(Minghui.org) Guo Yutang, yang berusia 70an, dari Kecamatan Baisi, Kabupaten Shangshui, ditangkap oleh kepolisian pada tanggal 26 Mei 2017 karena keyakinannya pada prinsip Sejati-Baik-Sabar. Dia dijatuhi hukuman satu tahun enam bulan penjara oleh Pengadilan Shangshui pada tanggal 21 Desember 2017, dan dibawa ke Penjara Xinmi.

Dijatuhi Hukuman Penjara Karena Memberitahu Orang-Orang Fakta Mengenai Falun Gong

Partai Komunis Tiongkok (PKT), dibawah arahan mantan kepalanya Jiang Zemin, melancarkan penganiayaan terhadap Falun Gong seluruh negeri pada bulan Juli 1999. Media milik negara kemudian diinstruksikan untuk merekayasa cerita-cerita yang mengfitnah para praktisi.

Guo cemas akan propaganda PKT akan menghasut para penduduk desa untuk bertentangan dengan Falun Gong. Untuk membantu mereka memahami kebenaran, dia mengabaikan resiko dianiaya dan mengklarifikasi fakta mengenai keyakinannya.

Dua petugas asal Kantor Polisi Baisi mendobrak masuk ke dalam rumahnya pada tanggal 26 Mei 2017. Guo memberitahu mereka fakta mengenai penganiayaan, tetapi para petugas menolak mendengar dan menyita tiga buah buku Falun Gong.

Para petugas asal Kantor Polisi Zhoukou, Kantor Polisi Shangshui, dan Kantor Polisi Baisi mendobrak masuk dan menggeledah rumah Guo di tengah malam itu. Mereka menyita buku-buku Falun Gong, foto-foto dari pencipta Falun Gong, dan materi informasi lainnya. Guo ditangkap dan dibawa ke Pusat Penahanan Kabupaten Shangshui.

Polisi meminta agar Kejaksaan menahan Guo. Kejaksaan menyetujui dan melakukan penuntutan terhadap dirinya. Guo disidang oleh Pengadilan Shangshui dan dijatuhi hukuman satu tahun enam bulan penjara. Dia dibawa ke Penjara Xinmi pada tanggal 21 Desember 2017.

Dimulainya Kehidupan Baru

Guo hidup dalam kesengsaraan selama lebih dari setengah masa kehidupannya. Ayahnya meninggal dunia saat dia berusia 11 tahun. Istrinya meninggal dunia saat dia berusia 42 tahun, dan dia menderita gangguan mental. Dia merasa patah semangat dan cemas dia tidak akan bisa merawat keluarganya sendiri.

Anak-anak dan saudaranya mencoba untuk menenangkannya dan berbicara padanya agar tidak depresi, tetapi dia hanya terdiam saja. Saat tidak ada orang di sekitarnya, dia akan duduk dalam sebuah ruangan dan akan menangis tak terkontrol selama berjam-jam.

Pandangannya akhirnya menjadi kabur, dan dia menderita asma. Setelah berkunjung banyak dokter, dia menyerah dalam mencari pengobatan. Rambutnya menjadi putih, kondisi kesehatannya menjadi buruk, dan dia tidak bisa mencari nafkah sendiri.

Seseorang memperkenalkan Falun Gong kepadanya pada tahun 1997. Tidak lama kemudian dia mulai berlatih, kondisi kesehatannya pulih kembali. Asmanya hilang, pandangan matanya sembuh, dan dia menjadi gemuk kembali.

Dia mematut diri pada prinsip Sejati-Baik-Sabar. Dia tidak lagi bersakit-sakitan, dan memandang nama dan kepentingan dengan hambar. Dia kini menjadi lebih perhatian pada orang lain dan sangat dihormati di lingkungannya.