(Minghui.org) Merupakan kemalangan besar menjadi cacat atau menderita penyakit yang tak dapat diobati. Sementara melihat orang lain sehat dan energik, orang-orang ini hanya dapat menahan sakit tak tertahankan yang ditimbulkan oleh penyakit mereka. Orang sering mengeluh ke langit atas ketidakadilan yang tampaknya mereka derita. Mereka bertanya: “Mengapa saya harus menderita kemalangan?”

Mengenai “ketidakadilan” ini, praktisi Xiulian Dafa berpendapat ini semua sebagai akibat perbuatan buruk yang dilakukan di kehidupan sebelumnya. Dengan kata lain, orang hidup banyak kali dan karma dosa mereka terkait dengan kesengsaraan dan penyakit dalam kehidupan ini. Di Barat, banyak dokter dan akademisi telah mampu menelusuri kehidupan sebelumnya dari pasien, sehingga memastikan penyebab sesungguhnya dari derita dan rasa sakit di kehidupan ini.

Dalam bukunya “Many Mansions: The Edgar Cayce Story on Reincarnation” (“Banyak Persinggahan: Kisah Edgar Cayce tentang Reinkarnasi”), Dr. Gina Cerminara menyusun daftar contoh pengobatan pasien melalui teknik ‘membaca’ kehidupan sebelumnya oleh Edgar Cayce (1877-1945), paranormal Amerika terkenal. Edgar Cayce semasa hidupnya mampu “membaca” para pasien yang berada ribuan mil darinya setelah dia memasuki kondisi tidur yang diinduksinya sendiri. Di antara banyak kasus “penelusuran” oleh Edgar Cayce, beberapa ditelusuri hingga Kekaisaran Romawi kuno. Beberapa pasien dalam kasus ini telah berpartisipasi dalam penganiayaan pengikut Kristen, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Salah satunya adalah perempuan usia 45 tahun. Dia lumpuh akibat polio pada usia 36 dan tergantung pada kursi roda. Setelah banyak kali perawatan medis yang gagal, dia menemukan Cayce dan bertanya untuk membaca kehidupan-kehidupan lalunya. Dia mengetahui penyebab dari kelumpuhannya dalam kehidupan ini adalah perbuatannya semasa Romawi kuno. Antara tahun 37-68 setelah Masehi, dia adalah anggota pengadilan kerajaan ketika Kaisar Nero menganiaya pengikut Kristen. Dia tidak hanya tidak memiliki simpati bagi pengikut Kristen yang dimutilasi di koloseum (stadion besar), tetapi dia juga mencibir mereka. Harga bagi ejekan dinginnya adalah kelumpuhan dalam kehidupan ini.

Pasien lainnya adalah seorang gadis muda. Dia adalah bangsawan dalam kehidupan sebelumnya semasa pemerintahan Kaisar Nero, dan suka menyaksikan penyiksaan pengikut Kristen di koloseum. Dia bahkan tertawa terbahak-bahak ketika melihat tubuh seorang gadis muda dikoyak-koyak oleh seekor singa. Bangsawan ini yang menikmati penderitaan para martir tengah membayar kembali dosa-dosanya dengan menderita tuberkulosis (TBC).

Kasus lain di dalam buku tersebut, menceritakan seorang produsen film yang menderita polio pada usia 17. Dia pincang karena kondisi kakinya yang buruk. Selama penelusuran kehidupan-kehidupan sebelumnya, Cayce menemukan bahwa orang ini juga pernah berpartisipasi dalam penganiayaan terhadap umat Kristen. Dia adalah seorang tentara pada masa itu dan diperintahkan untuk menganiaya pengikut Kristen, yang tidak membalasnya. Dosanya bukanlah karena dia mengikuti perintah sebagai seorang prajurit, tetapi karena menghina orang-orang yang teguh dalam keyakinannya. Cacatnya dalam kehidupan ini dimaksud untuk menyadarkannya.

Pasien terakhir adalah seorang anak laki-laki. Punggungnya terluka dalam kecelakaan mobil ketika ia usia 16, dan dia kehilangan semua sensasi rasa mulai dari ruas kelima tulang belakangnya hingga ke bawah. Dia tidak dapat bergerak dan harus menggunakan kursi roda. Tujuh setengah tahun kemudian, ketika usia 23 tahun, ibunya meminta Cayce untuk “membacanya”, dan dua kehidupan sebelumnya ditelusuri. Salah satunya menunjukkan dirinya sebagai tentara di Kekaisaran Romawi kuno semasa awal penganiayaan pengikut Kristen. Dia sangat angkuh dan senang melihat penderitaan pengikut Kristen. Dia juga secara langsung terlibat dalam penganiayaan, dan karenanya juga harus menanggung banyak rasa sakit di kehidupan ini.

Penelusuran kehidupan lalu para pasien ini menunjukkan penyebab sesungguhnya dari rasa sakit dan penderitaan--mereka pernah menertawai dan menganiaya orang-orang yang teguh dalam keyakinannya. Bersamaan itu, penelusuran menunjukkan di balik penyakit di permukaan – unsur-unsur penyebab, yaitu kekuatan tak terlihat yang eksis pada tingkat yang tidak diketahui dan lebih dalam yang mengendalikan nasib orang. Hal ini juga mendukung pepatah Tiongkok kuno yang berujar, “Kebajikan dibalas dengan berkah kebaikan, kejahatan akan mendapatkan ganjaran.” Meskipun pasien dalam dua kasus pertama tidak secara langsung berpartisipasi dalam penganiayaan, mereka juga tidak mendukung orang-orang baik. Maka mereka harus membayar dengan penderitaan atas ketidakpedulian dan sikap tanpa perasaan mereka di kehidupan sebelumnya. Sedangkan mereka yang secara langsung terlibat dalam penganiayaan, dicontohkan oleh pasien keempat, mereka harus menanggung rasa sakit yang luar biasa bahkan pada usia muda.

Pembalasan karma bahkan tidak meluputkan sehelai rambut pun.