasarkan respons, para praktisi sedang berencana untuk mengadakan lebih banyak pemutaran film di kota ini.